Friday, November 12, 2010

Sai Inspires November 12, 2010


Bhajan is very necessary to melt the heart of God. When you do Nagar Sankirtan early in the morning, everybody will get up and listen to the Divine Name. Hearing the name of God as soon as they wake up will fill them with great bliss and enthusiasm. Constantly remember the name of God; never forget Him. This is the noblest path; the true spiritual practice. When you do this, you will be immensely blessed.

Bhajan sangat diperlukan untuk mencairkan hati Tuhan. Ketika engkau melakukan Nagar Sankirtan pada pagi hari, semua orang akan bangun dan mendengarkan Nama Tuhan. Mendengar Nama Tuhan segera setelah mereka bangun akan mengisinya dengan kebahagiaan besar dan antusiasme. Teruslah mengingat Nama Tuhan, jangan pernah melupakannya. Ini merupakan jalan mulia. Inilah praktek spiritual yang sejati. Ketika engkau melakukan ini, engkau akan sangat diberkati.


-Divine Discourse, 24-05-2008

Thursday, November 11, 2010

Sai Inspires November 11, 2010


Surrender does not mean offering your body to God. Real surrender is the chanting of the Divine Name and making it the basis of your life. It is for the same reason that Guru Nanak, the first Guru of the Sikhs, started community singing. He told his followers that they should seek fulfillment in life by chanting the Divine Name. Consider the chanting of the Name of God as the most important spiritual practice. You may spend any amount of money in charity and in doing acts of service, but these practices will give you only temporary mental satisfaction at the most if they are not complemented with the chanting of the Divine Name.

Pasrah total bukanlah berarti mempersembahkan badan-mu kepada Tuhan. Pasrah total yang sebenarnya adalah menchantingkan Nama Tuhan dan menjadikannya sebagai dasar hidupmu. Karena alasan yang sama inilah Guru Nanak, guru pertama Sikh, memulai ajarannya untuk mengajak masyarakat menyanyikan nama Tuhan secara bersama-sama. Beliau mengatakan kepada pengikutnya bahwa mereka harus mencari pemenuhan dalam hidup dengan cara menchantingkan Nama Tuhan. Rasakanlah bahwa menchantingkan Nama Tuhan sebagai praktek spiritual yang paling penting. Engkau dapat menghabiskan sejumlah uang untuk beramal dan dalam melakukan tindakan pelayanan, tetapi praktik ini hanya akan memberikan kepuasan mental yang sifatnya sementara, jika tindakan itu tidak dilengkapi dengan menchantingkan Nama Tuhan.


-Divine Discourse, 24-05-2008.

Sai Inspires November 10, 2010


Today the country is facing a lot of problems because people are not doing enough Naamasmarana (remembering the divine name). Let each and every street reverberate with the singing of divine glory. Let each and every cell of your body be filled with divine name. Nothing else can give you the bliss, courage and strength that you derive from Naamasmarana. Even if some people make fun of you, do not bother about it. Do Naamasmarana with total concentration and dedication. Do not be afraid of anyone. Sing the glory of God wholeheartedly without any inhibition. Only then can you experience divine bliss.

Saat ini negara sedang menghadapi banyak masalah karena orang tidak melakukan Naamasmarana (mengulang-ulang nama Tuhan) dengan cukup. Biarlah setiap tempat berkumandang nyanyian kemuliaan Tuhan. Biarlah setiap sel tubuhmu diisi dengan nama Tuhan. Tidak ada lagi yang bisa memberikan kebahagiaan, keberanian, dan kekuatan yang bisa engkau dapatkan dari Naamasmarana. Bahkan jika beberapa orang menertawakan-mu, jangan engkau hiraukan hal tersebut. Lakukan Naamasmarana dengan penuh konsentrasi dan pengabdian (bhakti). Jangan takut terhadap siapapun. Nyanyikan kemuliaan Tuhan dengan sepenuh hati tanpa hambatan apapun. Baru setelah itu, engkau dapat mengalami kebahagiaan Ilahi.


