Some persons who have no experience and who do not put their words into practice, go about declaring that the way to peace is to keep samsaara (worldly life) at a distance. That is not peaceful living. If you do not want the tree to grow, you will have to boil the seed or fry it over a fire; then it will not grow. Instead, if the seed is taken far away from the tree, will it not grow into a tree again? So too, the impulses and vasanas (desires, tendencies) are the seeds that germinate. They should be fried over the fire of discrimination only then can real peace emerge. If one escapes from the responsibilities of life or duties to society, peace cannot be enjoyed; peace will never come. However, if the desires and tendencies are eliminated and controlled, there is no need to run away.
Beberapa orang yang tidak memiliki pengalaman dan tidak menerapkan apa yang mereka ucapkan dalam bentuk perbuatan, menyatakan bahwa jalan menuju kedamaian adalah dengan cara menjaga jarak dengan samsaara(kehidupan duniawi). Itu bukanlah hidup yang penuh kedamaian. Jika engkau tidak ingin sebatang pohon berkembang biak, engkau harus merebus bibitnya atau menggorengnya di atas api; maka kemudian ia tidak akan bisa tumbuh. Sebaliknya, jika bibit tersebut dibawa pergi menjauh dari pohon induknya, bukankah ia akan tetap bisa tumbuh menjadi pohon lagi? Demikian juga, dorongan hati dan vasanas (keinginan, kecenderungan) adalah bibit yang bertunas. Mereka harus digoreng di atas api kemampuan memilah, hanya dengan demikian sajalah maka kedamaian yang sejati bisa muncul. Jika seseorang melarikan diri dari tanggung jawab kehidupan atau kewajiban pada masyarakat, maka kedamaian tidak akan bisa dinikmati; kedamaian tidak akan pernah datang. Namun, jika nafsu keinginan dan kecenderungan duniawi itu disingkirkan dan dikendalikan, maka tidak ada alasan lagi untuk melarikan diri.
- Divine Discourse, Prasanthi Vahini
No comments:
Post a Comment