Tuesday, September 30, 2008

Sai Inspires 30th September 2008 (What is the absolute practical step that we must take today and continue till the end, to merge in Him?)

Meditate on the Truth and you will find that you are but a sparkling bubble upon the waters. You owe your birth to God. You subsist on God and you merge in God. Every living thing has to reach that consummation. Do it now, take this first step: Purify the heart, sharpen the intellect and begin the recital of the name of the Lord. That will give you all that you need in due time. To plant the seed of faith, to nourish it, guard it and grow it - that is your duty. The rest is His look out.

Renungkanlah (bermeditasilah) terhadap Truth (kesunyataan/kebenaran), maka engkau akan menyadari bahwa dirimu adalah bagaikan gelembung-gelembung air. Engkau berhutang kepada Tuhan atas kelahiranmu. Engkau eksis di dalam Tuhan dan pada akhirnya akan bersatu kembali dengan-Nya. Setiap mahluk hidup kelak akan mempunyai akhir yang sama seperti itu. Oleh sebab itu, mulai lakukanlah sekarang dan ambillah langkah yang pertama, yaitu: sucikanlah hatimu, tajamkanlah akal budimu dan mulailah melaksanakan praktek namasmarana. Bila engkau melakukan ketiga hal tersebut, maka engkau akan siap pada saat dibutuhkan nanti. Kewajiban utamamu adalah menanam benih keyakinan, memeliharanya, melindunginya serta membesarkannya. Selebihnya biarkanlah Tuhan yang mengaturnya.

- Sri Sathya Sai Speaks, Vol I, Ch 13, Sep 1, 1958


Monday, September 29, 2008

Sai Inspires 29th September 2008 (How do we keep ourselves near and dear to Him, when we are unhappy about something that happens to us in our daily..

You must be wary of one impurity - intolerance of another's success, prosperity or progress. If you cannot help another, at least avoid doing him harm or causing him pain. That itself is a great service. What right have you to find fault with another or to talk evil of another? When you say that nothing can ever happen on earth without His will, why get annoyed or angry? Your duty is to cleanse yourself and engage in your own inner purification. That endeavor will bring you the co-operation of all good men and you will find strength and joy welling up within you.



Ada satu hal yang perlu engkau waspadai dalam kaitannya dengan noda batinmu, yaitu sikap dimana engkau merasa iri-hati terhadap kesuksesan, kesejahteraan ataupun kemajuan yang dicapai oleh orang lain. Jikalau engkau tidak bisa menolong pihak lain, maka setidaknya janganlah engkau melukai atau berbuat negatif terhadapnya. Sikap menahan diri seperti itu sudah merupakan seva yang bagus. Engkau sama sekali tidak mempunyai hak untuk mencari-cari kesalahan orang lain ataupun membicarakan kejelekannya. Ketika engkau mengatakan bahwa tak ada sesuatupun yang dapat terjadi tanpa kehendak-Nya, lalu mengapa pula engkau harus merasa jengkel ataupun marah? Tugas utamamu adalah membersihkan dirimu serta melibatkan dirimu dalam inner purification (pemurnian batin). Upayamu tersebut akan membuahkan kerja-sama dari semua orang saleh dan kelak engkau akan memperoleh kekuatan dan kebahagiaan yang memuncak di dalam dirimu sendiri.

- Sathya Sai Speaks, Vol I, Ch 12, Aug 2, 1958.

Sunday, September 28, 2008

Sai Inspires 28th September 2008 (How do we pass the tests that Swami gives us time and again?)

Be like a bee, drinking the nectar of every flower; not the mosquito drinking blood and distributing disease in return. First, consider all as children of the Lord, as your own brothers and sisters. Develop the quality of love, always seek the welfare of humanity. Love, and you will be loved in return. Hate will never be your lot, if you promote love and look upon all with love.



Jadilah seperti kawanan lebah, yang menghisap dan meminum nectar (sari) dari setiap bunga; sebaliknya janganlah menjadi nyamuk yang hanya suka menghisap darah serta menyebarkan penyakit. Pertama-tama, perlakukanlah setiap orang sebagai anak-anak Tuhan, sebagai saudaramu sendiri. Kembangkanlah kualitas cinta-kasih dan senantiasalah mengupayakan kesejahteraan umat manusia. Sebarkanlah cinta-kasih, maka engkau juga akan dicintai. Jikalau engkau senantiasa menjunjung-tinggi cinta-kasih serta memperlakukan setiap orang dengan penuh kasih-sayang, maka kebencian tidak akan menghampirimu.

  • Sathya Sai Speaks, Ch 5, Vol I, Feb 23, 1958.

Saturday, September 27, 2008

Sai Inspires 27th September 2008 (How should you deal with life when you are faced with discomforts and disagreements with others?)

The others are part of yourself; you need not worry about them. Worry about yourself; that is enough. When you become all right, they too will be all right. For, you will no longer be aware of them as separate from you. Criticizing others, finding fault with them - all this, comes out of egoism. Search for your own faults instead. The faults you see in others are reflections of your own personality traits. Pay no heed to little worries, attach your mind to the Lord. Then, you will be led on the company of good men and your talents will be transmuted.

Orang lain adalah bagian dari dirimu; engkau tidak perlu terlalu khawatir terhadap (kesalahan) mereka. Yang perlu engkau khawatirkan adalah dirimu sendiri; itu saja sudah cukup. Apabila engkau berada di jalan yang benar, maka pihak yang lainpun kelak akan menempuh jalan kebenaran. Dirimu sebenarnya tidaklah berbeda/terpisah dari yang lainnya. Sebagai akibat egoismemu, engkau mulai mengkritik atau mencari kesalahan orang lain. Padahal jauh lebih penting bagimu untuk mencari kesalahanmu sendiri. Kesalahan yang engkau lihat di dalam diri orang lain tiada lan adalah cerminan dari negativitas yang ada di dalam dirimu sendiri. Engkau tidak perlu terlalu khawatir atas persoalan-persoalan kecil, ingatlah selalu kepada Tuhan. Dengan demikian, maka engkau akan tertuntun dalam pergaulan yang saleh dan talentamu juga akan dimurnikan.


