Thursday, January 28, 2010

Sai Inspires 28th January 2010


The Grace of the Lord is not easily attainable, when the feeling of "I" ness or ahamkara resides. Every one, learned or illiterate, should feel an overwhelming urge to know God. God has equal affection towards all His children, for to illumine is the Nature of the Light. Using Light, one can read good books and others may perform wicked deeds. You must not use the Light (Grace of the Lord) in the wrong means. You must utter God's Name to progress in the realization of the Lord.

Anugerah Tuhan tidak bisa diraih dengan mudah, jika rasa ke“Aku”an atau Ahamkara masih bersarang. Setiap orang, terdidik atau tidak, harus memiliki rasa ingin tahu yang sangat mendalam tentang Tuhan. Tuhan memberi perhatian yang sama kepada semua anak-anakNya, karena menerangi adalah sifat Alami dari Cahaya. Dengan Cahaya, seseorang bisa membaca buku yang bermanfaat dan orang lain bisa melakukan perbuatan tercela. Engkau jangan menyalahgunakan Cahaya (Anugerah Tuhan). Engkau harus melantunkan Nama Tuhan untuk mencapai kemajuan dalam usaha meraih kesadaran Tuhan.

-Divine Discourse, Prasanthi Vahini.

Wednesday, January 27, 2010

Sai Inspires 27th January 2010


Until devotion is fully developed, you must practice listening to scriptures and singing His glory, without any interruption. Sometimes, devotees often deal with God, in a bargaining spirit or in the spirit of a tradesman! This attitude should be given up. Whoever you may be, you should not ask from your favorite Lord, anything other than Devotion or Love for God. Uninterrupted flow towards the feet of the Lord is real surrender. Such surrender guarantees genuine and everlasting peace.

Sebelum rasa bakti telah berkembang dengan sepenuhnya, engkau harus terus belajar mendengarkan wacana kitab suci dan menyanyikan keagungan Tuhan, tanpa terganggu. Kadang kala, para pemuja sering kali membuat kesepakatan atau berdagang dengan Tuhan, dengan semangat tawar-menawar atau dengan semangat seorang pedagang! Sikap ini harus dihilangkan. Siapapun dirimu, engkau seharusnya tidak meminta apapun dari Wujud Tuhan pilihanmu, selain daripada Bakti atau Kasih untuk Tuhan. Aliran kasih yang tak terputus menuju kaki padma Tuhan merupakan penyerahan diri yang sempurna. Penyerahan diri semacam itu akan menjamin tercapainya kedamaian yang sejati dan abadi.

-Divine Discourse, Prasanthi Vahini

Tuesday, January 26, 2010

Sai Inspires 26th January 2010


The worldly individual is infected with love towards material objects only. Whereas, the same love, when it is directed towards the Lord, leads him to God Himself. Truly, Devotion to God is the real technique for human liberation and it is a Sadhana par excellence. Devotion will contribute to the growth of wisdom. Devotion and hatred cannot co-exist. When a person is filled with devotion, ignorance will vanish, step-by-step. Love fixed on God is most beneficial and will produce the highest good for all. Cultivate devotion.

Seseorang dengan kecenderungan duniawi terjangkit oleh rasa “kasih” pada benda-benda materi semata. Sedangkan, dengan kasih yang sama, kalau itu diarahkan kepada Tuhan, akan menuntun orang tersebut kepada Tuhan itu sendiri. Sebenarnya, Bakti kepada Tuhan adalah cara yang nyata untuk mencapai pembebasan umat manusia dan itu adalah Sadhana yang tak tertandingi. Bakti akan menumbuhkan kebijaksanaan. Rasa bakti dan kebencian tidak akan bisa hadir berdampingan. Ketika seseorang dipenuhi rasa bakti, maka kegelapan akan sirna, sedikit demi sedikit. Kasih yang tak tergoyahkan kepada Tuhan adalah yang paling bermanfaat dan akan menghasilkan yang terbaik untuk semuanya. Tumbuhkanlah kebaktian.

-Divine Discourse, Prasanthi Vahini

Monday, January 25, 2010

Sai Inspires 25th January 2010


Worship the Lord who lives in the cavity of your heart, nearer to you than your thickest friend, your father, mother or preceptor. He is all of these and more to you. The physical body and the pleasures and comforts you crave for are all subject to damage and decay. One day or other, it becomes food for dogs and jackals. The Lord, on the other hand, grants you bliss and joy forever. He cannot be won my unlimited scholarship, pompous vows or colorful rituals. Surrender your heart to Him. He desires nothing else from you.

Pujalah Tuhan yang bersemayam di relung hatimu, lebih dekat padamu jika dibandingkan dengan sahabat karibmu, ayahmu, ibumu atau gurumu. Tuhan adalah semuanya dan bahkan lebih bagimu. Badan jasmaniah ini beserta segala macam kesenangan dan kenyamanan yang engkau kejar selama ini pasti akan hancur dan binasa. Suatu hari nanti, itu semua hanya akan menjadi makanan anjing dan serigala. Tuhan, di lain pihak, menganugerahimu kedamaian dan kebahagiaan sejati selamanya. Tuhan tidak akan bisa digapai hanya melalui gelar yang banyak, wacana yang angkuh dan berlebihan ataupun upacara-upacara yang semarak penuh warna-warni. Pasrahkanlah hatimu kepada Tuhan. Tuhan tidak akan mengharapkan apapun darimu selain hatimu.

-Divine Discourse, Prasanthi Vahini

Sai Inspires 24th January 2010


If there is anything sweeter than all things, more auspicious than everything else, holier than the holiest, truly, it is the Name of the Lord, or the Lord Himself. Give up the company of the worldly minded and seek always the company of the wise and the good. Take refuge in the Lord, He is the embodiment of Peace. He will reside constantly in the place where devotees honor His Name sincerely, with devotion and dedication. Practice intense devotion to the Lord and that is the key to attaining real and permanent happiness.

