Monday, March 31, 2008

Sai Inspires - 31st March 2008 ( What is the ultimate destination for everyone in this world?)

However high a bird may soar, it sooner or later must perch on a tree-top to rest and enjoy some quietness. So too, a day will come when even the most haughty, the most willful, the most unbelieving; even those who assert that there is no joy or peace in Contemplation of the Highest Self, will have to pray, "God, grant me peace, grant me consolation, grant me joy."

Walau seberapa tingginya seekor burung terbang, cepat atau lambat, ia harus hinggap di atas pohon agar dapat beristirahat dan menikmati ketenangan sesaat. Demikian pula, suatu hari kelak, bahkan mereka yang tidak berkeyakinan; yakni mereka yang mengklaim bahwa tiada kegembiraan ataupun kedamaian yang bisa dicapai melalui kontemplasi terhadap Higher Self (Atma), orang-orang seperti ini nantinya justru akan berdoa, "Oh Tuhan, anugerahilah aku kedamaian, hiburlan dan berikanlah kegembiraan kepadaku."

- Sathya Sai Speaks, Vol. 1, Pg. 18.

Sunday, March 30, 2008

Sai Inspires - 30th March 2008 ( How can we use our mind to fill ourselves with bliss?)

A key performs both the functions of locking and unlocking the lock. When it is turned left, the lock gets locked; when it is turned right, the lock is opened. In man, the heart is the lock; mind is the key. When the mind is turned Godward, the heart develops detachment. When the mind is turned towards the world, the heart develops attachment.Thus both detachment and attachment result from the way the mind functions. When the mind is directed towards Prakruthi (Nature or the phenomenal world), bondage ensues. When you turn your mind towards Divinity, you experience Ananda (bliss).

Sebuah anak kunci mempunyai fungsi ganda, yaitu untuk mengunci dan untuk membuka. Ketika ia diputar ke kiri, maka kunci itu menjalankan fungsinya untuk mengunci; tetapi jikalau diputar ke kanan, maka ia akan membuka. Di dalam diri manusia, hati nuraninya adalah bagaikan pintu/gembok; sedangkan mind (batinnya) adalah sebagai anak kunci. Ketika batin diarahkan kepada Tuhan, maka di dalam hati kita akan terbentuk ketidak-melekatan. Sebaliknya, jikalau batin ini diarahkan kepada hal-hal duniawi, maka kemelekatan akan tumbuh subur di dalam hatimu. Dengan demikian, baik ketidak-melekatan maupun kemelekatan adalah merupakan buah hasil dari fungsi batin. Apabila engkau menyuapi batinmu dengan Prakruthi (fenomena alam atau duniawi), maka terjadilah keterikatan. Tetapi seandainya engkau berpaling kepada Divinity, maka engkau akan merasakan bliss (Ananda).

- Divine Discourse, May 6, 1988.

Saturday, March 29, 2008

Sai Inspires - 29th March 2008 ( What are the three ways by which we can realise ourself?)

If you wish to understand your true nature, you have to do three things: Bend the body, Mend the senses, and End the mind. The first step is to "bend the body." That means, you should not allow the ego to develop within your body. Cultivate humility and do your duties sincerely. "Mend the senses" calls for examining how the senses behave, whether they are tending to go astray, and then correcting and restraining them when necessary. "End the mind" calls for quietening the vagaries of the mind. How is this to be done? By turning the mind in a different direction, turning it Godward. All you have to do is to dedicate every action of yours to the Divine. Then everything becomes easy and a source of bliss.

Jikalau engkau ingin memahami tentang jati dirimu yang sebenarnya, maka engkau harus melakukan tiga hal, yakni: Bend the body, Mend the senses, dan End the mind. Langkah pertama adalah "Bend the body", artinya hendaknya engkau menjaga agar ego tidak dibiarkan berkembang di dalam badanmu. Dengan perkataan lain, pupuk sikap rendah hati dan laksanakanlah setiap tugas-tugasmu secara tulus. Yang dimaksudkan dengan "Mend the senses" adalah melakukan eksaminasi bagaimana perilaku panca indera, yaitu engkau perlu berupaya untuk mengoreksi dan menahan kebinalannya. Sedangkan yang dimaksudkan dengan "end the mind" adalah melakukan upaya untuk menenangkan gejolak-gejolak batin. Bagaimanakah caranya? Yaitu dengan jalan mengarahkan pikiran/batinmu yang semula terpencar ke segenap penjuru menjadi terfokuskan kepada jalan ke-Tuhanan. Yang perlu engkau lakukan adalah dedikasikanlah setiap perbuatanmu kepada Sang Ilahi. Dengan demikian, maka segalanya akan menjadi mudah dan menjelma menjadi sumber bliss (kebahagiaan).

- Divine Discourse, May 6, 1988.

Sai Inspires - 28th March 2008 ( What is the kind of spirit of sacrifice that we must cultivate?)

Today we find many individuals who exploit others for their own happiness. We rarely come across an individual who sacrifices himself for the sake of others welfare. Therefore, one man must suffer in order that ten people may be happy. We should not cultivate the habit of subjecting ten people to unhappiness just for the benefit of a single individual. We must consider here quantity versus quality. If the action is bad, you are not justified in suffering for the happiness of ten people. If ten people are working for something noble, then there is every justification for you to sacrifice your own happiness and to support them with your endeavour.

Dewasa sekarang ini, kita bisa melihat begitu banyaknya orang-orang atau individu-individu yang melakukan eksploitasi terhadap orang lain semata-mata hanya demi untuk kebahagiaannya sendiri. Jarang sekali kita berjumpa dengan seseorang yang rela mengorbankan dirinya demi untuk kesejahteraan orang lain. Idealnya adalah seseorang berkorban demi untuk kebahagiaan sepuluh orang lainnya. Janganlah kita memiliki kebiasaan untuk membuat susah sepuluh orang hanya demi untuk manfaat/kepentingan satu orang individu. Yang perlu kita pertimbangkan adalah kualitas versus kuantitas. Jikalau sesuatu perbuatan dikategorikan sebagai jelek, maka engkau juga tidak perlu harus berkorban demi untuk kesenangan sepuluh orang lain. Sebaliknya, jikalau terdapat sepuluh orang yang bekerja sama untuk sesuatu hal yang mulia, maka engkau wajib (harus) siap untuk mengorbankan kebahagiaan/kesenanganmu serta mendukung usaha-usaha mereka melalui kegiatan-kegiatanmu.

