Saturday, October 31, 2009

Sai Inspires 29th October 2009


If you, as a spiritual aspirant, are unsuccessful in following discipline, you must seek and know the cause of your defeat. This analysis is necessary. You must then see that in the second stage this trait is not repeated. You must try your best to guard yourself against this. In such matters, you must be quick and active like the squirrel. Agility and vigilance, combined with the sharpness of intelligence earned by peace, must quickly come to your aid. Courage, wise counsel, steadiness and undeviating earnestness is very important for avoiding and overcoming conflicts in your mind. A mind without agitations, a joyous and unblemished outlook... these are the marks of a person in whom peace has taken root.

Jika engkau, sebagai pengikut spiritual, mengalami kegagalan dalam mengikuti pelajaran spiritual, engkau harus mencari dan mengetahui peyebab kegagalanmu. Pemeriksaan ini sangatlah penting. Engkau kemudian harus berusaha supaya pada langkah berikutnya hal ini tidak terulang kembali. Engkau harus berusaha sebaik mungkin untuk menjaga dirimu dari kemungkinan kegagalan tersebut. Dalam masalah seperti itu, engkau harus cepat dan aktif bagaikan seekor tupai. Ketangkasan dan kewaspadaan, digabungkan dengan ketajaman kecerdasanmu yang diperoleh melalui kedamaian, harus segera datang membantumu. Keberanian, nasehat yang bijaksana, kemantapan dan kesungguhan yang tidak menyimpang adalah sangat penting untuk menghindari dan menghadapi bentrokan yang muncul di dalam pikiranmu. Pikiran yang tidak terhasut, cara berpikir yang tanpa cela dan penuh suka cita… itu semua adalah ciri-ciri seseorang dimana kedamaian telah berurat akar padanya.

- Divine Discourse, Prasanthi Vahini

Wednesday, October 28, 2009

Sai Inspires 28th October 2009


Peace is essential for sharpness of intellect. Haste and worry will confuse the intelligence. Peace develops all the beneficial characteristics in you. Even farsightedness grows through Peace. Through that, obstacles can be anticipated and averted. In the past, you may have had failings, mistakes, drawbacks, etc. In such situations, the "Will to feel pure" must be strengthened and these failings will never be recollected. If thoughts run after the failings and begin to dwell on how they came about, you are prone to commit a few more mistakes. Since you already recognized these as your mistakes, why worry about their birth and ancestry? Of what profit is it to spend time on things that are no longer necessary? Do not think of your shortcomings anymore. Allow your mind to dwell on good things always. You will find this attitude very useful.

Kedamaian adalah sangat penting bagi ketajaman kecerdasan. Ketergesaan dan kecemasan akan mengaburkan kecerdasanmu. Kedamaian akan meningkatkan semua hal yang bermanfaat di dalam dirimu. Bahkan kebijaksanaan pun tumbuh dan berkembang melalui Kedamaian. Dengan kedamaian, segala halangan akan bisa dicegah dan dihindari. Di masa lalu, engkau mungkin pernah gagal, pernah berbuat kesalahan, mendapatkan rintangan, dan sebagainya. Dalam situasi seperti itu, perasaan “Ingin merasakan kesucian” harus diperkuat dan segala macam kegagalan tersebut tidak akan teringat kembali. Jika pikiranmu terus berputar pada kegagalan dan mulai tenggelam dalam rasa penasaran tentang bagaimana hal itu bisa terjadi, engkau akan cenderung akan melakukan kesalahan berikutnya. Karena engkau telah mengetahuinya sebagai kesalahanmu, untuk apa engkau terus penasaran tentang bagaimana hal itu bisa terjadi dan asal-muasalnya? Untuk apa buang-buang waktu demi hal yang sudah tidak penting lagi? Jangan lagi berpikir terus-menerus tentang kekuranganmu. Pikiranmu hanya boleh tenggelam dalam hal-hal yang baik semata. Engkau akan sadar bahwa sikap ini sangatlah bermanfaat bagimu.

-Divine Discourse, Sandeha Nivarini.