Jika ada yang lebih manis dari segalanya, lebih memberi keselamatan dari segalanya, lebih suci dari yang paling suci, itu adalah Nama Tuhan, atau Tuhan itu sendiri. Jauhilah lingkungan yang cenderung berpikiran keduniawian dan selalulah mencari lingkungan yang bijaksana dan baik. Berlindunglah pada Tuhan, Ia adalah perwujudan Kedamaian. Tuhan akan selalu hadir di tempat dimana pemujanya menghormati Nama Tuhan dengan sepenuh hati, dengan penuh bakti dan pengabdian. Lakukanlah puja bakti yang mendalam kepada Tuhan dan itu adalah kunci untuk mendapatkan kebahagiaan sejati dan abadi.

- Divine Discourse, Prasanthi Vahini

Sai Inspires 23rd January 2010


You must live in the world with "Udaseenabhava", the stage of disinterestedness, which describes the condition of one who has grasped the truth. In this stage, you will taste the sweetness of the Divine and will never entertain distractions or doubts, and live without any afflictions. The great sages, Suka, Sanaka and Sananda lived in this Bliss and with the conviction of Oneness with the Divine. They used the intellect as the prime instrument, which shined in its pristine effulgence, cleansed from the rust of the sensory attractions. You can attain this through your own disciplined lives and ceaseless effort.

Engkau harus hidup di dunia ini dengan “Udaseenabhava”, suatu tingkat ketidaktertarikan, yang menggambarkan keadaan seseorang yang telah mencapai kebenaran. Dalam tingkatan ini, engkau akan merasakan manisnya Ketuhanan dan tidak akan dirintangi oleh kebingungan atau keragu-raguan, dan akan hidup tanpa penderitaan. Orang suci yang agung, Suka, Sanaka dan Sananda hidup dalam Kebahagiaan seperti ini dan dengan keyakinan akan Kesatuan dengan Tuhan. Mereka memanfaatkan kecerdasan sebagai alat yang utama, yang bersinar dengan penuh kecemerlangan, bersih dari segala macam karat ketertarikan inderawi. Engkau bisa meraih ini semua melalui hidup yang penuh kedisiplinan dan usaha yang tak henti-hentinya.

-Divine Discourse, Prasanthi Vahini

Sai Inspires 22nd January 2010


The scriptures (Vedas and Puranas) deserve to be read and heard. God's Name should be recited and listened to. For some ailments, medicines are prescribed for external application or consumption. However, for this universal ailment of Bhavaroga (the cycle of birth and death), Sravanam (Listening to the Glory of God) and Kirtanam (Reciting or Singing the glory of God) are the medicines prescribed for internal and external use. Every aspirant must utter as well as listen to God's Name to receive His Grace.

Kitab-kitab suci (Veda dan Purana) harus dibacakan dan dipedengarkan. Nama Tuhan harus dilantunkan dan didengarkan. Untuk beberapa macam penyakit, bisa diresepkan obat-obatan untuk badan yang harus diminum. Namun, untuk penyakit universal berupa Bhavaroga (lingkaran kelahiran dan kematian), maka Sravanam (Mendengarkan lantunan Keagungan Tuhan) dan Kirtanam (Melantunkan atau Menyanyikan keagungan Tuhan) adalah obat yang diperuntukkan bagi rohani dan jasmani. Setiap pencari spiritual harus melantunkan sembari mendengarkan Nama Tuhan demi meraih anugerahNya.

- Divine Discourse, Prema Vahini

Thursday, January 21, 2010

Sai Inspires 21st January 2010


Kinship with the Lord can be realized by every single person, who acquires these three chief instruments: (1) A mind unsullied by attachment and hatred (2) Speech unsullied by falsehood and (3) a body unsullied by violence. Discriminate at every stage, keep your instruments pure. Accept what is true and discard the rest. You cannot escape sorrow if you have worldly desires. Joy and Peace do not reside in external objects; they are in you. Endeavour to experience the Love that is Divine itself.

Hubungan yang erat dengan Tuhan bisa dicapai oleh seseorang, jika ia telah menguasai tiga jenis alat utama berikut ini: (1) Pikiran yang tidak tercemar oleh keterikatan dan kebencian (2) Tutur kata yang tak tercemar oleh kebohongan dan (3) badan yang tak tercemar oleh kekerasan. Selalulah memilah dan memilih dengan benar dalam setiap langkah, jagalah agar semua alat-alatmu selalu suci. Ambillah hal-hal yang benar dan buanglah sisanya. Engkau tidak akan bisa terbebas dari penderitaan jika engkau masih memiliki nafsu keinginan duniawi atau jasmaniah. Kebahagiaan dan Kedamaian bukanlah terdapat pada benda-benda luar semata; mereka ada di dalam dirimu. Engkau harus melakukan segala macam upaya sekuat tenagamu untuk meraih Kasih Sejati yang mana adalah Tuhan itu sendiri.

-Divine Discourse, Prema Vahini

Wednesday, January 20, 2010

Sai Inspires 20th January 2010


Do not barter away the means of achieving permanent and complete happiness, deluded by attachment and attractions of temporal joy. You must carry on your spiritual duties with full devotion. The Divine cannot be known without faith and steadfastness (Sraddha). Only through Love (Prema) comes faith and dedication. Through faith and dedication comes wisdom (Jnana). Through wisdom, you get transcendental devotion to God. Only through such loving devotion, you will achieve union with God.