- Summer Showers, 1972.

Sai Inspires - 27th March 2008 ( Which is that love that can liberate us?)

Man's nature is Prema, Love. He cannot survive a moment, when deprived of Love. It is the very breath of his life. When the six vices, to which he was attached so long, disappear, Love is the only occupant of the heart; but Love has to find an object, a Loved one. It cannot be alone. So, it is directed to the dark-blue Divine Child, the charming cowherd Boy, who is Purity Personified, who is the embodiment of service, sacrifice and selflessness, who has taken residence in that cleansed Altar. There is no scope now for any other attachment to grow. So, step by step, this Love for Madhava (God) becomes deeper, purer, more self-denying, until at last, there is no other need for thought and the individual is merged in the Universal.

Sifat dasar manusia adalah Prema (cinta-kasih). Bilamana ia kekurangan cinta-kasih, ia tidak dapat bertahan hidup bahkan hanya untuk sesaat sekalipun. Boleh dikatakan bahwa cinta-kasih sudah menjadi nafas kehidupannya. Ketika keenam musuh batin - yang telah menimbulkan kemelekatan di dalam diri manusia - sirna; maka tertinggallah cinta-kasih sebagai satu-satunya penghuni hati nurani. Namun walaupun begitu, cinta-kasih tetap membutuhkan sesuatu obyek untuk dicintainya. Ia tidak bisa bertahan hidup sendirian. Oleh sebab itulah, cinta-kasih diarahkan kepada anak Ilahi yang memiliki sosok kebiru-biruan (Lord Krishna), yang tiada lain adalah sosok menawan dari seorang anak penggembala yang juga adalah personifikasi dari sifat-sifat murni, pelayanan, pengorbanan dan tanpa-keakuan; Beliau memiliki tempat bersemayam di dalam hati yang telah dibersihkan/disucikan. Dalam pada itu, tiada lagi kemelekatan lainnya yang bisa berkembang. Selangkah demi selangkah, cinta-kasih terhadap Madhava (Tuhan) menjadi semakin dalam, murni, tanpa keakuan; hingga pada akhirnya, tiada lagi pikiran oleh karena setiap individu telah bersatu kembali kepada Yang Maha Universal.

- Bhagavatha Vahini.

sai

Sai Inspires - 26th March 2008 ( What is it that we should aspire for - Greatness or Goodness?)

Aspire to become good, not great....Greatness is like a passing cloud. You occupy an exalted position, earn a lot of money, but nothing remains with you. Earn a good name for yourself. People should respect you because of your goodness. Only goodness gives true happiness. Do always good. Never indulge in evil. If you want to be happy in life, you should try to become a good person.

Hendaknya engkau beraspirasi untuk menjadi baik, dan bukannya menjadi orang yang hebat... Kehebatan adalah bagaikan awan yang berlalu. Engkau mungkin memiliki jabatan yang tinggi, memperoleh banyak uang; namun ingatlah bahwa semuanya itu tidak akan selalu menyertaimu. Sebaliknya, akan jauh lebih baik bila engkau memperoleh nama baik. Penghormatan yang engkau terima dari orang lain hendaknya adalah oleh karena kebaikanmu, sebab hanya kebaikan sajalah yang bisa memberikan kebahagiaan sejati. Senantiasalah berbuat baik/bajik. Janganlah terlibat dalam perbuatan jahat. Jikalau engkau ingin memperoleh kebahagiaan dalam kehidupan ini, maka cobalah untuk menjadi orang yang baik.

- Divine Discourse, July 16, 2001.

Tuesday, March 25, 2008

Sai Inspires 25th March 2008 ( What is it that can save us from trial and test in our lives?)

First and foremost, you need to have self-confidence. Today people suffer because of lack of self-confidence. If you have total faith in God, you will be able to overcome all difficulties. There may be a few difficulties in your way, but do not be unduly perturbed. You should face all hardships with courage and conviction. Only then will you attain true happiness. Never blame God for your difficulties. You are bound to face the consequences, whether good or bad, of your actions. But if you have God’s Grace, even bad will be turned into good. So, develop faith in God more and more.

Sebagai langkah pertama dan terutama, engkau perlu memupuk rasa percaya-diri (self-confidence). Dewasa ini banyak orang yang menderita oleh karena kurangnya kepercayaan diri. Jikalau engkau mempunyai keyakinan penuh kepada Tuhan, maka engkau akan sanggup untuk mengatasi segala bentuk kesulitan. Walaupun dalam perjalanan hidupmu engkau bertemu dengan serangkaian hambatan/kesulitan, janganlah engkau menyerah. Hadapilah semuanya dengan penuh keberanian dan kepercayaan-diri. Barulah dengan demikian engkau akan mencapai kebahagiaan sejati. Janganlah menyalahkan Tuhan atas problem yang sedang engkau hadapi. Setiap orang pasti harus berhadapan dengan konsekuensi perbuatannya sendiri, baik itu yang positif maupun yang negatif. Namun apabila rahmat Tuhan menyertaimu, maka bahkan akibat yang negatif sekalipun akan dapat menjelma menjadi positif. Oleh sebab itu, tumbuh-kembangkanlah keyakinan kepada Tuhan.

- Divine Discourse, February 14, 1999.

Monday, March 24, 2008

Sai Inspires - 24th March 2008 ( What is it that ultimately matters in our life?)

No amount of money can procure the bliss that you attain by serving others. Money comes and goes, but morality comes and grows. There have been many men of affluence in this land, but what happened to them ultimately? They had to leave the world empty-handed. No one can carry a fistful of dust at the time of departing from the world. Otherwise, there would have been rationing even for dust in the country! When you leave the body, you carry with you only the good and bad that you have done in your life.

Kebahagiaan yang engkau peroleh melalui uang tidak akan bisa menyamai kebahagiaan yang engkau dapatkan ketika memberikan pelayanan kepada orang lain. Money comes and goes, but morality comes and grows. Di benua ini terdapat banyak orang-orang kaya, tapi apa yang terjadi terhadap mereka pada akhirnya? Mereka toh tetap harus meninggalkan dunia ini dengan tangan yang kosong bukan? Ketika meninggal dunia, tak ada seorangpun yang bisa menbawa bersamanya segenggam pasir sekalipun! Sebab jikalau tidak, maka tentunya kita sudah mengalami krisis pasir di seluruh dunia! Ketika engkau meninggal dunia, maka yang engkau bawa serta hanyalah karma/hasil perbuatan yang telah engkau lakukan dalam kehidupan ini (baik maupun buruk).