-Sri Sathya Sai Speaks, Vol 1, Ch 11, July 25 1958.

Friday, September 26, 2008

Sai Inspires 26th September 2008 ( What are the simple signs to gauge our progress?)

The first step in aatma vichara (Self-Enquiry) is the practice of the truth that whatever gives you pain, gives pain to others and whatever gives you joy, gives joy to others. Desist from any act in relation to others, which, if done to them will give you pain. Thus, a kind of reciprocal relationship will grow between you and others, and gradually you reach the stage when your heart thrills with joy when others are joyful and shudders in pain when others are sad. This is not the kind of affection towards those who are dear to you or to your kith and kin. This sharing of joy and grief with everyone will be automatic, immediate, universal. It is a sign of great spiritual advance.

Langkah pertama dalam aatma vichara (introspeksi diri/self-enquiry) adalah mempraktekkan kebenaran bahwa segala sesuatu yang menyakitimu pasti juga akan menyakiti orang lain dan bahwa apapun juga yang menyenangkanmu juga akan menyenangkan bagi yang lainnya. Oleh sebab itu, hindarilah tindakan terhadap pihak lain, yang apabila dilakukan akan menyakitimu. Dengan demikian, maka jenis hubungan timbal-balik ini akan terjalin di antara dirimu dengan orang lain, dan secara perlahan engkau akan mencapai suatu tahapan dimana hatimu akan merasa sangat senang ketika orang lain juga senang dan sebaliknya, merasa sedih ketika yang lainnya juga sedang bersedih hati. Perasaan seperti ini tidak hanya terbatas pada kalanganmu ataupun sanak-keluarga sendiri belaka. Perasaan saling berbagi kebahagiaan dan penderitaan dengan setiap orang ini akan bersifat otomatis, seketika dan universal. Hal ini merupakan pertanda kemajuan spiritual yang besar.

- Sri Sathya Sai Speaks, Vol 1, Ch 11, Jul 25, 1958.

Thursday, September 25, 2008

Sai Inspires 25th September 2008 ( What is one most important virtue that we must follow, that will help our Journey to God?)

Practice moderation in speech. That will help you in many ways. It will develop Prema (Love), for most misunderstandings and factions arise out of carelessly spoken words. When the foot slips, the wound can be healed. But when the tongue slips, the wound it causes in the heart of another will fester for life. The tongue is liable to four big errors - uttering falsehood, scandalising, finding fault with others, and excessive articulation. These have to be avoided if there has to be Shanthi (Peace) for the individual as well as for the society. The bond of brotherhood will be tightened if people speak less and speak sweet. You are all spiritual aspirants at various stages of the road and mounam (Silence) as a discipline will be valuable for you.

Cobalah untuk bersikap moderat dalam kaitannya dengan ucapan/tutur-katamu. Praktek seperti ini akan membantumu dalam banyak hal, yaitu antara lain ia akan mengembangkan Prema (cinta-kasih). Pada umumnya perselisihan paham maupun pertikaian diakibatkan oleh karena ucapan yang secara keliru diutarakan. Apabila kaki kita terpeleset, maka luka yang ditimbulkan masih bisa disembuhkan. Namun apabila ucapan yang meleset, maka luka yang diakibatkannya (dalam hati orang-lain) akan membekas untuk selamanya. Ketahuilah bahwa lidah kita sangat berpotensi untuk melakukan keempat jenis kesalahan, yakni: mengucapkan hal-hal yang tidak benar (falsehood), bergosipan/isu-isuan (scandalising), mencari-cari kesalahan orang lain serta terlalu banyak omong. Keempat hal ini haruslah dihindari apabila kita menginginkan adanya Shanthi (kedamaian) bagi diri kita sendiri maupun bagi masyarakat banyak. Ikatan persaudaraan akan semakin erat jikalau kita berbicara seminimal mungkin dan secara lemah-lembut. Engkau semuanya adalah aspiran spiritual dalam berbagai tahapan perjalanan dan ingatlah bahwa mounam (silence/hening/diam) adalah disiplin yang akan sangat berharga & bermanfaat bagimu.

-Sri Sathya Sai Speaks, Vol 1 Ch 10, July 22, 1958.

Wednesday, September 24, 2008

Sai Inspires 24th September 2008 ( How to easily comprehend the principle of oneness in every being, that is present at all times?)

You might wonder and even doubt how it is possible for the Lord to dwell in every being. Have you not seen one single mango seed, grow into a tree which gives thousands of fruits? In each of the fruit, there is to be found a seed, very identical to the one which was first planted. So too, the One Lord, can be found in every being created by His Will.

Engkau mungkin merasa heran atau bahkan meragukan tentang kemungkinan Tuhan yang dikatakan bersemayam di dalam diri setiap mahluk.... Bukankah engkau melihat bahwa dari satu biji buah mangga, bisa bertunas dan akhirnya tumbuh menjadi sebatang pohon besar yang menghasilkan ribuan buah? Dan di dalam setiap buah mangga itu, terdapat pula biji mangga yang identik dengan biji yang telah ditanamkan sebelumnya. Nah, perumpamaan seperti ini berlaku juga terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Beliau bisa dijumpai/ditemukan di dalam diri setiap mahluk yang diciptakan oleh-Nya.

-Sri Sathya Sai Speaks, Vol 1 Ch 8, Mar 24, 1958.

Tuesday, September 23, 2008

Sai Inspires 23rd September 2008 ( What is the most important ingredient for treading in the path of Devotion?)

For treading the Bhakthi Maarga (Path of Devotion), one needs no scholarship, nor wealth, nor riches, nor ascetic rigors. The Grace of the Lord is as vast as the ocean, it is limitless. By your sadhana (spiritual practice), your japam (repetition of Lord's Name), your dhyanam (meditation) and systematic cultivation of virtue, this Grace is converted into clouds of truth, and they rain on the humanity as showers of joy, which collectively flow back into the ocean of Lord's Grace.