Janganlah meremehkan arti mendapatkan kebahagiaan yang lengkap dan abadi, sembari tertipu oleh keterikatan dan ketertarikan akan kesenangan yang fana. Engkau harus menunaikan tugas spiritualmu dengan penuh pengabdian. Keillahian tidak bisa dikenali tanpa melalui keyakinan dan keteguhan (Sraddha). Hanya melalui Kasihlah (Prema) maka keyakinan dan bakti akan muncul. Melalui keyakinan dan baktilah maka akan muncul kebijaksanaan (Jnana). Melalui kebijaksanaan, engkau akan mendapatkan jalan pengabdian transendental (diluar pemahaman sebagai manusia) kepada Tuhan. Hanya dengan melalui pengabdian yang penuh kasihlah, maka engkau akan mencapai persatuan dengan Tuhan.

- Divine Discourse, Prema Vahini

Tuesday, January 19, 2010

Sai Inspires 19th January 2010


Every aspirant must strive to keep theirself away from the turmoil, falsehood and cruelties of the world, and practice truth, righteousness, love and peace at all times. This is truly the path of devotion. Those who seek union with God must discard as worthless both praise and blame, appreciation and derision, prosperity and adversity. No great soul or even Avatar (Divine Incarnation) can ever escape criticism and blame. In such instances, they do not bend but hold on to the truth. With this realization, immerse yourself in holy books and in the company of the devotees of the Lord. Desist from discussing your belief or conviction with the ignorant. When you are rich with the experience of realization and devotion, then you can mix freely and even endeavour to direct others to the truth you have seen and experienced.

Setiap pencari spiritual harus tetap berusaha untuk menjauhkan diri dari keributan, kebohongan dan kekejaman dunia, dan menegakkan kebenaran, kebajikan, kasih dan kedamaian sepanjang waktu. Ini adalah jalan pengabdian yang sebenarnya. Bagi mereka yang mencari persatuan dengan Tuhan harus membuang segala pujian dan celaan, penghargaan dan ejekan, kemakmuran dan kemalangan sebagai sesuatu yang tiada artinya. Tiada seorang pun meski ia berjiwa mulia atau bahkan Avatar (Penjelmaan Tuhan) yang tidak kena kritik atau celaan. Dalam situasi tersebut, mereka tidak tergoyahkan namun tetap berpegang teguh pada kebenaran. Setelah memahami hal ini, sibukkanlah dirimu dengan membaca buku-buku suci dan terjunlah dalam lingkungan pemuja Tuhan. Berhentilah mendiskusikan kepercayaan atau keyakinanmu dengan orang-orang yang abai. Kalau engkau sudah kaya akan pengalaman mengenai kesadaran diri dan penuh pengabdian, maka engkau sudah boleh berbaur dengan bebas dan bahkan mengembara untuk menuntun orang lain menuju pada kebenaran yang telah engkau saksikan dan alami.

-Divine Discourse, Prema Vahini

Monday, January 18, 2010

Sai Inspires 18th January 2010


Some people are constantly immersed in worldly thoughts. Some consider themselves very intelligent and accumulate their bookish knowledge. In fact, these types of pedantries are like an allergy. Once the allergy starts spreading, their energy is sapped. Unfortunately today, we are developing allergy, not energy. Do not keep deliberating whether something is good for you or not. Everything is good. Whatever happens, consider that it is good for you. When you develop such an attitude, everything will turn out to be good for you. Be loving and cheerful always. It is only love that protects and sustains you!

Banyak orang yang terus-menerus tenggelam dalam pikiran akan keduniawian. Beberapa dari mereka menganggap diri sebagai orang yang sangat pintar dan banyak mengumpulkan ilmu pengetahuan dari buku. Sebenarnya, jenis orang yang menyombongkan pengetahuan ini seperti terkena alergi. Sekali alergi tersebut menyebar, maka energi mereka akan terkuras. Sayangnya saat ini, kita menumbuhkan alergi, bukannya energi. Janganlah terus-menerus mempermasalahkan apakah suatu hal itu baik bagi kita atau tidak. Semuanya adalah baik. Apapun yang terjadi, anggaplah bahwa semua itu demi kebaikan diri kita sendiri. Kalau engkau mengembangkan sikap seperti ini, semua hal yang terjadi akan menjadi baik untukmu. Selalulah menjadi orang yang penuh kasih dan gembira. Hanya kasih sajalah yang bisa melindungimu dan membuatmu bertahan!

- Divine Discourse, April 7, 2006

Sai Inspires 17th January 2010


God is present everywhere. Wherever you see, God is present there. There is no place where God is not present. There is no form that does not belong to Him. However, you search for God, thinking that He is at some distant place. But God is in front of you, behind you, beside you. Every single person around you are the embodiments of God. However, you do not consider the people around you as embodiments of Divinity. You look at their form and consider them as mere human beings. Forget the form. Be firmly established in the feeling that wherever you see it is only God. It is only He who provides everything for our sustenance. You see duality in the world since you go by names and forms. If you see beyond names and forms, you will find unity everywhere.

Tuhan ada dimana-mana. Kemana pun engkau memandang, Tuhan ada disana. Tidak ada satu tempat pun tanpa kehadiran Tuhan. Tidak ada satu wujud pun yang tidak menjadi milik Tuhan. Namun, engkau malah mencari-cari Tuhan, berpikir bahwa Tuhan ada di suatu tempat yang jauh. Tetapi Tuhan ada didepanmu, dibelakangmu, disampingmu. Setiap orang yang ada disekelilingmu adalah penjelmaan Tuhan. Namun, engkau menganggap bahwa orang di sekelilingmu bukanlah penjelmaan Tuhan. Engkau memandang wujud mereka dan menganggap mereka hanya sebagai manusia semata. Lupakanlah wujud. Teguhkanlah perasaanmu bahwa kemanapun engkau memandang hanya ada Tuhan. Hanya Tuhanlah yang menyediakan segala sesuatu bagi rezeki kita. Engkau menyaksikan dualitas di dunia ini karena engkau hanya melihat berdasar nama dan wujud. Jika engkau melampaui batas-batas nama dan wujud, engkau akan menemukan kesatuan dimana-mana.