Tuesday, October 27, 2009

Sai Inspires 27th October 2009


Elation at profit, joy and cheer; dejection at loss and misery, these are the natural characteristics common to all mortals. One can identify excellent spiritual aspirants very quickly, as they will never forget this principle: Being vigilant and suffering the inevitable, gladly! When difficulties and losses overwhelm you, do not lose heart and precipitate some action. Meditate calmly on how they ever came to be. Try to discover some simple means of overcoming them, or avoiding them, in an atmosphere of peace.

Kegirangan saat memperoleh keuntungan, kesenangan dan kegembiraan; bermurung diri saat mengalami kerugian dan kemalangan, itu semua adalah ciri alami yang umum terdapat pada manusia. Seseorang dapat mengenali seorang pencari spiritual sejati yang utama, karena mereka tidak akan melupakan prinsip berikut ini: Selalu waspada dan menghadapi penderitaan yang tak terelakkan, dengan senang hati! Ketika kesulitan dan kerugian menimpamu, jangan berkecil hati dan mengambil tindakan dengan tergesa-gesa tanpa dipikirkan terlebih dahulu. Renungkanlah dengan tenang tentang bagaimana hal tersebut bisa terjadi. Cobalah mencari cara yang mudah untuk mengatasinya, atau hindarilah mereka, dalam suasana damai.

-Divine Discourse, Prasanthi Vahini

Monday, October 26, 2009

Sai Inspires 26th October 2009


You must have calm thoughts. Only then can your mind experience equanimity. It is just a question of the discipline of the mind, difficult in the beginning, but once mastered, capable of conquering all troubles and worries. An unruffled mind is very important for every aspirant. It is one of his beneficial qualities. Strive to gain it, though you may fail in earlier attempts. Such a mind gives real strength and happiness. Do not yield to despair, cowardice or helplessness. Even if a calamity befalls, you must not lose heart. The mind must be ever pure, untarnished, calm, full of courage. No weeping for the past, no faltering in the performance of the task at hand - this is the true mark of a spiritual aspirant. Be prepared to gladly have any obstacle in your path. Only when you confront them, you can realize the goal to achieve everlasting peace.

Engkau harus memiliki pikiran yang tenang. Hanya dengan demikianlah maka engkau bisa mendapatkan keseimbangan. Semuanya tergantung pada bagaimana kita mendisiplinkan pikiran, sulit pada awalnya, namun begitu hal tersebut dikuasai, maka akan bisa menaklukkan semua kesulitan dan kekhawatiran. Pikiran yang sabar sangatlah penting bagi setiap pengikut spiritual. Itu adalah salah satu sifat yang bermanfaat. Berusahalah sekuat tenaga untuk mendapatkannya, meskipun engkau mungkin gagal pada awalnya. Pikiran yang tenang memberimu kekuatan dan kebahagiaan sejati. Jangan menyerah dalam keputusasaan, menjadi pengecut atau merasa tak tertolong. Bahkan jika ada musibah yang menimpa, engkau jangan sampai berkecil hati. Pikiran harus tetap selamanya murni, tak tercemar, tenang, penuh dengan keberanian. Jangan menangisi masa lalu, jangan tergagap dalam menunaikan tugas di tanganmu – itu adalah ciri yang sebenarnya dari seorang penganut spiritual. Bersiaplah untuk menyambut dengan terbuka segenap hambatan yang akan menghadang di jalanmu. Hanya pada saat engkau berhadapan dengan merekalah, engkau akan dapat menyadari tujuan untuk meraih kedamaian yang abadi.

-Divine Discourse, Prasanthi Vahini

Sunday, October 25, 2009

Sai Inspires 25th October 2009


The spiritual aspirants and devotees of the yesteryears reached their goal through Santhi (peace). Ramdas, Tukaram, Kabir, Thyagaraja, Nandana (Great Devotees of the Lord), all of them cultivated the fortitude needed to bear all the calumny, torture and travail, that was their lot. If you base your effort on these examples, you will be free of anger, despair or doubt. The accounts of their struggles and successes, when contemplated upon are more useful to the aspirant than the contemplation of the powers and accomplishments of the Lord. These accounts will help you to try out in your own experience, the methods which has been developed. You will find that Santhi (peace) was the main instrument that saved them from the coils of anger, pain, conceit, doubt and despair. Dear aspirants, acquire the instrument Santhi, with the Grace of the Lord. Direct all your efforts to that end!