Untuk menapaki Bhakthi Maarga (Path of Devotion/jalan bhakti), engkau tidak perlu harus menjadi sarjana terlebih dahulu; demikian pula, tidak dibutuhkan kekayaan maupun praktek tapa-brata yang sulit. Rahmat Ilahi bagaikan samudera yang maha luas dan tanpa batas. Melalui sadhana (praktek spiritual) seperti japam (pengulangan nama-nama Tuhan), Dhyanam (meditasi) serta pemupukan sifat-sifat luhur yang dilakukan secara sistematis; maka Karunia-Nya akan dikonversikan menjadi kumpulan awan kebenaran dan selanjutnya turun sebagai curahan hujan rahmat & kebahagiaan bagi seluruh umat manusia.

-Sri Sathya Sai Speaks, Vol I Ch 8, Mar 24, 1958.

Monday, September 22, 2008

Sai Inspires 22nd September 2008 (How can we always experience an atmosphere of concord, wherever we are?)

"Be fixed in the consciousness that you yourself are the  immortal "atma"  which is indestructible, which is holy, pure and divine.  That will give you unshakable courage and strength.  Then, you must develop mutual love and respect.  Tolerate all kinds of persons and opinions, all attitudes and peculiarities.  The school, the home, the workplace and the society are all the training grounds of tolerance.  The relationship with each other must be based on love, not fear.  Only the atmosphere of love can guarantee happy co-operation and concord." 

"Sadarilah bahwa dirimu adalah "atma" nan abadi, yang tidak mengalami kelapukan, suci, murni dan divine. Kesadaran seperti ini akan memberikan kekuatan serta keberanian yang kokoh. Setelah itu, engkau juga perlu mengembangkan cinta-kasih dan penghormatan. Kembangkanlah juga sikap toleransi terhadap perbedaan pendapat pihak lain. Sekolah, rumah, tempat kerja dan masyarakat adalah medan untuk melatih toleransi. Hubungan antar manusia haruslah didasari oleh cinta-kasih, bukannya ketakutan. Atmosfir cinta-kasih akan menjamin terjalinnya kerja-sama yang menyenangkan."

- Sathya Sai Speaks, Vol I Ch 6, Feb 2, 1958.

Sunday, September 21, 2008

Sai Inspires 21st September 2008 (What should be our attitude when we engage in selfless service?)

People should realize that service is the passport to leadership. Hence, in the service organisations, no distinction of high or low should be permitted and all should be invited to take part in service. In fact, human birth is intended for service. Whatever other accomplishments one may have, they are not equal to the joy derived from rendering selfless service...All service volunteers should, at the outset, cultivate the feeling that the people they are serving are all sparks of the Divine. Only then will they be able to render service wholeheartedly. They should also realise that no purpose will be served by worshipping God without purity of heart.

Engkau harus menyadari bahwa pelayanan (seva) adalah merupakan paspor untuk mencapai tampuk kepemimpinan. Oleh sebab itu, di dalam organisasi seva, tidak boleh ada perbedaan antara (kedudukan) yang tinggi dan rendah, setiap orang harus bebas dan diundang untuk berpartisipasi dalam kegiatan seva. Sebenarnya kehidupan sebagai manusia memang ditujukan untuk melayani. Apapun dan bagaimanapun juga pencapaian yang telah berhasil engkau dapatkan, semuanya itu tidak bisa dibandingkan dengan kebahagiaan yang engkau peroleh melalui pelayanan tanpa pamrih... Setiap sevadal sejak awal harus memupuk perasaan seperti ini, yaitu bahwa orang-orang yang engkau layani semuanya adalah bagian dari percikan Ilahi. Dengan demikian, maka pelayanan akan diberikan dengan sepenuh hati. Disamping itu, engkau juga harus menyadari bahwa pemujaanmu terhadap Tuhan tidak akan ada manfaatnya, terkecuali bila engkau melakukannya dengan hati yang murni.

- Divine Discourse, November 24, 1990.

Saturday, September 20, 2008

Sai Inspires 20th September 2008 (How can we achieve our goals?)

It is not possible to make any noise with only one hand. In the same manner, if man wants to achieve something higher, without making an effort, it is not possible. If man wants to get the fruits without making any effort, this signifies weakness on his part. In order to achieve any result, some attempt has to be made. It is man's duty to put in his best efforts and the success or failure will be decided by God. By making an effort, we will be able to achieve many things and achieve good results.

Untuk bertepuk-tangan tentunya dibutuhkan kerja-sama dari kedua tangan. Demikian juga, bila manusia ingin berhasil dalam usahanya, maka ia perlu melakukan daya-upaya. Apabila ada orang yang ingin memetik buah tanpa berusaha, maka itu merupakan pertanda bahwa yang bersangkutan memang lemah adanya. Tanpa usaha, maka tak mungkin akan ada hasil. Tugasmu adalah berupaya semaksimal mungkin dan selanjutnya serahkan kepada Tuhan sebagai penentu keberhasilan maupun kegagalan. Dengan melakukan usaha, maka kita akan bisa mencapai banyak hal serta memperoleh hasil yang positif.

- Divine Discourse, Summer Showers, 1977.

Friday, September 19, 2008

Sai Inspires 19th September 2008 ( What are the two weapons that we must use to stay in the Divine Path?)

Remember the sword of Prema (Love) has to be kept in the sheath of Viveka (Wisdom). The indriyas (senses) have to be rigorously controlled by Viveka and Vairaagya (discrimination and detachment), the twin talents given exclusively to man. Viveka instructs you how to choose your avocations and your associates. It tells you the relative importance of objects and ideals. Vairaagya saves you from too much of attachment and injects a sense of relief, at times of elation and despair. They are the two wings that hold before you the impermanence of the world and the permanence of the Bliss of Reality. They prompt you to direct your lives towards spiritual saadhana and the never failing contemplation of the Glory of the Lord.

Ingatlah selalu bahwa 'pedang' Prema (cinta-kasih) harus disimpan di dalam 'selongsong' Viveka (kebijaksanaan). Panca indera harus selalu terkendali oleh Viveka dan Vairaagya (kemampuan diskriminatif dan ketidak-melekatan). Viveka memberi instruksi bagaimana engkau memanfaatkan waktu luang serta bagaimana memilih teman pergaulan. Ia memberitahumu seberapa pentingnya suatu obyek ataupun idealisme tertentu. Sementara itu, Vairaagya menyelamatkanmu dari kemelekatan yang berlebihan serta memberikan ketenangan ketika engkau sedang mengalami pasang-surut kehidupan. Kedua-duanya (Viveka dan Vairaagya) bagaikan sepasang sayap yang mengingatkanmu atas ketidak-permanennya dunia ini. Mereka juga berfungsi sebagai pendorong agar engkau mengarahkan kehidupanmu di jalan spiritual (saadhana) serta senantiasa berkontemplasi terhadap kemuliaan Tuhan.