-Divine Discourse, 14-Apr-2002

Tuesday, November 9, 2010

Sai Inspires November 9, 2010


There are many snakes of wicked qualities in the anthill of your heart. When you do Naamasmarana (remembering the divine name) all the ‘snakes’ of bad qualities will come out. Naamasmarana is like the musical wind instrument (Nadaswaram) which attracts snakes and brings them out of anthills. This Nadaswaram is your Jeevana swaram (music of your life) and Prana swaram (breath of your life). One has to repeat God’s name in order to get rid of evil qualities. Today there are many who do not attach any importance to Naamasmarana. It is a great mistake. In this Age of Kali only chanting of the divine name can redeem your lives. There is no other refuge. Singing the glory of the Lord is highly sacred!

Ada banyak ‘ular’ sifat-sifat buruk yang bersarang di hatimu. Ketika engkau melakukan Naamasmarana (mengulang- ulang Nama Tuhan) semua 'ular' sifat-sifat buruk akan keluar dari dirimu. Naamasmarana diibaratkan seperti alat musik (Nadaswaram) yang menarik ular dan membawa mereka keluar dari sarangnya. Nadaswaram ini adalah Jeevanaswaram-mu (musik kehidupan) dan Pranaswaram-mu (nafas kehidupan). Kita harus mengulang-ulang Nama Tuhan untuk menyingkirkan sifat-sifat buruk yang bersemayam di dalam diri. Saat ini ada banyak yang tidak menganggap penting untuk melakukan Naamasmarana. Ini merupakan kekeliruan besar. Dalam zaman Kali ini hanya menchantingkan Nama Tuhan-lah yang dapat menyelamatkan hidupmu. Tidak ada perlindungan lain. Menyanyikan kemuliaan Tuhan sangatlah suci!


- Divine Discourse, "Redeem your life by Namasmarana 14-4-2002

Sai Inspires November 8, 2010


Fill the reservoir when it rains, so that in times of drought, you can feed the fields. Do intense Sadhana (spiritual exercises) now, when you are young and strong so that you can be in peace and joy for the rest of your life. Make the most profitable use of this present period of your lives. Do not waste the hours in irrelevance and irreverence. Do not indulge in the condemnation of others or in self-disapprobation. Let your hearts rejoice, clothed in fresh ideals, feelings and resolutions. Mould your lives into sweet songs of Love.

Isilah tempat penyimpanan air saat hujan, sehingga pada musim kering, engkau bisa mengairi ladang. Lakukan Sadhana (latihan spiritual) saat ini, ketika engkau masih muda dan kuat sehingga engkau selalu berada dalam kedamaian dan sukacita selama sisa hidupmu. Buatlah periode ini sebagai saat yang paling berharga dalam hidupmu. Janganlah membuang-buang waktumu dengan hal-hal yang tidak berguna. Jangan menyalahkan orang lain atau menyalahkan dirimu sendiri. Biarlah hatimu bersukacita, memiliki perasaan yang baik dan kemantapan hati. Bentuklah hidupmu dalam manisnya lagu Cinta-kasih Tuhan.

-Divine Discourse, 26-Oct-1981.

Sai Inspires 7th November 2010


The farmer, intent on cultivation, ignores even food and sleep, for he is too busy ploughing, levelling, scattering seeds, watering, weeding, guarding and fostering the crop. He knows that his family will have to subsist on the harvest that he brings home and that if he fritters away the precious season in idle pursuits, his family will be confronted with hunger and ill-health. So, he sets aside or postpones other pursuits and focuses all his attention on farming alone. He puts up with difficulties and deprivations, toils day and night, watches over the growing crops and garners the grain. As a consequence, he is able to spend the months ahead, in peace and joy, with his happy family. Students and spiritual seekers have to learn important lessons from the farmer. The stage of youth is the season for mental and intellectual culture. These years should be intensively and intelligently cult ivated irrespective of difficulties and obstacles. The clamour of the senses has to be silenced; hunger and thirst have to be controlled; the urge to sleep and relax has to be curbed.