- Divine Discourse, July 16, 2001.

Sai Inspires - 23rd March 2008 ( What is it that we should always be aware of and practice in our daily lives?)

Make every effort to recognize the Divinity in everyone. Though God is present in everyone, you search for Him elsewhere, and thus waste time. Wherever you see, there is divinity in this world. It is because of the Divinity within that you are able to speak. Is it not sheer madness to search for God in the external world when you have divinity within you? You are the embodiment of Truth and Love. So, do not hate or harm anybody. Hurting others amounts to hurting your own self. You will become Divine when you realize the oneness of all human beings. You belong to the same Universal family. Such being the case, why should you give room for hatred and conflicts? Love everybody. Love is eternal, immortal and nectarous... Never allow such evil qualities to enter your heart for God dwells in it.

Lakukanlah setiap daya upaya untuk menyadari Divinity yang ada di dalam diri setiap orang. Walaupun Tuhan hadir di dalam diri setiap insan, namun engkau malahan mencari-cariNya kemana-mana, dan alhasil, engkau hanya membuang-buang waktumu saja. Kemanapun juga engkau melihat, divinity eksis di dunia ini. Kemampuanmu berbicara adalah sebagai akibat adanya Divinity di dalam dirimu sendiri. Apabila Divinity sebenarnya sudah ada di dalam dirimu, lalu untuk apakah engkau mencari-Nya di dunia eksternal? Bukankah itu adalah pertanda 'ketidak-warasan'? Engkau adalah perwujudan Kebenaran dan Cinta-kasih. Oleh sebab itu, janganlah engkau membenci ataupun melukai siapapun juga. Melukai orang lain sama saja artinya engkau melukai dirimu sendiri. Engkau akan menjadi Divine apabila engkau sanggup menyadari prinsip the oneness (kemanunggalan/unity) dari setiap insan manusia. Engkau adalah anggota keluarga dari satu Universal family. Bila demikian halnya, untuk apa engkau masih menyimpan kebencian dan konflik? Cintailah semuanya. Cinta-kasih bersifat abadi dan manis.... Janganlah engkau membiarkan kualitas-kualitas negatif mencemari hatimu yang tiada lain adalah tempat tinggalnya Tuhan.

- Divine Discourse, July 16, 2001

Sai Inspires - 22nd March 2008 ( What are we truly?)

You are all caskets of Divine Love; share it, spread it. Express that Love in acts of service, words of sympathy, thoughts of compassion. Just as when you awake from sleep, you know that the dream which you had was a matter of minutes, though the chain of events dreamt spanned many years, this life will appear a transient affair when you awake into jnaana (wisdom) after this brief 'dream of life.' Be always full of joy so that when your time is up, you can quit with a light laugh, and not whimper in grief. So shape your lives and activities such that this supreme joy will be your lasting possession.

Cinta-kasih Ilahi terdapat di dalam dirimu; oleh sebab itu, bagilah dan sebarkanlah cinta-kasih itu. Ekspresikanlah cinta-kasih dalam bentuk-bentuk tindakan pelayanan, ucapan yang simpatik dan sikap welas-asih. Seperti ketika engkau terbangun dari tidur, engkau menyadari bahwa mimpi yang engkau alami hanyalah berlangsung sekian menit, walaupun alur cerita yang ada di dalam mimpi itu bisa menjangkau rentang waktu bertahun-tahun lamanya. Demikian pula, kehidupan ini akan disadari sebagai sesuatu yang transien (sementara), yaitu ketika kebijaksanaanmu (jnana) telah berhasil dibangunkan dari 'mimpi hidup' yang serba sementara ini. Cerialah selalu agar ketika waktumu sudah habis, maka engkau bisa mengakhiri episode kehidupan ini dengan senyuman & tawa dan bukannya malah terjerumus dalam isak-tangis. Untuk itu, engkau perlu mengembleng kehidupan dan aktivitasmu sedemikian rupa sehingga supreme joy (kebahagiaan tertinggi) benar-benar menjadi hak milikmu yang sejati.

- Divine Discourse, July 7, 1968.

Sai Inspires - 21st March 2008 ( What is it that everyone, irrespective of his faith and beliefs, should cultivate?)

Divinity is the same in everyone, be he/she a Hindu, a Muslim, a Sikh or a Christian. There is only one religion, the religion of love. There is only one caste, the caste of humanity. So develop unity, chant the Divine Name. What an exalted position will the country attain if all its people were to chant the Divine Name unitedly!...One who cultivates the crop of love in the field of one’ heart is a true Christian, a true Sikh, a true Hindu and a true Muslim.
Divinity yang sama eksis di dalam diri setiap orang, baik dia itu adalah seorang Hindu, Muslim, Sikh ataupun umat Kristiani. Hanya ada satu agama, yaitu agama cinta-kasih. Hanya ada satu kasta, yaitu kasta kemanusiaan. Oleh sebab itu, kembangkanlah unity, ucapkanlah nama-nama Tuhan. Suatu negara akan menjadi agung/mulia jikalau semua rakyatnya bersatu-padu memuliakan nama Tuhan! .... Mereka yang menanam benih cinta-kasih di dalam hatinya adalah betul-betul seorang Kristen, Sikh, Hindu dan Muslim yang sejati.
- Divine Discourse, July 16, 2001.

Sai Inspires - 20th March 2008 (the sacred feeling that we must strengthen in our lives)

First, reduce your attachment to the body. As your attachment to the body increases, your suffering also increases...Think that this is not your body but the temple of God. The body is sacred as God resides in it. It is God’s gift to man. Hence, use the body for performing sacred deeds and attaining bliss therefrom. When you share bliss with others, you will experience Divinity. Continue your spiritual practices. But remain always suffused with the feeling that God is in you, above you, below you, around you. Never think that God is away from you. “I am not alone. God is with me.” Strengthen this feeling in you and shape your life accordingly. Lead your life with love.