- Divine Discourse, July 22, 1958.

Thursday, September 18, 2008

Sai Inspires 18th September 2008 ( How to stay in Divinity even in tough times?)

Treat everyone as your own people and even if you cannot do them any good, desist from causing them any injury. Burn the lamp of love inside the niche of your heart, and then the nocturnal birds of greed and envy will fly away, unable to bear the light. Prema (Love) makes you humble; it makes you bend and bow when you see greatness and glory.

Perlakukanlah setiap orang sebagai sanak keluargamu sendiri. Jikalau engkau tidak bisa berbuat kebajikan bagi mereka, paling tidak janganlah engkau melakukan hal-hal yang merugikan orang lain. Nyalakanlah pelita cinta-kasih di dalam relung hatimu, agar kawanan burung-burung - representasi dari sifat jahat, keserakahan dan keirihatian - bisa diusir. Prema (cinta-kasih) akan membuat dirimu menjadi rendah-hati dan penuh dengan penghormatan.

- Sathya Sai Speaks, Vol 1, Mar '58.

Wednesday, September 17, 2008

Sai Inspires 17th September 2008 ( How can we overcome the obstacle in our path of Surrender to the Lord?)

The greatest obstacle on the path of surrender is ahamkaara (egoism) and Mamakara (possessiveness). This is deep-rooted in your personality since ages. It can certainly be removed only by the twin detergents of discrimination and renunciation. Bhakthi (Devotion) is the water to wash away this dirt of ages and the soap of Japam (Repeating God's Name), Dhyanam (Meditating on His form) and Yoga (Communion with the Divine) will help remove it quicker and more effectively.

Hambatan terbesar di jalan surrender (penyerahan diri) adalah ahamkaara (egoisme) dan Mamakara (sikap kepemilikan). Kedua-duanya sudah berakar dalam personalitasmu sejak berbagai kehidupan yang lampau. Mereka hanya bisa dicabut/dibersihkan dengan dua 'detergen', yakni: discrimination dan renunciation (kemampuan untuk membedakan antara yang benar dan salah serta tapa-brata). Bhakti (devotion) diibaratkan sebagai air untuk membersihkan kotoran yang telah menempel sekian lama serta sabun yang digunakan adalah Japam (pengulangan nama-nama Tuhan), Dhyanam (tindakan meditatif terhadap aspek wujud-Nya) dan Yoga (persekutuan dengan Sang Ilahi). Dengan kedua detergen itu, maka niscaya semua kotoran batin bisa dibersihkan secara lebih cepat dan efektif.

- Divine Discourse, Aug 1, 1956.

Tuesday, September 16, 2008

Sai Inspires 16th September 2008 ( How to lead a Divine Life?)

Every struggle is to realize the Unity behind all the multiplicity. You have to churn the milk if you wish to separate and identify the butter that is immanent in it. So too, to carry on in life, certain processes of thought and action are required in order to get hard core faith that this world is a mixture of sathyam and asathyam (real and unreal), and that, in fact, it is mithya (false).... Divine Life does not admit of the slightest dross in character or delusion in intellect. Wipe out the root causes of anxiety, fear and ignorance.... Anxiety is removed by faith in the Lord; the faith that tells you that whatever happens is for the best and that the Lord's Will be done.

Setiap daya upaya harus dikerahkan untuk mencapai kesadaran atas prinsip unity in Diversity (bhinneka tunggal ika). Apabila engkau hendak memperoleh butter, maka engkau perlu melakukan penggodokan atas larutan susu. Demikian pula dalam kehidupan ini, terdapat serangkaian proses pemikiran dan tindakan yang perlu dilakukan agar di dalam dirimu tertanam keyakinan kuat bahwa dunia ini pada hakekatnya adalah perpaduan antara sathyam dan asathyam (kebenaran dan ketidak-benaran), dan bahwa sebenarnya itu adalah mithya (kekeliruan).... Divine Life tidak mengenal istilah kemerosotan karakter maupun delusi atas intellect (buddhi). Cabutlah akar-akar penyebab dari kegelisahan, ketakutan maupun kebodohan batin.... Kekhawatiran dapat disingkirkan melalui keyakinan terhadap-Nya; yaitu keyakinan yang memberitahumu bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah yang terbaik bagimu dan bahwa kehendak Tuhanlah yang akan terjadi.

- Divine Discourse, April 1957

Monday, September 15, 2008

Sai Inspires 15th September 2008 ( What is it that we should really conquer?)

The earth is the natural habitat of man. Why should he venture out of the range of the elements of which his body is composed and go places where he has to take water, air and other essential requisites with him? When he goes to the moon, he does not leave anxiety, fear and falsehood behind. The moon that man has to voyage into is the mind, not this dead satellite, with no capacity to illumine itself.

Bumi ini adalah habitat alamiah bagi manusia. Lalu mengapa pula manusia harus bersusah-payah mencoba untuk menjangkau ke tempat yang tidak mengandung elemen-elemen dasar seperti yang dimiliki oleh badan fisiknya? Mengapa pula ia harus pergi ke tempat itu sembari membawa serta air, udara dan kebutuhan mendasar lainnya? Ketika manusia pergi ke bulan, toh ia tidak bisa melepaskan kekhawatiran, ketakutan dan kesalahan lainnya. Bulan yang seharusnya menjadi tempat tujuan perjalanan manusia adalah mind (batinnya sendiri), bukannya satelit yang sudah mati itu dan yang tak memiliki kemampuan untuk beriluminasi.

- Sathya Sai Speaks, Vol. III, Page - 9.

Sunday, September 14, 2008

Sai Inspires 14th September 2008 (What do we need to do to develop devotion and dedication?)