- - Divine Discourse, Prema Vahini

Sai Inspires 16th January 2010


There is love in one and all. There is none bereft of love in this world. Sometimes, people may speak what they want. You should not be perturbed by such criticism. If someone criticizes you loudly, it will vanish into thin air. If they criticize you inwardly, then they will suffer. Either way, you will not be affected by it. In this manner, you should practice developing equanimity. Then, you will neither be elated by praise nor be depressed by criticism. If you want to attain God, you must have harmony in your words, thoughts and deeds. Harmony in thoughts, words and deeds is the sign of a noble person. Those who lack harmony amongst the three are wicked.

Kasih hadir di dalam diri setiap dan semua makhluk. Tiada satupun makhluk di dunia ini yang tidak memiliki kasih. Kadang kala, orang-orang berkomentar semau mereka. Engkau jangan sampai gelisah akibat kritik semacam itu. Jika seseorang mengkritikmu dengan keras, itu akan hilang dengan sendirinya di udara. Jika mereka mengkritikmu sampai ke dalam hati, maka mereka sendiri yang akan menderita. Engau tidak akan terpengaruh oleh segala cara kritik tersebut. Dalam situasi seperti itu, engkau harus berlatih cara-cara untuk menjaga ketenangan hati. Maka dengan demikian, engkau tidak akan tersanjung oleh pujian atau bersedih hati karena kritikan. Jika engkau ingin mendapatkan Tuhan, engkau harus memiliki keharmonisan dalam ucapan, pikiran dan tindakanmu. Keharmonisan dalam pikiran, perkataan dan perbuatan adalah ciri-ciri dari orang yang mulia. Mereka yang tidak memiliki keharmonisan diantara ketiga hal itu adalah orang yang jahat.

- Divine Discourse,14 Jan 2006.

Friday, January 15, 2010

Sai Inspires 15th January 2010


First of all, you have to realize that Divinity is present everywhere. Let all your actions be pleasing to God. You have come from God and are living in God. All your actions should therefore be dedicated to God. When you follow such a sacred path, you will ultimately merge in God. God is Bhavapriya (Lover of inner feelings), not Bahyapriya (Lover of external demonstration of feelings). He sees the feeling behind your actions. The world is interested in Bahyam (Outward Show) but God is interested in your Bhavam (Feeling). Hence, purify your feelings in the first instance.

Pertama-tama, engkau harus menyadari bahwa Tuhan hadir disetiap tempat. Jadikanlah segala tindakanmu menyenangkan bagi Tuhan. Engkau berasal dari Tuhan dan hidup dalam Tuhan. Dengan demikian semua tindakanmu seharusnya dipersembahkan kepada Tuhan. Kalau engkau mengikuti jalan suci ini, engkau pada akhirnya akan menyatu dengan Tuhan. Tuhan adalah Bhavapriya (Menyukai kerohanian), bukannya Bahyapriya (Menyukai jasmaniah). Tuhan mengetahui rasa yang melatarbelakangi tindakanmu. Dunia tertarik pada Bahyam (Kenampakan jasmaniah) namun Tuhan tertarik pada Bhavam (Perasaan rohani) dari dirimu. Maka dari itu, pertama-tama sucikanlah perasaanmu.

- Divine Discourse, 14 Jan 2006

Sai Inspires 14th January 2010


Every human being should essentially have three qualities - Nischalathwa, Nirmalathwa and Nirmohathwa (Steadiness, Purity and Detachment). One who has these three qualities is verily God Himself. You need not enquire from others, whether you are good or otherwise. Your conscience is your own judge. You should always think of God. People worship God, sing His glory, thinking that He is present in some distant place. There have been many Divine Incarnations in the past, but the inherent Divine Principle in all of them is one and the same. Your heart is really the temple of God. Hence, fill your heart with Love.

Setiap manusia seharusnya memiliki tiga sifat – Nischalathwa, Nirmalathwa dan Nirmohathwa (Keteguhan, Kemurnian dan Ketidakterikatan). Ia yang memiliki tiga sifat tersebut sebenarnya adalah Tuhan itu sendiri. Engkau tidak perlu mencari tahu dari orang lain, apakah engkau baik atau tidak. Kesadaranmu adalah yang menentukan. Engkau harus selalu memikirkan Tuhan. Orang-orang memuja Tuhan, menyanyikan KeagunganNya, berpikir bahwa Tuhan ada di kejauhan. Telah banyak Penjelmaan Tuhan di masa lampau, namun Prinsip Ketuhanan yang ada pada mereka adalah satu dan sama. Hatimu sebenarnya adalah tempat suci bagi Tuhan. Maka dari itu, isilah hatimu dengan Kasih.

-Divine Discourse, Prasanthi Vahini.

Wednesday, January 13, 2010

Sai Inspires 13th January 2010


Divinity is One. The names and forms may vary, but the inherent Divine Principle is One and the Same. For example, this hall is decorated with a number of bulbs. But the electric current that flows through them is the same. Similarly, sweets may be many, but the essential ingredient in them, that is sugar, which imparts the sweetness is the same. Often times, we merely go by the names and forms, forgetting the reality.

Tuhan itu Satu. Nama dan wujud boleh saja beragam, namun Prinsip Ketuhanan yang tak terpisahkan di dalamnya adalah Satu dan Sama. Sebagai contoh, aula ini dihiasi dengan sejumlah bohlam lampu pijar. Namun arus listrik yang mengaliri mereka adalah sama. Demikian juga, permen ada banyak jenis, namun bahan dasar mereka, yaitu gula, yang memberi rasa manis adalah sama. Seringkali, kita hanya memperhatikan nama dan wujud, namun melupakan intisari yang sebenarnya.