Sebagai langkah awal, kurangilah kemelekatanmu terhadap badan jasmani ini. Sebagaimana semakin bertambahnya kemelekatan tersebut, maka penderitaanmu juga akan ikut bertambah.... Anggaplah bahwa badan ini bukanlah milikmu, melainkan ia adalah kuil bagi Tuhan. Badan fisik ini suci oleh karena Tuhan bersemayam di dalamnya. Badan ini adalah pemberian Tuhan bagi umat manusia. Oleh sebab itu, wadah fisik tersebut hendaknya dipergunakan untuk perbuatan suci serta untuk memetik bliss. Apabila engkau berbagi bliss dengan orang lain, maka engkau akan mengalami Divinity. Lanjutkanlah praktek-praktek spiritualmu sembari tetap menjaga perasaan bahwa Tuhan ada di dalam dirimu, di atasmu, di bawahmu, dan disekitarmu. Janganlah menganggap bahwa Tuhan jauh darimu. "Aku tidak sendirian. Tuhan selalu bersamaku." Kuatkanlah perasaan seperti itu dan jalanilah kehidupanmu dengan nafas cinta-kasih.

- Divine Discourse, May 26, 2002.

Sai Inspires - 19th March 2008 ( How can we light the lamp of Divine Grace in our lives?)

Only by the light of the Divine Lamp inside can you blossom as a worthwhile person. Inner purity is the greatest wealth that one can acquire. Inner purity is the wick in the container of the heart. Devotion is the oil and Divine Grace is the fire with which the lamp of wisdom can be lit. The prime requisite for achieving Divine Grace is to have harmony in thought, word and deed.

Berkat cahaya lampu Ilahi yang ada di dalam dirimu, maka engkau akan tumbuh menjadi seorang manusia yang berguna. Inner purity (kemurnian internal batin) merupakan jenis kekayaan yang paling berharga yang bisa engkau capai. Inner purity tersebut adalah bagaikan sumbu minyak, sedangkan devotion (bhakti) adalah bagaikan minyaknya dan Divine Grace (rahmat Ilahi) sebagai api yang darimana lampu kebijaksanaan bisa dinyalakan. Persyaratan utama untuk memperoleh Rahmat Ilahi adalah berupa sinkronisasi/harmonisasi antara pikiran, ucapan dan perbuatan.

- Divine Discourse, July 8, 1995.

Sai Inspires - 18th March 2008 ( How can we progress in the spiritual path and always be steady?)

Cultivate the faith that everything happens by the Will of God... Always live in love. Make others happy by your love. Never harbour hatred or ill-will towards anybody... Your mind will remain steady once you believe that God is in you. In the beginning, your Sadhana (spiritual practice) may not give you immediate results. But if you continue contemplating on God within you, you are sure to achieve peace and bliss. God is not present in temples, mosques and churches. Body is the temple of God.

Milikilah keyakinan bahwa segala sesuatu terjadi atas kehendak Ilahi... Senantiasalah hidup dalam cinta-kasih. Berbagilah kebahagiaan dengan orang lain melalui cinta-kasihmu. Janganlah menyimpan perasaan benci maupun keinginan jahat terhadap siapapun... Batinmu akan menjadi mantap apabila engkau yakin bahwa Tuhan bersemayam di dalam dirimu. Pada mulanya, mungkin sadhana yang engkau lakukan tidak akan langsung membuahkan hasilnya. Akan tetapi jikalau engkau secara terus-menerus berkontemplasi kepada Tuhan yang ada di dalam dirimu, maka secara pasti engkau akan mencapai kedamaian dan bliss. Tuhan tidak eksis di kuil, mesjid dan gereja saja, tetapi tubuh/badan jasmanimu justru merupakan kuil bagi-Nya.

- Divine Discourse, May 26, 2002.

Monday, March 17, 2008

Sai Inspires 17th March 2008 ( How can we progress in the spiritual path and always be steady?)

Cultivate the faith that everything happens by the Will of God... Always live in love. Make others happy by your love. Never harbour hatred or ill-will towards anybody...Your mind will remain steady once you believe that God is in you. In the beginning, your Sadhana (spiritual practice) may not give you immediate results. But if you continue contemplating on God within you, you are sure to achieve peace and bliss. God is not present in temples, mosques and churches. Body is the temple of God.

Yakinilah bahwa segala sesuatunya terjadi sebagai akibat dari kehendak-Nya... Senantiasalah hidup di dalam cinta-kasih. Bahagiakanlah orang lain melalui cinta-kasihmu. Janganlah menyimpan kebencian maupun keinginan jahat terhadap siapapun juga... Batinmu akan tetap tenang dan mantap jikalau engkau percaya bahwa Tuhan ada di dalam dirimu. Pada awalnya, sadhana yang engkau lakukan tentunya tidak akan membuahkan hasil seketika itu juga. Tetapi jikalau engkau secara kontinu berkontemplasi kepada Tuhan yang ada di dalam dirimu, maka pastilah engkau akan mencapai kedamaian dan kebahagiaan. Eksistensi Tuhan tidaklah hanya sebatas di dalam kuil, mesjid dan gereja saja. Tubuh/badan jasmani kita inilah kuil yang sebenarnya bagiNya.

- Divine Discourse, May 26, 2002.

Sai Inspires 16th March 2008 ( How can we develop a strong character?)

Develop steadiness in the recitation of the Name of God and in the worth of that Name. Then, even if the whole world says, "Do evil," you will refuse to obey; your system itself will revolt against it. And even if the whole world asks you to desist, you will insist on doing the right. You have to cultivate four types of strength: Strength of body, intellect, wisdom and conduct. Then you become unshakable; you are on the path of spiritual victory.

Kembangkanlah keyakinan dan kemantapanmu dalam melaksanakan praktek pengulangan nama-nama Tuhan. Dengan berbekal itu, maka walaupun bilamana seluruh dunia terperosok dalam perbuatan jahat, maka dirimu akan menolak untuk mengikutinya; dengan perkataan lain, sistem pertahanan dirimu akan berontak melawan hal-hal yang negatif tersebut. Dan sebaliknya, walaupun seluruh dunia memintamu untuk tidak melakukan perbuatan bajik, namun engkau akan tetap ngotot untuk berbuat baik. Untuk itu, engkau perlu memiliki empat jenis kekuatan, yaitu: kekuatan badan jasmani, intellect (buddhi), wisdom (kebijaksanaan) dan conduct (perilaku/tindakan). Dengan keempat kekuatan itu, engkau tidak akan mudah goyah lagi dan sudah berada di jalan untuk mencapai kemenangan spiritual.

- Divine Discourse, February 27, 1961.