Para pencari dan penganut spiritual dahulu kala telah mencapai tujuan hidup mereka melalui Santhi (kedamaian).Ramdas, Tukaram, Kabir, Thyagaraja, Nandana (Pengikut Tuhan yang Agung), mereka semua telah mengembangkan kekuatan yang dibutuhkan untuk menghadapi segala macam fitnah, siskaan dan pekerjaan berat yang telah menjadi nasib mereka. Jika engkau melandaskan semua usahamu pada teladan tersebut diatas, engkau akan terbebas dari amarah, putus asa atau keragu-raguan. Riwayat cerita tentang usaha keras dan keberhasilan mereka, ketika direnungkan secara mendalam, akan terasa lebih bermakna bagi para pencari spiritual dibandingkan dengan perenungan akan kekuatan dan pencapaian Tuhan. Riwayat tersebut akan membantumu untuk mencoba sendiri, cara-cara yang telah dikembangkan sebelumnya. Engkau akan tahu bahwa Santhi (kedamaian) adalah alat utama yang menyelamatkan mereka dari pusaran amarah, penderitaan, kesombongan, keraguan dan keputusasaan. Wahai para pencari spiritual terkasih, raihlahSanthi, dengan Perkenan Tuhan. Arahkanlah semua usahamu pada tujuan tersebut!

- Divine Discourse, Prasanthi Vahini

Sai Inspires 24th October 2009


To earn Peace, its inveterate enemy, anger must be laid low. Anger is the harvest of the tantalizing mind. Anger enslaves you and fogs your understanding. Understanding becomes very easy when you are full of devotion and your devotion is deep-rooted. This form of devotion is called Santha Bhakthi. This is the best path for attaining eternal peace and everlasting joy. Become the messengers of the peace that has no beginning or end. Hold forth for humanity the Light of Peace.

Untuk mendapatkan Kedamaian, musuh yang telah mendarah daging darinya yaitu amarah haruslah ditekan serendah mungkin. Amarah adalah hasil dari pikiran yang tergoda. Kemarahan akan memperbudakmu dan mengaburkan pemahamanmu. Pemahaman akan menjadi sangat mudah dicapai ketika engkau penuh dengan rasa bakti dan baktimu itu telah berurat-berakar. Wujud bakti ini adalah yang disebut dengan Santha Bhakthi. Ini adalah jalan yang terbaik untuk mencapai kedamaian yang kekal dan kebahagiaan yang abadi. Menjadi pembawa kedamaian tidaklah ada kata awal atau akhir. Serukanlah selalu Cahaya Perdamaian pada seluruh umat manusia.

-Divine Discourse, Prasanthi Vahini

Friday, October 23, 2009

Sai Inspires 23rd October 2009


Each is born for the same task...Peace! For without peace, there is no joy. Peace embellishes each and every act. It softens the hardest core of every being. It takes you to the footstool of the Lord and wins for you the vision of God. It knows no distinction. It is the honey of Love, in the enchanting flower of life. Through peace alone can devotion expand, and you can attain the highest wisdom. You will become fearless and attain the conviction that the Lord is visibly present everywhere!

Setiap orang terlahir untuk tujuan yang sama… Kedamaian! Karena jika tanpa kedamaian, maka tidak akan ada kebahagiaan. Kedamaian menghiasi setiap dan semua tindakan. Kedamaian melembutkan inti yang terkeras dari setiap makhluk hidup. Kedamaian membawamu ke kaki padma Tuhan dan memberimu penglihatan akan Tuhan. Kedamaian tidaklah membeda-bedakan. Kedamaian adalah madu dari Kasih, di dalam bunga kehidupan yang mempesona. Hanya melalui kedamaian sajalah maka pengabdian bisa berkembang, dan engkau akan bisa mencapai kebijaksanaan yang tertinggi. Engkau akan bisa mengatasi ketakutan dan memperoleh keyakinan yang tak tergoyahkan bahwa Tuhan hadir dan ada dimana-mana!