- Divine Discourse, 14 January, 2006

Sai Inspires 12th January 2009


You must understand the distinction between Education andEducare. Education is information- oriented. Educare is transformation- oriented. Education is limited to physical and mental Levels. Just as the rivers like Krishna and Godavari have their sources in the ocean, Education has its roots inEducare. Educare is related to our inner feelings and purity of heart. Our speech, song and way of life (mata, pata and bata) should originate from the heart. That is the essence of Educare. Only those endowed with the practical knowledge and wisdom will be able to understand and appreciate the concept of Educare. Even if you acquire a number of degrees, if you lack purity in your heart, you cannot be called truly educated.

Engkau harus memahami perbedaan antara “Education” dan “Educare”. “Education” berorientasi pada informasi. “Educare” berorientasi pada transformasi. “Education” terbatas pada tingkatan fisik dan mental. Sebagaimana sungai Krishna dan Gidavari berasal dari lautan, “Education” berakar pada “Educare”. “Educare” berhubungan dengan perasaan dan kemurnian di dalam hati. Ucapan, irama dan jalan hidup kita (mata, patadan bata) harus bersumber dari dalam hati. Itu adalah intisari dari Educare. Hanya mereka yang memiliki pengetahuan dan kebijaksanaanlah yang akan bisa memahami dan menghargai konsep Educare. Bahkan jika engkau telah memiliki banyak gelar, namun jika engkau tidak memiliki kemurnian hati, maka engkau sebenarnya tidak layak disebut sebagai telah berpendidikan yang sejati.

- Divine Discourse, Jan 14, 2006

Sai Inspires 11th January 2010


It is often said "Daivam Manusha Rupena". It means, God incarnates in the form of a human being. Divinity is not a separate entity. It is immanent in humanity. God incarnates as human to remind this and redeem mankind. That is why human birth is considered to be highly sacred. The human form is a conglomeration of five elements, namely Earth, Water, Fire, Air and Ether. The Divine Power which makes the five elements function is called Atma, the Supreme Self. Atmadoes not have any form. It transcends all names and forms. Hence, do not be under the mistaken notion that God is confined to a specific form. Always remember, God is Love and Love is God!

Sering kali disampaikan hal berikut “Daivam Manusha Rupena”. Artinya, Tuhan menjelma dalam wujud umat manusia. Ketuhanan bukanlah hal yang terpisah. Ia mewujud di dalam diri umat manusia. Tuhan menjelma sebagai manusia untuk mengingatkan hal ini dan membebaskan umat manusia. Itulah sebabnya mengapa kelahiran sebagai manusia dianggap suci. Wujud manusia adalah gabungan dari lima unsur, yaitu Tanah, Air, Api, Udara dan Ether. Kekuatan Tuhan yang membuat kelima unsur tersebut berfungsi disebut dengan Atma, Sang Diri Sejati. Atma tidaklah memiliki wujud tertentu. Ia melampaui segala macam nama dan wujud. Maka dari itu, jangan sampai salah mengartikan bahwa Tuhan dibatasi oleh wujud tertentu. Ingatlah selalu, Tuhan adalah Kasih dan Kasih adalah Tuhan!

- Divine Discourse, 14 Jan 2006

Sai Inspires 10th January 2010


Always enjoy the Peace that is the result of the stoppages of all mental agitations. Do not allow the mind to run after this and that. Train it to keep quiet. Keep away and afar, the mental reactions caused by the contact with the external world. Then you can become mere Existence, Sath. That is the state beyond the realm of senses. This is the realSakshaathkaara, the Goal of Life.

Nikmatilah selalu Kedamaian yang merupakan hasil dari usahamu untuk menghentikan segala macam godaan mental. Jangan ijinkan pikiranmu untuk mengejar ini dan itu. Latihlah pikiran supaya tetap tenang. Jauhilah reaksi mental yang diakibatkan oleh keterlibatan dengan dunia luar. Maka engkau akan bisa menjadi Kesunyataan, Sath. Itu adalah keadaan yang melampaui jangkauan indera. Itu adalahSakshaathkaara yang sejati, Tujuan Hidup yang sebenarnya.

-Divine Discourse, Prasanthi Vahini

Sai Inspires 9th January 2010


By mere force of intention, one can imagine in an instant, a scene in America. However, can it also be experienced in actual, at that very instant? No, you cannot! There is no use imagining and framing fancily. It must be experienced in mind, word and body. Similarly genuine peace cannot be obtained by merely knowing and learning about Divine Self. You may even firmly believe that Joy is present in these, but that is of no avail. You must dedicate your life to win that joy and experience it and enter upon the discipline needed to acquire it. Only then do you deserve the Grace of the Lord and from that, you receive eternal love and peace.

Hanya dengan membayangkan, seseorang bisa menggambarkan dengan seketika, suatu tempat di Amerika. Namun, dapatkah ia merasakah yang sesungguhnya, dengan secepat itu? Tidak! Tidak ada gunanya jika hanya membayangkan dan menggambarkan semata. Hal itu haruslah dialami oleh pikiran, ucapan dan badan. Sama halnya, kedamaian sejati tidak akan bisa diraih hanya dengan mengetahui dan mempelajari Tuhan. Engkau bahkan mungkin sangat percaya bahwa Kebahagiaan Sejati ada disana, namun itu tidak ada gunanya. Engkau harus membaktikan hidupmu dengan segala daya upaya untuk meraih kebahagiaan tersebut serta menikmatinya. Hanya dengan demikianlah maka engkau berhak akan Anugerah Tuhan dan dari anugerah tersebut, engkau mendapatkan kasih dan kedamaian yang abadi.

- Divine Discourse, Prasanthi Vahini

Sai Inspires 8th January 2009


The Divine Self can be realized, only when one possesses the discrimination to free oneself from bondage. You must transform your intellect to become pure and sharp. Ignorant people, to whom the understanding of the Divine Self is beyond reach, delude themselves by the belief that they can derive joy from the objective world which their senses can experience. If only they reflect even a little while, it will become crystal clear that even that joy they experienced is a gift of God. The Divine Nectar is present in all places at all times. As a mature aspirant, skill yourself to give up the glittering falsehood of the objective world and relish the joy of Divine and attain peace. Will a honey bee ever drink the bitter juice?