Sai Inspires 15th March 2008 (the easiest way to understand spirituality)

First, we should develop the spirit of surrender. Perform all deeds with a spirit of devotion to God and as an offering to Him. Then every action will become Divine...In this world, the five senses of man play a most important role...To control the mind, we should control the five senses. Only then will we be able to realize God. Everything can be acquired by love alone. Love is God, live in love. We can understand spirituality only by cultivating love.
Terlebih dahulu, kita harus mengembangkan semangat surrender (pasrah-diri). Lakukanlah setiap bentuk tugas/pekerjaan dengan semangat devotion (bhakti) kepada Tuhan dan sebagai bentuk persembahan bagi-Nya. Dengan demikian, setiap tindakanmu akan menjelma menjadi perbuatan yang Divine (Ilahiah)....Di dunia ini, kelima panca-indera manusia memainkan peranan yang sangat penting.... Agar dapat mengendalikan mind, maka terlebih dahulu engkau harus bisa mengendalikan panca inderamu. Hanya dengan demikian, barulah engkau bisa mencapai kesadaran Atmic. Segala sesuatunya bisa diperoleh melalui cinta-kasih. Tuhan adalah cinta-kasih, hiduplah dalam cinta-kasih. Spiritualitas hanya bisa dipahami melalui pemupukan nilai-nilai cinta-kasih.
- Divine Discourse, May 26, 2002.

Friday, March 14, 2008

Sai Inspires - 14th March 2008 (the type of watch that we should carry with us all the time)

The watch you have may break some day or the other. But this “watch” is unbreakable - Watch whether you are speaking good or bad. Watch whether you abuse others or appreciate them. You should not use your tongue to abuse others; abusing others is a sin. You cannot escape the consequences of your sinful acts. Everything has reaction, reflection and resound and it comes back to you in some form or the other. Hence, exercise control over the tongue...That is why it is said, silence is golden. Once words become less, the activities and vagaries of the mind also become less...Every sacred act has manifold rewards.

Jam-tangan (watch) yang engkau miliki mungkin suatu hari akan pecah. Tetapi "watch" yang ini tidak akan pernah pecah - Yaitu watch (lihatlah) apakah engkau mengucapkan sesuatu yang benar atau tidak benar. Watch apakah engkau menyepelekan orang lain atau menghargainya. Janganlah engkau membiarkan lidahmu menghina ataupun menjelek-jelekkan orang lain; sebab tindakan ini sungguh amat salah (dosa). Engkau tak akan bisa meloloskan diri dari konsekuensi perbuatanmu yang salah itu. Segala sesuatunya mempunyai reaction, reflection dan resound dan ia akan kembali menghantuimu dalam berbagai bentuk kejadian. Oleh sebab itu, kendalikanlah lidahmu .... Itulah sebabnya mengapa orang-orang mengatakan bahwa silence is golden (diam adalah emas). Apabila ucapanmu telah berhasil dikendalikan & dikurangi, maka dengan sendirinya gejolak batin dan aktivitas pikiranmu juga akan menjadi berkurang... Setiap perbuatan suci pasti akan membuahkan manfaat yang berlimpah.

- Divine Discourse, May 26, 2002.

Thursday, March 13, 2008

Sai Inspires - 13th March 2008 (The relationship between God and Cosmos)

To say that God is the Atma and the Cosmos is as the Body which He operates and lives in, is not correct. To assert that the Atma (God) is eternal and changeless, but the Cosmos which is His Body, can be subject to change and transformation is also not satisfying. What does it signify when it is said, “God is the Upadanakarana, that is, 'the Proximate Cause of the Cosmos'”? 'Proximate Cause' means, the cause which produced the effect. The “effect” is the “cause” in another form. It cannot be separate from the cause. Every effect that we notice is but the cause that has assumed a new form. The Cosmos is the effect, God is the Cause - these statements only stress the fact that the Cosmos is but God in another form.

Tidaklah tepat bila kita mengatakan bahwa Tuhan adalah Atma dan alam semesta ini sebagai tubuh atau badan dimana Beliau bekerja dan hidup. Demikian pula, ungkapan berikut ini masih belum cukup memuaskan, yaitu pernyataan bahwa Atma (Tuhan) bersifat abadi dan tidak mengalami perubahan, sedangkan kosmos (alam semesta) rentan berubah dan mengalami transformasi. Apa arti sebenarnya dari ungkapan, "Tuhan adalah Upadanakarana (yang berarti: Tuhan adalah penyebab (proximate cause) lahirnya alam semesta ini)?" Istilah 'proximate cause' diartikan sebagai sesuatu penyebab yang menghasilkan suatu dampak/efek/akibat. Sedangkan efek/akibat tersebut selanjutnya akan menjadi penyebab dalam bentuk lainnya. Jadi, semuanya saling berketerkaitan. Setiap efek/akibat yang kita lihat tak lain adalah penyebab yang telah dan akan mengambil bentuk/wujud yang baru. Alam semesta ini adalah efek/akibatnya, sedangkan Tuhan adalah sang penyebabnya - pernyataan ini dapat diartikan bahwa alam semesta ini tak lain adalah Tuhan dalam wujud-Nya yang lain.

- Sathya Sai Vahini.

Wednesday, March 12, 2008

Sai Inspires - 12th March 2008 (the most important facet of our personality that we must cultivate)



he king is honoured only inside his Kingdom; he is adored only within its borders. But the virtuous man is honoured and adored in all countries. A person may have outstanding physical beauty; he may have the sparkle of robust youth; he may boast of a high noble lineage; he may be a famed scholar. But, if he lacks the virtues that spiritual discipline can ensure, he is to be reckoned only as a beautiful flower, with no fragrance.

Seorang raja hanya dihormati di dalam wilayah kerajaannya. Dengan perkataan lain, sang raja hanya disanjung-sanjung di dalam batas-batas daerah kekuasaannya. Sementara itu, manusia yang berjiwa luhur dihormati serta disanjung di semua negeri. Walaupun seseorang mempunyai tampang yang rupawan, berdarah biru (keturunan ningrat) ataupun terpelajar; namun jikalau ia tidak mempunyai sifat-sifat luhur yang dihasilkan melalui disiplin spiritualnya, maka orang tersebut bagaikan sekuntum bunga cantik namun tidak memancarkan harum semerbak.

- Vidya Vahini.