Para petani, penuh perhatian pada pertanian, bahkan ia mengabaikan makan dan tidur, karena ia terlalu sibuk membajak, meratakan tanah, menebarkan benih, mengairi, melakukan penyiangan, serta menjaga dan memelihara tanaman. Petani mengetahui bahwa keluarganya mendapatkan nafkah dari hasil panen yang akan ia bawa pulang dan jika ia membuang-buang waktunya pada musim yang berharga ini dengan bermalas-malasan, keluarganya akan menderita kelaparan dan gangguan kesehatan. Jadi, ia mengesampingkan atau menunda pencarian lainnya dan memfokuskan seluruh perhatiannya hanya pada pertanian saja. Ia berjuang dengan gigih dengan kesulitan dan kekurangan, bekerja keras siang dan malam, mengawasi pertumbuhan tanaman dan mengumpulkan hasil panen. Akibatnya, ia mampu melewatkan bulan-bulan selanjutnya, dalam kedamaian dan sukacita, dengan keluarga bahagianya. Para siswa dan para pencari spiritual harus mempelajari pelajaran penting dari para petani. Pada tahapan remaja (pemuda) adalah saatnya untuk memelihara mental dan intelektual. Tahun-tahun ini seharusnya dikembangkan secara intensif dan dengan cerdas; dengan tidak mengindahkan kesulitan dan hambatan yang dihadapi. Keinginan-keinginan dari indera harus dihilangkan; rasa lapar dan haus harus dikendalikan, keinginan untuk tidur dan bersantai harus diatasi.

-Divine Discourse, "Nara and Naraka", 26-10-1981

Sai Inspires 6th November 2010


Do not get elated at the riches, status, authority, intelligence, etc., which you may possess. Consider that they have been given to you on trust, so that you may use it to benefit others. They are all signs of His Grace, opportunities for service, and symbols of responsibility. Never seek to exult over others' faults; deal sympathetically with the errors and mistakes of others. Seek the good in others; hear only good tidings about them; do not give ear to scandal. On this Deepavali day, resolve to light the lamp of Naamasmarana and place it at your doorstep, the lips. Feed it with the oil of devotion; have steadiness as the wick. Let the lamp illumine every minute of your life. The splendour of the Name will drive away darkness from outside you as well as from inside you. You will spread joy and peace among al l who come near you.

Janganlah terlalu bergembira pada kekayaan, status, otoritas, kecerdasan, dll, yang mungkin engkau miliki. Pikirkanlah bahwa semuanya itu telah diberikan kepadamu atas dasar kepercayaan, sehingga engkau dapat menggunakannya untuk kepentingan orang lain. Semua itu merupakan tanda-tanda Rahmat-Nya, kesempatan untuk melakukan pelayanan, dan merupakan simbol tanggung jawab. Jangan pernah berusaha untuk bersuka ria atas kesalahan orang lain; bersimpatilah dengan kesalahan dan kekeliruan orang lain. Carilah kebaikan dalam diri orang lain, dengarlah hanya berita-berita baik tentang mereka, janganlah mendengarkan skandal. Pada hari Deepavali ini, ambillah cahaya dari Naamasmarana dan letakkanlah di depan pintu rumahmu. Isilah lentera itu dengan minyak pengabdian, gunakanlah kemantapan hati sebagai sumbunya. Biarkan cahaya itu menerangi setiap menit hidupmu. Kemuliaan Nama Tuhan akan mengusir kegelapan yang berasal dari luar maupun dari dalam dirimu. Engkau akan menyebarkan sukacita dan kedamaian di antara semua yang datang ke dekatmu.