Bhakthi (Devotion) and Shraddha (sincerity) are the two oars with which you can take the boat across the sea of Samsara (worldly life). A child told its mother when it went to bed at night, "Mother, wake me up when I get hungry." The mother answered, "There is no need for me to wake you up, your hunger will itself wake you." So too, when you are hungry for God, that hunger will activate you and make you seek the food you need. God has endowed you with hunger and He supplies the food too. He has endowed you with illness and He gives the specifics you need too. Your duty is to see that you use the appropriate food or drug!

Bhakti (devotion) dan shraddha (ketulusan hati) adalah kedua kayuh yang dapat engkau gunakan untuk membawa perahumu dalam mengarungi samudera Samsara (kehidupan di dunia ini). Suatu ketika, seorang anak memberitahu ibunya ketika ia hendak tidur, "Bu, tolong bangunin saya kalau saya lapar ya." Sang ibu menjawab, "Tidak perlu ibu membangunkanmu nak, rasa laparmu – dengan sendirinya - akan membangunkanmu." Demikian pula, ketika engkau merasa lapar terhadap Tuhan, maka dengan sendirinya engkau akan terdorong dan berupaya untuk mencari 'makanan' yang dapat memuaskan rasa lapar itu. Tuhan telah membekalimu perasaan lapar dan Beliau juga menyediakan makanannya. Beliau memberikan rasa sakit (penyakit) dan juga petunjuk-petunjuk yang diperlukan untuk memperoleh kesembuhan. Tugas utamamu adalah memastikan bahwa engkau mengkonsumsi makanan atau obat yang tepat & benar!

-Divine Discourse, Mahashivarathri, 1955.

Saturday, September 13, 2008

Sai Inspires 13th September 2008 (How can we overcome the obstacles and reach nearer to the Lord?)

The only blemish that affects the mind is illusion. It is like a fierce dog that prevents anyone from approaching the Master. One can manage to by pass it by assuming the roopam or the Form of the Master or by calling out loudly His Name so that He comes down and accompanies you inside His house. For the Master to do so, you must win His Grace. Illusion is His pet, if the Master orders it to desist from harming you, it will not harm you. The Master comes to save not one good man from illusion, but the whole of mankind. The Lord manifests Himself only to shower Grace.

Satu-satunya jenis cacat yang menghantui mind (batin) adalah ilusi. Ia bagaikan anjing galak yang menghalangi orang-orang untuk menghampiri sang tuan rumah. Engkau bisa melewatinya dengan jalan mengambil wujud (roopam) si tuan rumah atau dengan cara memanggil nama-Nya dengan kencang agar Ia turun dan menemanimu ke dalam rumah-Nya. Agar sang tuan rumah mau melakukan hal ini, maka terlebih dahulu tentunya Ia harus merasa senang terhadapmu. Ilusi adalah bagaikan anjing peliharaan-Nya, dimana si tuan rumah (Tuhan) berkuasa untuk memerintahkannya agar tidak mencelakaimu. Beliau datang untuk menyelamatkan bukan hanya satu orang saja, tetapi seluruh umat manusia. Tuhan memanifestasikan diri-Nya hanya demi untuk mencurahkan rahmat dan anugerah-Nya.

-Divine Discourse, Jan 1, 1964.


Friday, September 12, 2008

Sai Inspires 12th September 2008 (What should we do to acquire a sense of discrimination and experience oneness?)

The soul is the motive force of all the senses. The eye is but a window through which the soul peeps out at the external world. You must have Samadrishti. "Samam" means Brahman, the Absolute Reality. Samadhristi means seeing only Brahman, the Only One, in all things, at all times. This Ekathwam (Oneness) is the basic truth. All other experiences are partial, distorted, false. Dwell on that in your meditation and fix it in your inner consciousness. Meditate, fix your urge on the Nithya (Eternal), the Sathya (Truth), the Nirmala (Pure) and the Nischala (Immovable)..at all times.

Soul (jiwa/atma) adalah daya dorong utama bagi semua senses (panca-indera). Mata adalah bagaikan jendela bagi jiwa untuk melihat ke dunia eksternal. Seyogyanyalah engkau memiliki Samadrishti. "Samam" diartikan sebagai Brahman (Tuhan), yaitu Realitas Absolut. Jadi, Samadhristi diartikan sebagai hanya melihat kepada Brahman - Sang Maha Esa - di dalam segala hal dan di setiap saat. Prinsip Kesatuan (Oneness/Ekathwam) ini merupakan kebenaran hakiki. Segala bentuk pengalaman yang engkau alami bersifat parsial, terdistorsi dan tidak benar. Renungkanlah hal ini di dalam meditasimu dan jadikanlah ia sebagai titik fokus di dalam kesadaranmu. Senantiasalah bermeditasi terhadap aspek-aspek Nithya (keabadian), Sathya (kebenaran), Nirmala (kemurnian) dan Nischala (immovable/yang tak mengalami perubahan?)

Thursday, September 11, 2008

Sai Inspires 11th September 2008 ( What is the most important task we must do to progress spiritually?)

Assign your mind to the task of serving the Lord and it will grow tame. You do not hand over to the goldsmith, an ornament that is quite nice - do you? You will give him jewels for repair or reshaping, the ornaments you feel have been broken or dented or gone out of fashion. So too, give the Lord your mind that certainly needs repair, if not complete reconstruction. Entrust to the Lord your mind and let Him shape it as He likes.

Berikanlah tugas kepada mind (batin)mu untuk melayani Tuhan agar ia menjadi jinak. Tentunya engkau tidak memberikan perhiasan yang masih dalam kondisi bagus kepada goldsmith (tukang emas) bukan? Yang engkau berikan adalah perhiasan yang menurutmu sudah rusak, atau bila ada bagian yang copot maupun yang perlu dipermak sesuai dengan trend yang ada. Demikian pula, berikanlah kepada Tuhan mind yang perlu perbaikan atau yang malah perlu direkonstruksi ulang secara total. Percayakanlah kepada Tuhan batinmu dan biarkanlah Ia memperbaharuinya sesuai dengan kehendak-Nya.

- Divine Discourse, Jan 1, 1964.