Ketuhanan di dalam diri dapat dirasakan jika kita dapat menghindari dan membebaskan diri dari segala ikatan duniawi. Engkau harus mengubah intelekmu menjadi suci dan tajam. Orang-orang yang tidak peduli akan spiritual, akan tertipu oleh kesenangan duniawi yang dirasakan oleh indera-inderanya. Saat mereka menyadari kekeliruannya itu, barulah mereka sadar bahwa semua kebahagiaan tersebut adalah pemberian dari Tuhan. Nectar Illahi selalu ada di setiap waktu di segala tempat. Sebagai bhakta yang sejati, seharusnya engkau menghindari kesenangan duniawi dan mulai mencari kebahagiaan yang abadi dan mencapai kedamaian. Pernahkah lebah memakan madu yang pahit?

- Divine Discourse. Prasanthi Vahini

Sai Inspire 7th January 2010


He who sees a pot, can know clearly that it is a pot, all by himself, is it not? Such being the case, how is it that one identifies oneself with the body, just because attachment makes one feel that it is one's own? This attachment is called ajnana, or the 'Myness'. The Atman (spirit) is Formless and free from all mutations. It has no desires, impulses or intentions. It is free from all attachments. Hence, the afflictions of the world (thaapathraya) does not affect it. It always realizes that it is not the doer, and remains as a witness, just as the lotus thrives on the water, unaffected and unattached.

Ia yang melihat sebuah belanga mengetahui dengan jelas belanga tersebut seluruhnya dengan sendirinya, bukan? Demikian juga halnya bagaimana seseorang menyamakan dirinya dengan badan, karena keterikatanlah yang membuatnya merasa bahwa itu miliknya. Keterikatan ini disebut dengan Ajnana, atau “My-ness”. Atma itu tidak berwujud dan bebas dari semua perubahan. Ia tidak memiliki keinginan-keinginan, dorongan-dorongan atau maksud-maksud tertentu. Ia bebas dari keterikatan. Oleh karena itu, penderitaan-penderitaan di dunia (Thaapathraya) tidak akan mempengaruhinya. Ia selalu menyadari bahwa ia bukanlah pelaku, sama seperti bunga teratai yang tumbuh di dalam air, tidak terikat dan tidak terpengaruhi .

-Divine Discourse, Prasanthi Vahini.

Wednesday, January 6, 2010

Sai Inspires 6th January 2009


Culture must be directed towards the reform of character. Along with that reform and to the extent it is gained, outward standard of economic life too can be adjusted. Everyone must be trained in the techniques of enjoying peace and happiness. These DO NOT depend on the outer, the external, the visible objective world. So there is no profit in worrying about or debating about these matters. You must take shelter in the contemplation of the Divine all the time. Remind yourself that the body is subject to change; it is temporary, and liable to decline. It is only when each and every aspirant is aware of this fundamental truth, that equanimity, equality and exhilaration can be established on earth.

Gaya hidup yang ada saat ini haruslah diarahkan menuju pada perubahan karakter. Bersamaan dengan perubahan tersebut, standar kehidupan ekonomi duniawi juga bisa disesuaikan. Setiap orang harus berlatih cara-cara untuk menikmati kedamaian dan kebahagiaan. Hal ini sama sekali TIDAK tergantung pada dunia luar yang terlihat. Jadi tidak ada gunanya mengkhawatirkan atau berdebat tentang hal ini. Engkau harus mengambil tempat dalam perenungan akan Tuhan setiap waktu. Ingatkanlah dirimu sendiri bahwa badan ini akan berubah; ia adalah sementara, dan pasti akan meluruh. Hanya jika para pencari spiritual telah memahami kebenaran yang mendasar ini, maka ketenangan hati, persamaan dan kebahagiaan akan bisa terwujud di muka bumi ini.

- Divine Discourse, Prasanthi Vahini

Tuesday, January 5, 2010

Sai Inspires 5th January 2010


In this created world, wisdom is enveloped in ignorance. So long as the lamp is burning, there will be a shadow beneath it. That is just inevitable. So too, when the flame of illusion is burning, the shadow of ignorance persists, right underneath! However, the Knowledge of Self destroys the ignorance, and wisdom does shine, just as Sunrise illumines the whole world and there is peace. To attain this result of peace, effort is super critical. The mind is conditioned to good or bad, by the environment. The reformers of today do not strive to transform the qualities of people. They are trying to bring about equality in economic matters, in outer life. Improving economic status alone will not bring about lasting peace. Lasting Peace can only be obtained, when character is moulded and developed. There is an urgent need to reform the character through the Knowledge of the Self. This reform alone will bear fruit - the fruit of peace and eternal bliss.

Di dunia ini, kebijaksanaan terbungkus oleh ketidaktahuan. Selama lampu pelita menyala, akan ada bayangan di bawahnya. Itu adalah hal yang tak terhindarkan. Demikian juga, ketika api khayal menyala, bayang-bayang ketidaktahuan akan muncul, tepat dibawahnya! Namun, Pengetahuan Diri yang Sejati akan melenyapkan ketidaktahuan tersebut, dan kebijaksanaan akan bersinar, sebagaimana Matahari Terbit yang menyinari seluruh dunia dan menebarkan kedamaian. Untuk mendapatkan kedamaian tersebut, usaha keras sangatlah penting. Pikiran dikondisikan pada hal baik atau buruk, oleh lingkungan. Para pendukung perubahan saat ini tidak berusaha mengubah sifat orang-orang. Mereka mengusahakan perbaikan di bidang ekonomi semata, di dunia jasmaniah. Memperbaiki status ekonomi saja tidak akan membawa kedamaian yang abadi. Kedamaian Abadi hanya bisa diraih, kalau karakter itu dibentuk dan dikembangkan. Saat ini sangat perlu untuk mengubah karakter dengan menggunakan Pengetahuan Diri yang Sejati. Hanya perubahan ini sajalah yang akan membuahkan hasil – yaitu kedamaian dan kebahagiaan abadi.