Tuesday, March 11, 2008

Sai Inspires - 11th March 2008 (the three kinds of love)

Love is of three kinds: Swaartha or self-centered, which like a bulb, illumines just a small room; Anyonya or mutual, which like the moonlight spreads wider but is not clearer; and Paraartha or other-centered, which like the sunlight is all pervasive and clear. Cultivate the third type of love; that will save you. For all the service that you do to others through that love is, in fact, service done to yourself. It is not the others that you help, remember, it is yourself that is helped.

Terdapat tiga jenis cinta-kasih, yaitu: Swaartha atau cinta-kasih yang berpusat pada diri sendiri, ibaratnya seperti bola lampu yang hanya menerangi sebuah kamar/ruangan yang kecil; Anyonya atau cinta-kasih mutualistik, yaitu seperti cahaya rembulan yang lebih menyebar namun tidak memberikan cahaya yang cukup terang; dan ketiga adalah Paraartha atau cinta-kasih yang lebih berorientasi terhadap orang lain, persis seperti cahaya mentari yang menerangi semuanya dan sangat jelas. Kembangkanlah cinta-kasih jenis yang ketiga tadi; maka dengan demikian, engkau akan terselamatkan. Setiap bentuk pelayanan yang engkau berikan dengan berdasarkan cinta-kasih itu adalah sebenarnya pelayanan yang engkau berikan terhadap dirimu sendiri. Ingatlah selalu bahwa pertolongan yang engkau berikan kepada orang lain pada hakekatnya adalah pertolongan terhadap dirimu sendiri.

- Divine Discourse, February 27, 1961.

Sai Inspires - 9th March 2008 ( What is the best route to success and peace?)

The feeling of surrender is the best for success in all instances. Let His will be done. He is every One. Sharanaagathi (seeing refuge) is like grass on the ground, unaffected by storms; egoism is the Palmyra tree that sways in the wind but breaks when it blows suddenly in a gust. The ways of the Lord are inscrutable; your duty is to submit to them faithfully, thankfully and joyfully.

Surrender (pasrah diri) merupakan sikap yang paling tepat untuk meraih kesuksesan. Biarlah segalanya terjadi sesuai dengan kehendak-Nya. Beliau adalah segalanya. Sharanaagathi (mencari perlindungan) adalah bagaikan rerumputan yang ada di permukaan tanah, yang mana mereka tidak terpengaruh oleh terjangan badai; sementara itu, egoisme adalah bagaikan pohon palem yang terayun-ayun oleh hembusan angin dan sangat rentan patah bilamana terdapat angin topan. Cara-cara yang ditempuh oleh Tuhan tidak bisa dipahami; tugasmu adalah memasrahkan diri dengan disertai oleh keyakinan, ungkapan syukur dan cerialah selalu.

- Divine Discourse, March 6, 1962.

Sai Inspires - 8th March 2008 ( What is the first step in spiritualising our life?)

The first step in spirituality is: Practising silence. Then, you can more easily recognize the galloping of the mind behind worldly happiness. Restrain its movements; turn it inside, into the calm lake of bliss that lies deep in the heart! Get over fear, by establishing your mind in the One, for, fear can arise only when there is another. An inquirer from the United States asked Me recently, 'How can faith become firm?' I answered, 'When the Truth is known, faith is rendered firm.' When the truth is known that it is a rope, faith in its harmlessness is made firm, and fear that it is a snake disappears. Let people know the Truth; they will then grow in faith and the faith will endow them with great energy and enthusiasm. The rest will follow, and Dharma (righteousness) can flourish in this world.

Langkah yang pertama dalam spiritualitas adalah mempraktekkan silence (keheningan). Dengan demikian, maka akan semakin mudah/gampang bagimu untuk mengenali keresahan batinmu yang bergejolak di belakang semua kebahagiaan duniawi yang ada. Kendalikanlah pergerakan pikiranmu; alihkanlah ia ke dalam, yaitu ke tengah-tengah keheningan danau bliss yang terdapat di dalam hatimu! Taklukan ketakutanmu, yaitu dengan memantapkan batinmu kepada Yang Maha Esa, sebab rasa takut baru timbul jikalau memang terdapat dualisme. Seseorang dari Amerika Serikat bertanya kepada-Ku, 'Bagaimanakah caranya untuk memantapkan keyakinan?' Jawaban-Ku adalah, 'Ketika engkau telah mengetahui kebenaran, maka keyakinanmu akan menjadi mantap.' Ketika engkau tahu bahwa itu adalah seutas tali, maka engkau menjadi yakin bahwa ia tidak akan berbahaya dan ketakutanmu bahwa ia adalah seekor ularpun akan lenyap dengan sendirinya. Biarkanlah orang-orang mengetahui tentang kebenaran; maka dengan demikian, mereka akan memiliki keyakinan dan selanjutnya keyakinannya tersebut akan membekalinya dengan energi dan antusiasme yang besar. Selebihnya akan ikut dengan sendirinya, dan kelak Dharma (kebajikan) akan tumbuh subur di seluruh dunia.

- Divine Discourse, March 8, 1971.

Sai Inspires - 7th March 2008 ( What is the inner meaning of celebrating Sivaraathri?)

Love is your greatest asset. Develop love and always speak the Truth. Under all circumstances follow the path of Truth. In case the utterance of Truth is likely to lead to some danger, remain silent. Therefore it is said, Truth is the life of the tongue. Righteousness is the life of hands. Non-violence is the life of the heart. Sivaraathri is celebrated to teach man the significance of these values. Siva also stands for humility. A person with humility is one of Sivam (auspiciousness). On the other hand, a person with ego is verily a Savam (corpse).

Cinta-kasih merupakan aset yang paling berharga. Kembangkanlah cinta-kasihmu dan senantiasa ucapkanlah kebenaran. Dalam keadaan bagaimanapun juga, senantiasa ikutilah jalan kebenaran. Dalam situasi dimana apabila kebenaran diucapkan bisa berpotensi untuk menimbulkan bahaya, maka cara yang paling baik untuk mengatasinya adalah dengan bersikap diam (silent). Itulah sebabnya dikatakan bahwa kebenaran adalah jantung-kehidupan dari lidah. Kebajikan sebagai inti kehidupan dari tangan-tangan kita dan perilaku tanpa kekerasan merupakan inti-sari dari hati nurani. Perayaan Sivaraathri dimaksudkan untuk mengajarkan manusia tentang pentingnya nilai-nilai tersebut. Siva juga merupakan representasi sikap rendah-hati. Manusia yang rendah-hati dijuluki sebagai Sivam (yang mulia). Sebaliknya, manusia yang senantiasa dipenuhi oleh ego betul-betul adalah Savam (mayat).