- Divine Discourse, "The lamp at the door", 24-Oct-1965.

Sai Inspires 5th November 2010


Deepavali has to be observed as a day for getting rid of all the bad qualities in us, symbolised by the demon Narakasura. The inner meaning underlying the festival should be rightly understood. A whole array of lamps is lit by the light from one lamp. That one lamp symbolises the Supreme Effulgent Lord. The others represent the light in individual selves. The truth of the Vedic saying, "The One willed to become the many" is exemplified by the lighting of many lamps by the flame of one. Deepavali festival thus bears out the profoundest spiritual truth. The lamp also points to another significant fact. Wherever it may be placed, the flame rises only upwards and never moves down. Likewise, the flame of Jnana (Spiritual Wisdom) leads one to a sublime level through the path of Righteousness.

Deepavali harus dirayakan sebagai hari untuk menyingkirkan semua sifat buruk dalam diri kita, yang dilambangkan dengan iblis Narakasura. Makna yang mendasari perayaan ini harus benar-benar dipahami. Keseluruhan lentera menyala oleh cahaya dari satu lentera. Lentera yang satu itu melambangkan Tuhan Yang Maha Bercahaya. Lentera yang lainnya melambangkan cahaya dalam diri kita masing-masing. Veda mengatakan, "Tuhan dapat berwujud ‘menjadi’ banyak" dicontohkan dengan banyaknya lentera yang bisa dinyalakan dari satu lentera. Perayaan Deepavali ini membuktikan kebenaran spiritual yang mendalam. Lentera itu menunjukkan kebenaran penting lainnya. Dimanapun lentera tersebut ditempatkan, cahaya pasti hanya naik ke atas dan tidak pernah bergerak ke bawah. Demikian juga, api Jnana (KebijaksanaanSpiritual) menuju ke tingkat yang lebih mulia melalui jalan Kebenaran.

-Divine Discourse, "Inner significance of the festivals", Nov 9, 1988.

Sai Inspires 4th November 2010


The One Divine Principle works through many forms in order to manipulate and complete the process Srishti (creation). All forms are fundamentally of the same essence. There is no higher or lower. All are equally divine. When God comes down assuming special form on special occasions for a specific purpose, He is known as Avatar. Each Avatar is born as a consequence of Divine Will and with the purpose of restoring Dharma and moral life.

Prinsip Ketuhanan bekerja melalui berbagai bentuk agar menggunakan dan menyelesaikan proses Srishti (penciptaan). Semua bentuk pada dasarnya memiliki esensi yang sama. Tidak ada yang lebih tinggi ataupun lebih rendah. Semua memiliki Ketuhanan yang sama. Ketika Tuhan turun dengan wujud khusus dalam kesempatan yang khusus untuk tujuan tertentu, Beliau dikenal sebagai Avatar. Setiap Avatar lahir sebagai akibat dari Kehendak Tuhan dan dengan tujuan untuk memulihkan Dharma dan kehidupan moral.

- Bhagavatha Vahini, Chap 28.

Sai Inspires 3rd November 2010


Speech is a beautiful instrument that is gifted to man for uplifting himself; it is charged with tremendous power. Through the choice of our words, we can communicate to a person something which upsets their balance or shocks them into grief; the words then completely drain off their physical strength and mental courage. They fall on the ground, unable to stand. On the other hand, when through speech, we communicate something happy, or cheer them, they get the strength of an elephant. Words do not cost anything, but they are priceless. So they have to be used with care. They must be employed not for gossip, which is barren, but only for pure and productive purposes. The ancients recommended the vow of silence in order to purify speech of its evils. A mind turned inwards towards an inner vision of G od and speech turned towards outer vision - both of these will promote spiritual strength and success.