- Divine Discourse, Prasanthi Vahini

Sai Inspires 22nd October 2009


The Lord loves the Inner, not the Outer. But you should not neglect the outer, even in the outward behaviour and in your acts you should manifest the inner feeling. That gives a chance for experiencing the feeling of quietude and santhi(peace) in fuller measure, for the taste of that santhi (peace) must be enjoyed through every thought, word, gesture and deed. It is only when santhi is experienced in all these four, that it becomes fully complete or paripoorna. To attain these, real change must be made in the daily conduct and in your behaviour. In every little act, thought and word, one should discriminate and adopt the best. That is the sign of the genuine sadhaka (spiritual aspirant).

Tuhan menyukai yang Batiniah, bukan yang Badaniah. Namun engkau jangan melalaikan hal-hal yang badaniah, bahkan dalam sikap dan perilaku engkau harus mengejawantahkan rasa batiniahmu. Itu akan memberimu kesempatan untuk merasakan keheningan dan santhi (kedamaian) dengan sepenuhnya, karena rasa santhi (damai) tersebut harus dirasakan dalam setiap pikiran, ucapan, perilaku dan tindakan. Hanya jika santhi itu dirasakan dalam keempat hal tersebut, maka itu semua akan menjadi sempurna atau paripoorna. Untuk mencapainya, perubahan yang nyata harus diterapkan dalam tindakan dan perilaku sehari-hari. Dalam setiap tindakan, pikiran dan ucapan, engkau harus memilah dan memilih yang terbaik. Itu adalah ciri dari sadhaka (pengikut spiritual) yang sejati.

- Divine Discourse, Prasanthi Vahini .

Thursday, October 22, 2009

Sai Inspires 21st October 2009


First, all of you should develop discrimination to distinguish the eternal from the transitory and to decide which is worthy. Then, a sincere attempt must be made to experience what is so chosen as worthy and true. Finally, this attempt should not be given up whatever comes your way. Union of these three is called genuine austerity. Only from this austerity alone is born real peace and joy.

Langkah pertama, engkau semua harus mengembangkan kemampuan untuk memilah antara hal-hal yang kekal abadi dengan hal-hal yang sementara dan tentukanlah yang manakah yang lebih layak. Kemudian, berusahalah dengan segala kerendahan hati demi mendapatkan pengalaman akan apa yang engkau pilih tadi sebagai hal yang layak dan benar. Akhirnya, engkau jangan sampai menyerah dalam berusaha, apapun halangan yang datang menghadangmu. Penyatuan dari ketiga hal itu disebut sebagai usaha peningkatan diri yang sejati. Hanya dari usaha semacam ini sajalah maka akan lahir kedamaian dan kebahagiaan yang sebenarnya.

-Divine Discourse, Prasanthi Vahini

Sai Inspires 20th October 2009


Santhi (peace) is a shoreless ocean. It is the Light that illumines the world. Having it is having it all. It confers knowledge of both this world and next. Pure Love can emanate only from a heart immersed in Santhi. Santhiis not the conviction arrived at by means of logic. It is the Discipline of all disciplined lives. To attain Santhi, the mind must first be calmed and quietened. Only then the body can be healthy and the intellect sharp. Your mind is the battlefield where good and bad, right and wrong, contest for supremacy. Iron has to beaten flat by iron alone. So too, the inferior, lower mind has to be shaped better by the superior mind itself. You must endeavor to make your mind superior and stronger for the task of personal upliftment.

