Looking a little closer, we discover that life itself is Love. They are not two but one. Love is the very nature of life, as burning is the nature of fire, or wetness of water, or sweetness of sugar. We tend a plant only when the leaves are green; when they become dry and the plant becomes a life-less stick, we stop loving it. Love lasts as long as life exists. The mother is loved as long as there is life in her; when life departs, we bury her without the least compunction. Love is bound with life. In fact, Love is Life. The person with no Love to share is as bad as dead. This is the reason why love expands in an ever widening circle.
Bila diamati secara lebih dekat, kita akan menemukan bahwa kehidupan ini sendiri adalah cinta-kasih. Mereka (cinta-kasih dan kehidupan) bukanlah dua hal yang berbeda. Cinta-kasih adalah sifat alamiah dari kehidupan ini, seperti halnya sifat api adalah membakar, air yang membasahi ataupun manisnya gula. Kita merawat tanaman selama dedaunannya masih hijau; tetapi apabila daun-daun itu telah menjadi kering, berarti tanaman itu sudah mati, dan kita juga akan berhenti mencintainya. Jadi, cinta-kasih tetap akan bertahan selama kehidupan masih eksis. Seorang ibu dicintai selama kehidupan masih terdapat di dalam badannya; sebaliknya apabila nafas kehidupan sudah meninggalkannya, maka kita akan menguburkan jasadnya dengan tanpa penyesalan. Cinta-kasih sangat terpaut dengan kehidupan. Lebih tepatnya, cinta-kasih adalah kehidupan. Seseorang yang tidak membagikan cinta-kasihnya adalah bagaikan mayat hidup. Itulah sebabnya, cinta-kasih berekspansi dalam lingkaran yang semakin membesar.
- Divine Discourse, December 25, 1981.
No comments:
Post a Comment