Ucapan adalah instrumen indah yang diberikan pada manusia untuk mengangkat dirinya sendiri. Ucapan memiliki kekuatan yang luar biasa. Melalui pilihan kata-kata kita, kita dapat mengatakan sesuatu pada seseorang yang dapat mengganggu ketenangan mereka atau membawa mereka ke dalam kesedihan; kata-kata itu kemudian melemahkan kekuatan fisik dan keberanian mental mereka. Mereka jatuh di tanah sehingga tidak mampu berdiri lagi. Di sisi lain, ketika melalui kata-kata, kita mengatakan sesuatu yang menyenangkan, atau menghibur mereka, mereka mendapatkan kekuatan seperti kekuatan gajah. Kata-kata tidak memerlukan biaya apapun, tetapi ia tak ternilai harganya. Jadi kata-kata harus digunakan dengan hati-hati. Kata-kata harus digunakan bukan untuk gosip yang kering, tetapi hanya untuk tujuan yang murni dan produktif. Orang-orang zaman dahulu bersumpah diam untuk memurnikan ucapan mereka dari kata-kata yang tidak baik. Pikiran dapat mengarahkan kedalam pandangan batin Tuhan dan ucapan dapat membawa kita ke pandangan luar, tetapi keduanya akan meningkatkan kekuatan spiritual dan kesuksesan kita.

. - Vidya Vahini, Chap 28.

Sai Inspires 2nd November 2010


I am immanent in every being. People forget Me, even though I am within and without them. I am the inner core of every being, but they are not aware of this. So, they are tempted to believe the outside world to be real and true, and pursue objective pleasures, and fall into grief and pain. On the other hand, if they concentrate all attention on Me alone, believing that the Lord has willed everything and everyone, I bless them and reveal to them the truth that they are I and I am they. Thousands have been blessed thus.

Aku selalu ada dalam setiap makhluk. Orang-orang melupakan Aku, siapa yang bersama mereka dan siapa yang tanpa mereka. Akulah inti dari setiap wujud, tetapi mereka tidak menyadari hal ini. Jadi, mereka tergoda untuk percaya bahwa objek-objek duniawi-lah yang nyata dan benar, dan mereka mengejar kesenangan objektif, lalu jatuh ke dalam kesedihan dan penderitaan. Di sisi lain, jika mereka memusatkan seluruh perhatiannya hanya pada-Ku, percaya bahwa Tuhan telah menghendaki segalanya, Aku memberkati mereka dan mengungkapkan kebenaran kepada mereka bahwa mereka adalah Aku dan Aku adalah mereka. Ribuan telah diberkati dengan hal seperti ini.

- Bhagavatha Vahini, Chap 30.

Sai Inspires 1st November 2010


The rain falling on the mountain range slides down the sides into many valleys and flows as turbid streams. The same rain falling on fresh water lakes or limpid rivers remains pure and clear. The sages who are cognizant of their Atmic reality are transformed into the purity, equanimity, and charity that it represents. They are ever in the full awareness of the Atma, their inner core. In the purified consciousness of these persons, there is the experience of identification. Likes and dislikes, sense of “I” and “mine”, anxiety and calmness, elation when praised and depression when blamed - these cannot contaminate or agitate a person who has attained that state. These opposites become balanced and are accepted with equanimity as waves on the Atmic consciousness. This is the authentic Atmic attitude, the Brahman inner-look, the unitary vision.

Hujan yang jatuh di gunung kemudian bergerak turun ke lembah-lembah dan mengalir sebagai sungai yang keruh. Hujan yang sama yang jatuh di danau air tawar atau sungai jernih, airnya tetap murni dan jernih. Para bijaksana yang menyadari realitas Atma akan diubah kedalam kemurnian, ketenangan, dan kemurahan hati. Mereka selalu dalam kesadaran penuh Atma, inti batin mereka. Didalam kesadaran yang dimurnikan oleh para bijaksana tersebut, ada pengalaman khusus. Suka dan tidak suka, rasa "aku" dan "milikku", kecemasan dan ketenangan, kegembiraan ketika dipuji dan depresi ketika disalahkan – hal ini tidak dapat mencemari atau mengganggu orang yang telah mencapai keadaan tersebut. Hal-hal yang berlawanan ini menjadi seimbang dan diterima dengan tenang sebagai gelombang pada kesadaran Atma. Ini adalah sikap sejati Atma, pandangan batin Brahman, yaitu kesatuan visi.

