Stabilizing oneself in vairagya (renunciation) is itself the highest penance, the most exacting vow. One has to be ever alert in that thapas (penance) and strive again and again. Like a child endeavoring to walk, you might toddle a few steps, falter and fall. But like the child, you must lift yourself with smile and start again. Peace is essential for such persistence. Failures are not boulders that block your way, remember they are stepping stones to victory.
Memantapkan diri dalam melakukan vairagya (penyangkalan diri) adalah penebusan dosa tertinggi yang sesungguhnya, juga merupakan sumpah yang sangat memerlukan usaha keras untuk mewujudkannya. Seseorang harus selalu siap dalam thapasitu (penebusan dosa) dan berusaha terus-menerus. Bagaikan seorang anak kecil yang sedang berusaha keras untuk belajar berjalan, pada awalnya engkau mungkin akan tertatih-tatih beberapa langkah, terhuyung-huyung dan terjatuh. Namun sebagaimana halnya anak kecil, engkau harus bangun sendiri sembari tersenyum dan mulai berusaha lagi. Kedamaian adalah sangat penting bagi ketekunan semacam itu. Kegagalan bukanlah batu besar yang menghalangi jalanmu, ingatlah bahwa mereka adalah batu pijakan untuk menuju keberhasilan.
-Divine Discourse, Prasanthi Vahini
No comments:
Post a Comment