Santhi (kedamaian) adalah lautan yang tak bertepi. Ia adalah cahaya yang menerangi seluruh dunia. Memilikinya berarti memiliki semuanya. Ia memberi pengetahuan tentang dunia ini dan alam selanjutnya. Kasih yang murni hanya dapat memancar dari dalam hati yang penuh Santhi. Santhi bukanlah hal yang diyakini semata-mata berdasar pada akal saja. Ia adalah Disiplin dari semua disiplin dalam hidup. Untuk mencapai Santhi, pertama kali pikiran haruslah ditenangkan dan disunyikan. Hanya dengan demikianlah maka badan bisa menjadi sehat dan kecerdasan bisa semakin tajam. Pikiranmu adalah medan laga dimana kebaikan dan keburukan, kebenaran dan kejahatan, bertarung demi kemenangan. Besi hanya bisa ditempa oleh besi yang lain. Demikian juga, pikiran yang rendah dan remeh haruslah dibentuk oleh pikiran yang lebih tinggi. Engkau harus berusaha keras untuk membuat pikiranmu menjadi lebih tinggi dan lebih kuat demi menunaikan tugas dalam meningkatkan kualitas hidup pribadimu.

- Divine Discourse, Prasanthi Vahini

Monday, October 19, 2009

Sai Inspires 19th October 2009


Prasanthi is the legitimate right of every single aspirant. One must learn the path to earn it. The world today is suffering from selfish politics, nihilistic religion and heartless competition. In such times, the most urgent need to peace. It is the fuel of Prema (love) which yields the divine flame of Santhi (peace). Love brings about unity of all mankind and this unity combined with spiritual knowledge brings about world peace. Without peace, there can be no happiness. Peace is never associated with a greedy heart, full of desires. Peace does not depend upon external conditions. It flees away from the sensual and selfish, and dislikes the company of such persons. Peace co-exists only with a pure heart. It is the natural accompaniment of bliss and is won only by the control of senses.

Prasanthi adalah hak yang sah bagi setiap penganut spiritual. Seseorang harus mempelajari cara mendapatkannya. Dunia sekarang ini menderita akibat politik yang mementingkan diri sendiri, beragama namun hampa dan persaingan tanpa belas kasihan. Dewasa ini, yang paling penting adalah kedamaian. Kedamaian adalah bahan bakar dari Prema (kasih) yang akan menyalakan api illahi Santhi (kedamaian). Kasih akan membawa persatuan bagi seluruh umat manusia dan kesatuan ini saat digabungkan dengan pengetahuan spiritual akan membawa kedamaian dunia. Tanpa kedamaian, tidak akan ada kebahagiaan. Kedamaian tidak akan pernah berdekatan dengan hati yang tamak, penuh hawa nafsu keinginan. Kedamaian tidak tergantung dari keadaan diluar diri. Kedamaian akan menjauh dari orang-orang yang penuh hawa nafsu birahi dan mementingkan diri sendiri, dan enggan berada dalam lingkungan orang-orang semacam itu. Kedamaian hanya akan hadir dengan hati yang murni. Kedamaian beriringan secara alami dengan kebahagiaan dan hanya bisa diraih dengan mengendalikan panca indera.

-Divine Discourse, Prasanthi Vahini

Sunday, October 18, 2009

Sai Inspires 18th October 2009


One is unable to stand still even for a moment! Absence of mere anger cannot be taken as peace. The winning of a desired object should not be confused with santhi (peace).Prasanthi is that, which when it pervades the heart and cannot be shaken subsequently for any reason. That type of peace alone deserves to be called Prasanthi. Prasanthi has no ups and downs, it cannot be partial in adversity and complete in prosperity. It cannot be one thing today and another tomorrow. Maintaining the same even flow of bliss, joy, always, is Prasanthi, supreme peace.

Seseorang tidak mampu tegak berdiri bahkan untuk sekejap saja! Tiadanya kemarahan belum bisa dikatakan sebagai kedamaian. Keberhasilan memperoleh harta benda menurut nafsu keinginan jangan disalahartikan sebagai santhi (kedamaian). Prasanthi sesungguhnya adalah, ketika ia merasuk ke dalam hati dan tak tegoyahkan dengan alasan apapun. Hanya jenis kedamaian tersebut yang layak disebut dengan Prasanthi. Prasanthi tidak mengenal naik dan turun, ia bukanlah sedikit penderitaan dan banyak kemakmuran. Ia bukanlah satu hal hari ini dan hal yang lain esok hari. Menjaga aliran kebahagiaan, kegembiraan, selalu, adalah Prasanthi, kedamaian yang utama.