Wednesday, September 10, 2008

Sai Inspires 10th September 2008 ( How should we lead our lives in this earthly sojourn?)

Be thankful to the Lord that He gave you time, as well as action to fill it with. He gave you food, as well as hunger to relish it. But that does not entitle you to engage yourself in action indiscriminately. You use the mosquito curtain to prevent mosquitoes and you also see that the mosquitoes do not imprison themselves inside the net when you go to sleep. Similarly, select the impulses, the motives, and the incentives that enter your mind. Keep out the demeaning, the debasing and the deleterious of them away. Admit the highest wisdom of the scriptures, the wisdom culled out of the crucible of experience (Anbubhava jnanam). The lotus born in the slime and mud rises up through the water and lifts its head high above the water. It refuses to get wet, though water is the element which gives its life! Be like the Lotus!

Bersyukur dan berterima-kasihlah kepada Tuhan oleh karena engkau telah diberikan waktu dan juga kegiatan-kegiatan untuk mengisinya. Beliau juga telah memberimu makanan dan rasa lapar. Namun walaupun demikian, bukan berarti bahwa engkau boleh bertindak sesuka hatimu (tanpa adanya pertimbangan terlebih dahulu). Sebagai contoh, engkau menggunakan kelambu untuk mencegah agar nyamuk tidak masuk (ke dalam kamar tidurmu) dan disamping itu, tentunya engkau juga perlu memastikan bahwa tidak ada seekor nyamukpun yang terperangkap di dalam kelambumu ketika engkau hendak tidur. Nah, dengan analogi seperti ini, berarti engkau perlu memilih dorongan/impuls, motivasi serta jenis-jenis insentif yang masuk ke dalam batinmu. Janganlah membiarkan negativitas mempengaruhimu dan sebaliknya izinkanlah kebijaksanaan tertinggi dari kitab-kitab suci, yaitu kebijaksanaan yang berhasil diperoleh melalui tempaan pengalaman para suci (Anbubhava jnanam). Bunga lotus terlahir di tengah-tengah kerumunan lumpur, namun ia tumbuh dan mekar jauh di atasnya. Ia tidak membiarkan dirinya menjadi basah, walaupun sebenarnya air adalah elemen yang memberinya daya kehidupan! Jadilah seperti bunga lotus!

- Divine Discourse, January 1,1964.

Tuesday, September 9, 2008

Sai Inspires 9th September 2008 ( How can we become one with every being in this Universe?)

If you hold a drop of water in your palm, it evaporates in a few moments. But when you join it with the ocean, it becomes boundless and one with the vast ocean. It achieves immortality and infinitude. Only through Love can union with the Universal be realized. To a devotee who has achieved such a union with the Eternal, everything appears as Divine.

Jikalau engkau meletakkan setetes air di atas telapak tanganmu, maka air itu dalam waktu yang singkat akan segera menguap. Akan tetapi, apabila engkau meneteskannya di atas permukaan laut, maka ia menjadi satu dengan samudera luas yang tak terhingga. Artinya, ia telah mencapai imortalitas dan tak terbatas lagi. Persekutuan dengan Universal (Sang Ilahi) hanya mungkin tercapai melalui cinta-kasih. Bagi seorang bhakta yang telah mencapainya, maka segala sesuatunya akan tampak bagi dirinya sebagai Ilahi (Divine).

-Divine Discourse, January 19, 1986.

Monday, September 8, 2008

Sai Inspires 8th September 2008 ( How can we not be carried away by the unfolding of "Maya" in our day to day lives?)

Let us take a cycle or a car tyre. If a small pin is pierced in that tyre, all the air inside it will be released. While all the air that is in the tyre goes out under such conditions, your body, which has nine big holes in it can always hold life in it without leaking out. Everything is held together by God's strength. God is present everywhere. You are only a means through which God is seeing everyone in this world. You are imagining that you are seeing with your eyes, but you are, in fact, seeing with God's eyes. This world is full of God and everything that you see is God.

Cobalah kita lihat ban sepeda atau ban mobil. Jikalau kita menggunakan sebuah pin kecil dan mencoloknya ke pentil ban tersebut, maka semua udara yang ada di dalamnya akan bocor. Nah, apabila semua udara yang ada di dalam ban itu mengalami kebocoran dengan cara demikian; jikalau diperbandingkan dengan badan jasmanimu - yang notabene memiliki sembilan lubang - namun terlihat bahwa ia tetap sanggup untuk menyimpan kehidupan di dalamnya tanpa mengalami "kebocoran" sama sekali. Berkat kekuatan Tuhan-lah hal itu dapat terjadi. Tuhan eksis dimana-mana. Melalui dirimu, Tuhan melihat setiap orang di dunia ini. Sebenarnya daya kekuatan penglihatanmu adalah berkat kekuatan-Nya. Sang Ilahi menyelimuti segala-galanya di alam semesta ini.

- Divine Discourse, Summer Showers 19, 1973.

Sunday, September 7, 2008

Sai Inspires 7th September 2008 (What are the two commands that we must follow every minute in our lives to be successful at what we do? )

You must always remember the two great principles - work and worship, and follow them every minute of your lives. Whatever job you take up, do it to the best of your ability. Do your duty to the best and to the utmost satisfaction of everyone concerned. Even in your home, you must discharge all your obligations and responsibilities. If you are able to satisfy your parents today by discharging your duty in the proper spirit, tomorrow your children will offer you similar satisfaction. If you aspire for a happy and secure life in future, you must lead your present life in a conducive way by discharging all your obligations in the right spirit. If you discharge your responsibility in the right spirit, that will give you real power from the well-deserved authority.

Ada dua prinsip utama yang harus senantiasa engkau ingat, yaitu tentang work and worship (bekerja dan ibadah), ikutilah kedua prinsip ini setiap saat selama rentang kehidupanmu. Apapun juga jenis pekerjaan yang engkau lakukan, maka laksanakanlah sebaik mungkin sesuai dengan kemampuanmu yang maksimal. Jalankanlah tugas/kewajibanmu dengan sebaik-baiknya untuk kepuasan setiap orang. Bahkan di dalam rumah, engkau harus menunaikan semua tanggung-jawab dan kewajibanmu dengan sebaik-baiknya. Apabila orang-tuamu merasa puas atas semangatmu dalam menjalankan tugas-tugasmu, maka kelak anak-anakmu juga akan memberikan kepuasan yang sama bagimu. Jikalau engkau beraspirasi untuk mendapatkan kehidupan yang bahagia dan aman di masa yang akan datang, maka mulai saat ini engkau harus menjalani kehidupanmu secara kondusif dengan melaksanakan semua kewajibanmu secara bersemangat. Apabila hal ini engkau lakukan dengan benar, maka engkau akan dianugerahi daya kekuatan oleh-Nya.