- Divine Discourse, March 12, 2002.

Monday, March 10, 2008

Sai Inspires - 10th March 2008 ( How can we always be at peace and be protected?)

The body is the temple of God; in every body, God is installed, whether the owner of the body recognizes it or not. It is God that inspires you to good acts, that warns you against the bad. Listen to that Voice. Obey that Voice and you will not come to any harm. A lady wept that her necklace was lost or stolen; she searched everywhere and became inconsolably sad. Then, when she passed across a mirror, she found the lost necklace around her neck. It was there all the time. Similarly, God is there, as the Inner Dweller whether you know it or not.

Badan fisik ini bagaikan kuil bagi Tuhan; Beliau terdapat di dalam badan setiap orang, tidak peduli apakah yang bersangkutan menyadarinya atau tidak. Tuhan memberimu inspirasi untuk melakukan perbuatan bajik, dan Beliau juga memperingatkanmu untuk tidak berbuat jahat. Dengarlah dan patuhilah perintah-Nya, maka dengan demikian tiada petaka yang dapat menimpamu. Ada seorang wanita yang bersedih hati dan menangis oleh karena ia merasa kalungnya sudah dicuri orang atau hilang; ia mencari-cari kalung tersebut ke setiap tempat dan hanya sia-sia saja. Kemudian ketika ia melintasi sebuah cermin, ia baru menyadari bahwa selama ini kalungnya masih tetap menempel di lehernya! Jadi kalung itu tidaklah hilang sama sekali. Demikianlah, Tuhan ada di situ, yaitu sebagai penghuni hati kita. Beliau tetap ada di sana biarpun kita menyadarinya ataupun tidak.

- Divine Discourse, February 27, 1961.

Thursday, March 6, 2008

Sai Inspires - 6th March 2008 ( What should we imbibe and implement in our lives on this auspicious day?)

God is the embodiment of Sathyam, Sivam, Sundaram (Truth, Auspiciousness and Beauty). All that you see, hear and experience should be offered to God.... Whatever may be the sadhana, one should not give up the resolve. One should have single-pointed attention; one should listen only to the principle of oneness.... The universal family of Lord Siva, Mother Parvati, Subramanya and Vinayaka are the perfect example for this principle. Cultivate their example... The principle of unity is slowly declining among the people of the world. There is strife and discord between even two brothers of the same small family.... The ultimate goal of this Sivarathri is to develop unity among humanity, whatever be the obstacles, difficulties and provocations. You should never make use of harsh words while speaking to others. Always speak sweetly and softly, with a loving heart.

Tuhan adalah perwujudan Sathyam, Sivam, Sundaram (Kebenaran, Kebajikan dan Keindahan). Segala sesuatu yang engkau lihat, dengar dan rasakan seyogyanyalah dipersembahkan kepada-Nya... Apapun juga jenis sadhana yang engkau putuskan untuk dilakukan, yang terpenting adalah bahwa engkau tidak boleh menyerah terhadap resolusimu itu. Engkau harus memupuk perhatian yang terfokus; mendengar dengan berdasarkan prinsip persatuan (oneness)... Keluarga universil Lord Siva, Ibunda Parvati, Subramanya dan Vinayaka - keluarga ini merupakan contoh yang sempurna dalam mengambarkan prinsip persatuan tersebut. Contohilah suri teladan yang mereka perlihatkan... Dewasa sekarang ini, prinsip persatuan secara perlahan sedang mengalami kemerosotan. Pertikaian dan ketidak-cocokan bahkan dapat ditemukan di antara sanak-bersaudara dalam satu keluarga yang kecil sekalipun.... Maksud/tujuan utama dari perayaan Sivarathri ini adalah untuk mendidik kita agar menumbuh-kembangkan semangat persatuan di tengah-tengah kehidupan sehari-hari (yang penuh dengan gejolak rintangan, kesulitan dan provokasi lainnya). Janganlah engkau mengucapkan kata-kata yang kasar ketika sedang berbicara dengan orang lain. Senantiasalah bertutur-kata secara halus dan lembut dan dengan hati yang penuh cinta-kasih.

- Divine Discourse, March 1st, 2003.

Wednesday, March 5, 2008

Sai Inspires - 5th March 2008 (The spirit in which we should engage ourselves in serving others)

Do not keep yourself apart, intent on your own salvation, through japa or dhyaana (chanting or meditation). Move among your brothers and sisters, looking for opportunities to help; but, have the Name of God on the tongue and the Form of God before the eye of the mind. That is the highest sadhana. God in the heart! Task in hand! Proceed in that spirit. God's Grace will be showered on you, in full measure.

Janganlah engkau mengasingkan diri dan hanya memikirkan keselamatan dirimu sendiri dengan melakukan japa atau dhyana (pengkidungan nama-nama Tuhan atau meditasi). Terjunlah ke tengah-tengah masyarakat, dan carilah kesempatan untuk memberikan bantuan; ditambah dengan praktek pengulangan nama-nama Tuhan di lidahmu serta memelihara wujud-Nya di mata batinmu. Inilah bentuk sadhana yang paling tingi, yaitu Tuhan di dalam hati dan pekerjaan/seva di tangan! Majulah dalam semangat itu, maka dengan demikian, Rahmat Tuhan akan dicurahkan sepenuhnya kepadamu.

- Divine Discourse, February 1st, 1970.

Tuesday, March 4, 2008

Sai Inspires 4th February 2008 (the first step in our journey to inner joy and peace)


In this spiritual sphere of mental peace and inner joy, the responsibility for success or failure is entirely one's own. You have no right to shift it on to others. The fire will go out if the fuel is over; so stop feeding it with fuel. Do not add fuel to the fire of the senses. Detach the mind from the temporary and attach it to the eternal... Plant the seedling of Bhakthi (devotion), namely, the preliminary exercise of Naamasmarana (remembering the Lord's name), in the mind. That will grow into a tree with the branches of virtue, service, sacrifice, love, equanimity, fortitude and courage. You swallow food, but you are not aware how that food is transformed into energy, intelligence, emotion and health. In the same way, just swallow this food for the spirit, this Naamasmarana, and watch how it gets transmuted as virtue and the rest without your being aware of it.