- Sutra Vahini, Chap 7.

Sai Inspires 31th October 2010


The Upanishads prescribe certain sadhanas (spiritual exercises) to achieve inner peace. One of that is engaging in Karma or beneficial activity - that is to say, service to people which will help diminish the sense of ego; this refers to acts that are good and godly. When one’s thoughts are engaged in such activities, the mind turns away from the talk it indulges in. Listening to spiritual advice, reflection on spiritual directions, and discovering ways and means of confirming faith in the Lord, recital of the names of God and withdrawing the mind from sensual pursuits have been prescribed by the scriptures for silencing the mental chatter, this inner talk, as a preparation for attaining the Supreme Lord. For it is only when the mind is cleansed and clarified that it can achieve such a profound task. Only then the lessons taught and the experiences undergo ne can be pure and unsullied.

Upanishad memberitahukan sadhanas tertentu (latihan spiritual) untuk mencapai kedamaian batin. Seseorang yang terlibat dalam Karma atau kegiatan bermanfaat - yaitu memberikan pelayanan kepada orang lain akan membantu mengurangi rasa ego, tindakan ini merupakan perbuatan yang baik dan saleh. Ketika pikiran seseorang terlibat dalam kegiatan tersebut, pikiran berpaling dari percakapan-percakapan yang hanyamemperturutkan kehendak. Mendengarkan nasihat spiritual, refleksi yang mengarah pada spiritual, menemukan cara dan sarana untuk menyatakan kepercayaan pada Tuhan, serta mengulang-ulang nama Tuhan dan menarik pikiran dari pengejaran sensual telah ditetapkan dalam kitab suci untuk mengheningkan percakapan batin, sebagai persiapan untuk mencapai Tuhan Yang Agung. Karena hanya ketika pikiran dibersihkan dan dijernihkan, maka akan dicapai tugas yang amat mulia. Selanjutnya pelajaran yang telah diajarkan dan pengalaman yang telah dialami bisa murni dan tak ternoda.

- Vidya Vahini, Chap 28


Sai Inspires 30th October 2010


It is not possible to limit the freedom of God in assuming Forms. He adopts endless Forms to manifest Himself to save the world. His incarnation is in conformity with the need of the crisis at the time. When the Earth moaned under the injustice of the demon Hiranyaksha, He had to appear as a boar, taking Form and equipped with Attributes, though in essence, He is without Form and Attribute. The will of God cannot be explained by categories or as consequences. It is according to the needs of the situation, in the Forms best suited for the destruction of the wicked and for the protection of the good and godly.

Adalah tidak mungkin untuk membatasi kebebasan Tuhan dalam mengambil Wujud. Beliau mengambil Wujud yang tiada henti untuk memanifestasikan diri-Nya di dunia ini, dan melindungi dunia ini. Inkarnasi-Nya sesuai dengan kebutuhan dunia pada waktu itu. Ketika bumi merintih di bawah ketidakadilan iblis Hiranyaksha, Beliau harus muncul sebagai babi hutan, mengambil Wujud lengkap dengan Atribut-Nya, meskipun pada dasarnya, Beliau tanpa Wujud dan tanpa Atribut. Kehendak Tuhan tidak dapat dijelaskan oleh kategori atau konsekuensi. Hal ini sesuai dengan kebutuhan situasi, dalam Wujud yang paling sesuai untuk menghancurkan yang jahat dan untuk melindungi yang baik dan yang saleh.

- Bhagavatha Vahini, Chap 30.