-Divine Discourse, Summer Showers 22, 1972.

Saturday, September 6, 2008

Sai Inspires 6th September 2008 (What is the relationship between the subtle mind and the gross? What binds us down? How can we overcome them?)


The five elements that make this universe are: Ether/Sky, Air, Fire, Water and Earth. Of them all, the earth is the grossest of the elements, water is subtler and pervasive than earth. Fire is subtler than water and more pervasive. Air is even more subtler and Ether (Sky) is the subtlest and pervades the most. In the reverse process, when subtlety diminishes, the density increases and the pervasiveness contracts. Let us take this example: A jasmine flower is placed on a table in the room. The flower, which is gross is very small in size. But its fragrance, which is subtle, pervades the whole room. Likewise, steam which is generated from water, occupies a much larger space than the volume of water from which it is produced. Si milarly, the mind of man, because of its extreme subtlety, is capable of immense expansion. You bind yourself to Nature and the family by your attachment and desires. To withdraw yourselves from these attachments and to reduce your subjection to the external world, you have to practice control over your eyes, ears and tongue.

Alam semesta ini terbentuk oleh lima elemen dasar, yaitu: ether, udara, api, air dan tanah. Dari kelima elemen itu, tanah merupakan elemen yang paling solid (padat), dilanjutkan oleh air, api, udara dan yang paling halus adalah elemen ether. Dalam urutan sebaliknya, ketika unsur 'kehalusan' semakin berkurang, maka itu berarti densitas (kepadatan) semakin bertambah, sehingga pervasiveness (luasnya pencakupan) juga semakin mengecil. Ambillah contoh bunga jasmine (melati) yang diletakkan di atas meja di dalam suatu ruangan. Bunga jasmine dalam bentuk fisiknya cukup kecil, namun aroma wanginya (yang wujudnya lebih halus) menyebar ke segenap penjuru ruangan itu. Demikian pula, uap yang dihasilkan dari (pemanasan) air, memerlukan ruangan yang lebih besar volumenya dibandingkan air yang menghasilkannya. Analogi yang serupa dapat diterapkan dalam kaitannya dengan mind manusia; oleh karena unsur kehalusannya sedemikian tinggi, maka mind memiliki kemampuan ekspansi yang luar biasa. Engkau terikat pada nature (keadaan di sekelilingmu) dan keluarga sebagai akibat dari kemelekatan dan keinginanmu. Agar engkau dapat menarik dirimu dari kemelekatan tersebut serta mengurangi keterikatan terhadap dunia eksternal ini, maka engkau perlu melatih kontrol atas mata, telinga dan lidahmu.

-Divine Discourse, March 1988.

Friday, September 5, 2008

Sai Inspires 5th September 2008 ( How can you carry on your duties unmindful of honor or disgrace you receive?)

Mud is found all over, so it has no value; but gold has great value. Why? It is difficult to obtain. In the same way, a person with a pure heart is given great respect. His/her actions carry weight. A happy life and good reputation depends on your actions, nothing else. To scale the heights of greatness, one must engage in sacred deeds. Human life is indeed very valuable. If you adhere to virtue, you are automatically honored. Your respect in society depends not on looks, personality or wealth, but only on behavior. God knows what to give to whom, when, where and how. Therefore, do your duty and God's Grace will overflow, unasked.

Lumpur dapat ditemukan dimana-mana dan oleh sebab itu ia sama sekali tak ada nilainya; namun lain halnya dengan bongkahan emas (yang sangat dihargai). Mengapa demikian? Sebab emas adalah barang yang amat sangat langka/sulit untuk didapatkan. Sesuai dengan analogi ini, seseorang yang memiliki hati yang mulia tentu akan sangat dihargai/dihormati. Tindakannya memberi bobot tersendiri bagi dirinya. Kehidupan yang berbahagia serta reputasi baik sangat tergantung pada tindakan bajik yang telah engkau lakukan. Kehidupan sebagai manusia sungguh amat berharga. Jikalau engkau berpegang teguh pada nilai-nilai luhur, maka secara otomatis engkau akan dihormati. Harga dirimu di tengah-tengah masyarakat bukanlah ditentukan oleh penampilanmu, kepribadian maupun kekayaanmu; melainkan dipengaruhi oleh perilakumu (behavior). Tuhan tahu apa yang harus diberikan, yaitu kepada siapa, kapan, dimana dan bagaimana caranya. Oleh sebab itu, lakukanlah tugas-tugasmu dan rahmat Ilahi akan mengalir dengan sendirinya walaupun tanpa diminta sekalipun.

-Divine Discourse, Summer Showers, 1995.

Thursday, September 4, 2008

Sai Inspires 4th September 2008 ( Why should we develop a keen sense of discrimination?)

The mind is the basis for all the sense organs. Without mental consciousness, the sense organs will not be able to function at all.  From time to time, the senses are likely to go astray.  If a brass vessel is struck with a stick, it will send out vibrations.  Likewise, when someone criticizes you, your mind waves will get excited by the sound waves reaching a certain nerve centre in the brain.  Immediately, an angry reaction occurs.  The stage is set for a quarrel.  Then, there is no control over the mind.  On the other hand, someone else may come and praise you.  You forget yourself and get immersed in joy.  The sense of discrimination may be lost through excessive elation or through deep distress.  When the discriminating power is weak, the mind is prone to pursue wrong courses. To achieve a state of bliss, you must start with the control of senses.  The senses must be directed along the right lines.