-Divine Discourse, Prasanthi Vahini

Sai Inspires 4th January 2009


Unknowingly, you may create and develop in yourself an abounding variety of selfish habits and attitudes that causes great discontent for oneself. The impulse for this comes from the power complex, the greed for accumulating authority, domination, power and the greed for things which can never be eternal and full. You may feel elated that you are master of all arts or owner of all wealth or possessor of all knowledge...From where did you acquire these? You may even claim that you earned all this through your own efforts, labour and toil, but surely, you received it from someone. The source from which all power originates is Sarweswara (Lord of All). Omnipotence belongs only to the Lord of all beings. Ignoring the omnipotence and deluding oneself that the little power that one has acquired is one's own is indeed ahamkaara(selfishness, conceit, or pride). Ahamkaara causes grief and must be uprooted from within. It will not subsist in an individual filled with genuine devotion, recognized by the characteristics of kindness, love, patience, forbearance and gratefulness. Seek therefore, to develop these virtues in you.

Tanpa disadari, engkau mungkin menciptakan dan menumbuhkan di dalam dirimu sendiri berbagai macam kebiasaan dan sikap mementingkan diri sendiri yang menyebabkan kekecewaan besar bagi diri orang lain. Dorongan untuk melakukan hal tersebut datang dari himpunan kekuatan, keserakahan untuk menumpuk wewenang, kuasa, kekuatan dan berbagai macam keserakahan lain yang semu dan takkan terpuaskan. Engkau mungkin merasa senang menjadi ahli seni atau pemilik kekayaan atau pemilik ilmu pengetahuan… Dari manakah engkau mendapatkan semua itu? Engkau bahkan mungkin menyatakan bahwa semua itu engkau peroleh melalui usaha keras, kerja dan jerih payahmu, namun sebenarnya, engkau memperoleh semua itu dari seseorang. Sumber dari segala kekuatan adalah Sarweswara (Tuhan dari Segalanya). Kemahakuasaan hanya milik Tuhan seru sekalian alam. Mengabaikan kemahakuasaan Tuhan dan menipu diri bahwa sedikit kekuatan yang dimiliki seseorang adalah dari dirinya sendiri sebenarnya adalah ahamkaara(egoisme, kesombongan, atau keangkuhan). Ahamkaaramenyebabkan penderitaan dan harus dicabut sampai ke akar-akarnya. Ahamkaara tidak akan bisa hidup dalam diri seseorang yang penuh dengan pengabdian yang tulus, yang bisa dikenali dari sifat-sifat ramah, kasih, penuh kesabaran dan rasa syukur. Maka dari itu, berusahalah untuk menumbuhkan kebajikan tersebut dalam dirimu.

-Divine Discourse, Prema Vahini

Monday, January 4, 2010

Sai Inspires 3rd January 2010


For attaining growth in spirituality, an ethical life is the foundation. This ethical life is based upon discrimination between Truth and Falsehood. Just as the pearl is retained while the shell is discarded, you must accept the Truth and reject the non-essentials. To achieve this, individual exertion and Divine Grace, both should be existent. You must constantly practice the great lesson that the body and the Soul are separate. This is a highly beneficial exercise. This will serve you to realize the Truth - the Truth that Divinity persists in all, which is God Himself.

Untuk bisa mencapai peningkatan secara spiritual, hidup dengan etika adalah dasarnya. Hidup dengan etika ini berdasarkan pemilahan antara Kebenaran dan Ketidakbenaran. Bagaikan mutiara yang tetap dijaga sementara cangkang kerang dibuang, engkau harus mempertahankan Kebenaran dan membuang hal-hal yang tidak penting lainnya. Untuk mencapai hal ini, usaha sendiri dan Anugerah Tuhan, keduanya haruslah ada. Engkau harus terus-menerus berusaha memahami bahwa badan dan Jiwa adalah berlainan. Ini adalah latihan yang berguna. Ini akan membawamu untuk bisa memahami Kebenaran – Kebenaran bahwa Ketuhanan itu hadir di dalam diri semua makhluk, yang tiada lain adalah Tuhan itu sendiri.

-Divine Discourse, Prema Vahini

Sai Inspires 2nd December 2010


The blemishes of the heart have to be washed by leading moral life and doing one's duty. A time may come when you become tired or weak - If it is, then you should pray thus: "Oh Lord, things have gone beyond my capacity. I feel further effort is too great a strain. Please give me strength." At first, God stands at a distance, watching your efforts like the teacher who stands apart when the student writes the answer to his questions. Then, when you shed your attachment to enjoyment and take to good deeds and service, God comes encouragingly near. For, He is like the Sun God, who stands waiting outside a closed door. Like the servant who knows the rights of the master and his own limitations, God does not announce His presence or bang the door. He simply waits! When you open the door just a little, the Sun rushes and promptly drives out the darkness from within. So too, when God's help is asked for, He is present by your side, with his Hands extended to render assistance. All that is needed is the wisdom to remember Him and the discrimination to pray and ask Him.