Sukses atau tidaknya seseorang dalam mencapai kedamaian batin maupun kebahagiaan adalah merupakan tanggung-jawab sepenuhnya dari yang bersangkutan. Engkau tidak memiliki hak untuk melimpahkan kesalahan kepada orang lain. Kobaran api akan padam dengan sendirinya ketika ia kehabisan bahan bakarnya; oleh sebab itu janganlah semakin menambah bahan bakar (terhadap kobaran api nafsu/keinginanmu). Jauhkanlah pikiran/batinmu dari hal-hal yang bersifat temporer dan pusatkanlah perhatianmu kepada sesuatu yang bersifat eternal (abadi).... Tanamkanlah benih-benih bhakti (devotion), yaitu terutama kebiasaan/latihan Naamasmarana (pengulangan nama-nama Tuhan). Benih tersebut kelak akan tumbuh besar menjadi pepohonan dengan cabang-cabangnya dalam bentuk virtue (sifat/perilaku yang luhur), service (pelayanan), love (cinta-kasih), equanimity (keseimbangan batin), fortitude (keuletan) dan courage (keberanian). Engkau menelan makanan, namun engkau tidak sadar bagaimana sari-sari makanan tersebut ditransformasikan menjadi energi/tenaga, kecerdasan, emosi dan kesehatan. Demikian pula, telan sajalah makanan bagi jiwamu ini, yaitu Naamasmarana dan lihatlah bagaimana ia akan ditransmutasikan menjadi virtue (sifat-sifat bajik/luhur) tanpa sepengetahuanmu.

- Divine Discourse, February 27, 1961.

Monday, March 3, 2008

Sai Inspires 3rd March 2008 (valuable guideposts to live by in our lives)


The idea that a posh bungalow, with costly sofas, dining tables, etc., or a heavy pay packet is the ideal to be worked for should be given up. This ideal breeds evil. The ideal should be - hands dedicated to hard work, heads dedicated to service, and hearts filled with compassion. Vivekaananda exhorted students to cultivate compassion. No one should suffer harm or pain through our words or deeds. For, when another is hurt by us, what really happens is we insult and injury our true nature. Attention is now paid solely to the self and its wishes. This must be reversed. Not what we can get from others but what we can give others - that must be our concern.

Buanglah jauh-jauh pemikiran bahwa kehidupan ini adalah semata-mata untuk mengejar kesenangan atau kenikmatan dalam bentuk seperti: memiliki villa/bungalow yang diisi dengan sofa yang mahal, meja makan eksklusif ataupun paket-paket mahal lainnya. Pemikiran seperti itu sangat berpotensi untuk menghasut terjadinya kejahatan. Cara pandang hidup yang seharusnya kita galakkan adalah kerja keras, sikap dedikatif terhadap pelayanan dan hati yang penuh dengan welas-asih. Vivekananda mendorong para siswa-siswanya untuk mengembangkan sikap welas-asih. Kita tidak boleh melukai siapapun juga baik melalui ucapan maupun perbuatan kita. Sebab apabila kita melukai orang lain, maka itu sebenarnya berarti bahwa kita menghina dan melukai diri kita sendiri. Janganlah hanya mementingkan diri sendiri, sebab yang lebih penting untuk diperhatikan adalah apa yang bisa kita berikan kepada orang lain dan bukan sebaliknya.

- Divine Discourse, March 8, 1981.

Saturday, March 1, 2008

Sai Inspires - 1st March 2008 (How can we live intelligently?)


Every individual should be the master of their behaviour; he/she should not be led away by the impulse of the moment; one must be conscious always of what is good for him/her. You should so carry your daily tasks that you do not make others suffer or suffer yourself. That is the sign of intelligent living. You should not give way to fits of anger or grief, elation or despair... Be Saatwik, calm, unruffled and collected. The more you develop charity for all beings, contrition at your own faults, fear of wrong and fear of God - the more firmly established you are in Shanti (peace).

Setiap orang/individu harus bisa menjadi master (penguasa) atas perilakunya sendiri, janganlah engkau terpancing untuk merespons terhadap dorongan impuls sesaat; sadarilah selalu hal-hal apa saja yang baik bagi dirimu. Jalanilah tugas-tugasmu sehari-hari dan pastikanlah engkau tidak menimbulkan penderitaan bagi orang maupun dirimu sendiri. Inilah pertanda bahwa engkau sudah menjalani kehidupan secara intelligent (cerdas). Jangan terpancing oleh kemarahan maupun penderitaan, pujian maupun celaan... Bersikaplah saatwik, tenang, tak terpengaruh dan penuh kendali. Semakin engkau mengembangkan sikap kedermawanan terhadap semua mahluk, menyesali kesalahanmu, takut berbuat salah dan senantiasa ingat kepada Tuhan; maka engkau akan semakin mantap di dalam Shanti (kedamaian batin).

- Divine Discourse, February 27, 1961.

Sai Inspires - 29th February 2008 (how we can see Divinity in entire creation)


Suppose you make an idol of Lord Krishna in silver. All parts of the idol are in silver. When you see the form of Krishna in the idol, you are not aware of the silver. When you want to see only the silver out of which the idol is made, the form is out of your view. Similarly, when you turn your mind towards God, who is pervading the entire Universe, the mind will be wholly filled with God, and you won't see the different forms of the objects in the world. But if the mind is directed towards worldly objects, you will fail to see the Divinity that pervades all objects.

Andaikan engkau membuat patung/rupang Lord Krishna dari bahan perak, maka seluruh bagian dari rupang tersebut akan terbuat dari perak. Namun apabila engkau berkonsentrasi dan hanya menatap wujud Krishna pada rupang itu, maka engkau tidak akan sadar atas keberadaan unsur peraknya. Sebaliknya bila engkau hanya ingin melihat bahan pembuatnya, maka wujud Krishna untuk sementara berada di luar dari fokus perhatianmu. Demikianlah, bila engkau mengarahkan batinmu ke arah keTuhanan - yang mencakupi seisi alam semesta - maka batinmu juga hanya akan terisi oleh pemikiran-pemikiran Ilahiah dan engkau tidak akan melihat berbagai variasi rupa atau wujud obyek-obyek yang ada di dunia ini. Namun sebaliknya, bila mind diarahkan kepada obyek-obyek duniawi, maka engkau tidak akan bisa melihat aspek Divinity yang mencakupi segalanya.

- Divine Discourse, May 20, 1993.