Mind (batin) adalah dasar atau fondasi dari seluruh organ-organ sensual (panca indera). Tanpa adanya mental consciousness (pengendalian batin), maka panca inderamu tak akan berfungsi sebagaimana mestinya. Senses mempunyai kecenderungan untuk 'berpetulangan' sesuka-sukanya. Ketika sebuah wadah (yang terbuat dari logam) dipukul, maka getaran dari suara dentingannya akan bergema ke segenap penjuru. Analogi yang serupa dapat diterapkan, yaitu ketika seseorang mengkritikmu; maka gelombang mind akan terpancing oleh gelombang suara kritikan itu sehingga mencapai titik tertentu di dalam otak. Langsung saja reaksi amarah akan timbul. Situasi pertengkaranpun akan segera muncul. Hal itu menandakan bahwa pengendalian mind masih sangat lemah. Sebaliknya, ketika seseorang datang dan memujimu, maka engkau menjadi lupa-diri dan larut dalam kesenangan. Jadi, terlihat bahwa sense of discrimination (kemampuan diskriminatif) berpotensi untuk menjadi lemah ketika engkau dipuji secara berlebihan dan juga ketika sedang mengalami stress berat. Apabila kemampuan diskriminatif lemah, maka mind menjadi sangat rentan dalam mengambil langkah yang salah. Untuk mencapai bliss, engkau harus memulainya dari pengendalian panca-indera. Panca inderamu hendaknya diberdaya-gunakan di jalan yang benar.

                                                       - Divine Discourse, March 1988. 

Wednesday, September 3, 2008

Sai Inspires 3rd September 2008 ( What is the true message of Lord Ganesha who is also worshipped as Vinayaka?)

So long as man is immersed in body attachment, all types of hardships and misery haunt him. That is why man has to give up body attachment. The inner meaning of this statement is that man should experience unity in diversity. Without vyashti (individual), there cannot be samashti (society). Without samashti, there cannot be srishti (creation)... One who understands srishti becomes one with parameshti (God)....So, firstly man should make efforts to understand the true meaning of vyashti. This is the message of Vinayaka. The letter ‘Ga’ (intellect) in the name 'Ganapati' symbolises this aspect. The letter ‘Na’ stands for vijnana (wisdom). So, Ganapati is one who grants good intellect and confers wisdom.

Selama seorang manusia masih memiliki kemelekatan jasmaniah (body attachment), maka selama itu pula segala bentuk kesulitan dan penderitaan (hidup) akan menghantuinya. Itulah sebabnya engkau harus melatih diri dalam ketidak-melekatan. Pengertian sebenarnya dari pernyataan ini adalah bahwa manusia seyogyanya merealisasikan unity in diversity (bhinneka tunggal ika). Tanpa adanya vyashti (individu), maka tidak akan terbentuk samashti (society/masyarakat). Tanpa adanya samashti, maka tidak akan ada srishti (alam ciptaan/creation).... Seseorang yang memahami tentang srishti, maka ia sudah menjadi satu dengan parameshti (Tuhan).... Oleh sebab itu, sebagai langkah-awalnya, manusia hendaknya berupaya untuk memahami pengertian sebenarnya dari vyashti. Inilah pesan dari Lord Vinayaka. Suku-kata 'Ga' dalam nama 'Ganapathi' diartikan sebagai intellect (buddhi). Sedangkan suku-kata 'Na' diartikan sebagai vijnana (wisdom/kebijaksanaan). Dengan demikian, nama Ganapati diartikan sebagai Ia yang menganugerahi good intellect dan kebijaksanaan.

- Ganesh Chaturthi Discourse: September 10, 2002.

Tuesday, September 2, 2008

Sai Inspires 2nd September 2008 ( What difference can an individual make in the society? What benefit does one reap from service to society?)

The individual, the society and the world - all the three are inextricably inter-connected. The individual's welfare is dependent on the state of the nation. Everyone should strive to develop their spiritual qualities and utilise them for promoting the interests of the community and the country. Service to society should become the constant concern of the individual. There is no greater quality in man than selfless love, which expresses itself in service to others. Such selfless love is your source of real bliss.

Individu, masyarakat dan dunia - ketiga komponen ini saling berketerkaitan secara erat satu sama lainnya. Kesejahteraan seorang individu sangat tergantung pada kondisi bangsa atau negaranya. Setiap orang hendaknya berjuang untuk mengembangkan kualitas spiritualnya serta mendaya-gunakannya demi untuk manfaat orang banyak dan negara. Pelayanan terhadap masyarakat haruslah dijadikan sebagai pertimbangan utama oleh setiap individu. Tiada kualitas lain yang lebih berharga di dalam diri manusia selain daripada cinta-kasih yang tanpa pamrih, yang terekspresikan dalam bentuk pelayanan terhadap sesama. Cinta-kasih yang selfless seperti ini merupakan sumber kebahagiaan sejati.

-Divine Discourse, April 1983.

Monday, September 1, 2008

Sai Inspires 1st September 2008 ( What are the two principal qualities of a man of service?)

Two attainments mark out a service volunteer - absence of conceit and presence of love. Service to those needing help makes you the comrade of all, irrespective of other considerations. Be looking all around you, all the time, even beyond the horizon of your allotted tasks, for any extra chance to serve. An old man may be stranded in the hot sun, a paralytic may be casting his eyes for a chair, a child may be wailing for its parent, a mother may be clamouring for water to slake her thirst... - watch for these, and run towards them, with a smile and a word of cheer!

Dua aspek yang menandai seorang sukarelawan tulen adalah berupa sifatnya yang tidak mementingkan dirinya sendiri serta cinta-kasihnya. Service/pelayanan terhadap mereka yang membutuhkan bantuan akan menjadikanmu sahabat bagi semuanya. Senantiasalah membuka matamu dimana saja dan kapan saja untuk mencari kesempatan memberikan pelayanan. Mungkin engkau melihat seorang tua yang sedang tak berdaya di bawah terik sinar matahari, seorang lumpuh yang sedang mendambakan kursi, seorang anak yang sedang menangis mencari orang-tuanya, seorang ibu yang sedang kehausan.... - lihatlah kebutuhan-kebutuhan seperti ini dan bergegaslah untuk menolong mereka dengan senyuman dan kata-katamu yang menghibur!

- Divine Discourse, Feb 21, 1971.