Kotoran yang melekat di hati harus dibersihkan dengan menjalankan hidup yang bermoral dan menunaikan kewajiban. Ada saatnya engkau merasa begitu lelah atau lemah – Jika benar begitu adanya, maka engkau harus berdoa: “Oh Tuhan, semua ini telah melampaui kemampuanku. Aku merasa apa yang harus kulakukan adalah terlalu berat. Tolong berilah aku kekuatan.” Pertama-tama, Tuhan seakan berdiri di kejauhan, memperhatikan usahamu bagaikan seorang guru yang mengawasi muridnya mengerjakan ujian dari sang guru. Kemudian, ketika engkau telah membuang keterikatanmu akan kesenangan dan berbuat baik serta melakukan pelayanan tanpa pamrih, Tuhan akan datang menghampirimu penuh semangat. Karena, Tuhan adalah bagai Sang Surya, yang berdiri menanti di luar pintu yang tertutup rapat. Bagaikan pelayan yang memahami sang tuan dan segala keterbatasannya, Tuhan tidaklah mengumumkan kehadirannya ataupun membuka pintu tersebut. Ia menanti! Ketika engkau sedikit saja membuka daun pintu, Sang Surya akan menerobos masuk dan dengan seketika melenyapkan kegelapan yang ada di dalam ruangan. Demikian juga, ketika Tuhan dimintai pertolongan, Ia akan hadir disampingmu, dengan tanganNya yang terentang siap untuk memberikan bantuan. Yang diperlukan adalah kebijaksanaan untuk selalu mengingat Tuhan dan kemampuan untuk memilah kapan perlu berdoa dan memohon pertolonganNya.

-Divine Discourse, Prema Vahini

Saturday, January 2, 2010

Sai Inspires 1st January 2010


In everything you do, use all the strength and talent with which you are endowed, speaking and acting truthfully. At first, you might fail in this and you might encounter difficulties and sufferings. But ultimately, you are bound to succeed and achieve victory and Bliss. Each one of you should pay constant attention to your habits and to the traits of your character. Always remember the maxim,Sathyameva Jayate (Truth alone Triumphs). Through your behavior and your way of life, you can realize the Truth and Paramathma (the Eternal Self).

Apapun yang engkau lakukan, gunakanlah segala kekuatan dan kemampuan yang telah dianugerahkan kepadamu, berbicara dan bertindaklah sejujurnya. Pertama kali, engkau mungkin akan gagal dan engkau mungkin akan menjumpai kesulitan dan penderitaan. Namun pada akhirnya nanti, engkau akan mencapai keberhasilan dan bisa meraih kemenangan dan Kebahagiaan. Engkau harus terus memperhatikan tingkah laku dan sifatmu. Ingatlah selalu akan hal ini, Sathyameva Jayate (hanya Kebenaran sajalah yang akan Menang). Melalui tingkah laku dan cara hidupmu, engkau akan bisa menyadari Kebenaran danParamathma (Sang Diri Sejati yang Kekal).

-Divine Discourse, Prema Vahini

Sai Inspires 31st December 2009


It is said, "mounam bhajaswa (pratice silence)". What ismounam (silence)? It does not mean keeping the mouth shut. It means, getting beyond the influence of all the senses and being established always in the consciousness of One's own Reality. When the mind withdraws from the external world, the tongue too becomes silent. All senses follow suit. That is real silence. Hence, you should learn to observe this world from afar, with an uninterested attitude. Then, you can also escape the wiles of the intellect which breeds doubts, delusions and dualistic diversions, that draws you away from Bliss and Peace. One who has reached that stage will be in highest peace and attain the highest joy.

Disebutkan bahwa, ”mounam bhajaswa (latihlah keheningan)”. Apakah itu mounam (keheningan)? Itu bukanlah berarti sekedar menutup mulut semata. Itu berarti, melampaui segala macam pengaruh dari semua indera dan menjadi berada di dalam kesadaran Diri Sejati. Ketika pikiran ditarik dari dunia luar, maka lidah juga akan menjadi diam. Semua indera akan mengikutinya. Ini adalah keheningan yang sejati. Maka dari itu, engkau harus belajar untuk memahami dunia ini dari kejauhan, dengan sikap yang tanpa ketertarikan. Maka, engkau juga akan bisa melepaskan diri dari tipu muslihat pikiran yang hanya akan menumbuhkan keraguan, khayalan dan keterpecahan dualistis, yang akan menarikmu menjauhi Kebahagiaan dan Kedamaian. Ia yang telah mencapai tahap tersebut akan berada pada kedamaian yang tertinggi dan akan mendapatkan kebahagiaan yang tertinggi.

-Divine Discourse, Prasanthi Vahini.

Sai Inspires 30th December 2009


The effulgence of the Divine Self is obscured by egoism or vanity. Therefore, when egoism or vanity (ahamkaara) is destroyed, all troubles end, all discontents vanish and Bliss is attained. As the Sun is obscured by mist, the feeling ofAhamkaara hides eternal bliss. Even if the eyes are open, a piece of cloth or cardboard can prevent vision from functioning effectively and usefully. So too, selfishness prevents a human being from seeing God, who is nearer to Him than anyone or anything. To bring the teachings of the Scriptures into one's actual life, you must scotch the feeling "I know" and open your eyes to the Real Essence and introspect on it. Then, you can attain bliss without fail.

Kecemerlangan Tuhan dibuat suram oleh keakuan atau kesombongan. Jadi, ketika keakuan atau kesombongan (ahamkaara) telah dihancurkan, maka semua kesulitan akan teratasi, semua ketidakpuasan akan lenyap dan Kebahagiaan Sejati akan bisa diraih. Bagaikan tertutupnya Sang Surya oleh kabut, demikian juga rasa Ahamkaaramenyembunyikan kedamaian abadi. Biarpun kedua mata kita terbuka lebar, sehelai kain atau sepotong kertas karton bisa menghalangi pandangan kita sehingga tidak bisa bekerja dengan baik dan berguna. Demikian juga, sifat mementingkan diri sendiri akan menghalangi manusia untuk bisa melihat Tuhan, dimana kita berada lebih dekat padaNya daripada orang lain atau apapun. Supaya bisa melaksanakan ajaran Kitab Suci dalam kehidupan sehari-hari, engkau harus menghilangkan perasaan ”Aku tahu” dan bukalah matamu pada Intisari Sejati dan berinstropeksi padanya. Maka, engkau akan bisa meraih kebahagiaan tanpa kegagalan.

- Divine Discourse, Prema Vahini