-Divine Discourse, Prasanthi Vahini.

Saturday, October 17, 2009

Sai Inspires 17th October 2009


Develop Love for one and all. Love, Love, Love! That is the only property that will last with you for ever. You do not need anything greater than love and there is nothing more important than love. Plunge into service with a feeling, "Service is God, Service is my life!" Service should not be undertaken with an expectation of remuneration. Money comes and goes, but morality comes and grows. Do not be elated when you get money and do not be depressed when you lose money. The difference between money and morality is, "Money comes and goes", whereas "Morality comes and grows". God is always with you, above you and behind you. Develop this firm faith in your heart. God's grace is not transitory. He will always protect you. He will always be with you.

Kembangkanlah Kasih untuk satu dan semuanya. Kasih, Kasih, Kasih! Itu adalah satu-satunya milikmu yang akan bertahan bersamamu selamanya. Engkau tidak perlu sesuatu yang lain yang lebih agung daripada kasih dan tidak ada yang lebih penting dari kasih. Terjunlah kedalam pelayanan dengan perasaan, “Pelayanan adalah Tuhan, Pelayanan adalah hidupku!” Pelayanan jangan dilakukan dengan harapan akan imbal balik. Uang datang dan pergi, namun moralitas datang dan tumbuh. Jangan merasa kegirangan ketika engkau mendapatkan uang dan jangan merasa menderita ketika engkau kehilangan uang. Perbedaan antara uang dan moralitas adalah, “Uang datang dan pergi”, sedangkan “Moralitas datang dan tumbuh”. Tuhan akan selalu bersamamu, diatasmu dan dibelakangmu. Kembangkanlah keyakinan ini dengan teguh di dalam hatimu. Anugerah Tuhan tidaklah hanya untuk sementara saja. Tuhan akan selalu melindungimu. Ia akan selalu bersamamu.

-Divine Discourse, Aug 25 2009

Friday, October 16, 2009

Sai Inspires 16th October 2009


The process of control of senses is very essential for attaining Prasanthi. Prasanthi means success in the elimination of desire and anger. Peace is the very force that comes to the aid of those who try to develop discrimination, renunciation and keenness of intellect. Peace, just like the atma (Eternal Self) too has no beginning or end, no blemish can tarnish it. It is equalled only by itself. Such beautiful peace must be manifested in feeling, word, posture and deed in uniform equal measure. Then, Santhibecomes Prasanthi (supreme peace).

Proses pengendalian panca indera adalah sangat penting untuk bisa mencapai Prasanthi. Prasanthiberarti keberhasilan dalam menghilangkan hawa nafsu keinginan dan kemarahan. Kedamaian adalah kekuatan utama yang datang untuk membantu mereka yang berusaha mengembangkan kemampuan memilah, mengembangkan sikap tidak mementingkan diri sendiri dan mengembangkan kecerdasan pikiran. Kedamaian, sebagaimana halnya atma (Diri Sejati yang Kekal) juga tidak berawal atau berakhir, tiada cacat cela yang mampu menodainya. Ia hanya bisa disamai oleh dirinya sendiri. Indahnya kedamaian harus diwujudkan dalam perasaan, ucapan, sikap dan tingkah laku dalam ukuran yang setara. Maka, Santhiakan menjadi Prasanthi (kedamaian yang tertinggi).

-Divine Discourse, Prasanthi Vahini

Thursday, October 15, 2009

Sai Inspires 15th October 2009


The syllable "pra" in Prasanthi means expanding, enlarging. Santhi means peace. So, Prasanthi means expanding peace, obtained by the absence of desire, anger, greed and hatred. This is the backbone of every individual, and for the spiritual aspirant, this is the very breath. Many feel that they have peace when some worldly desire that was vexing them is satisfied. That satisfaction is not real peace. It is but a temporary, short-lived interval between one worry and another...Prasanthi has no ups and downs; it cannot be partial in adversity and complete in prosperity. It cannot be one thing today and another tomorrow. Maintaining the same even flow of ananda(bliss) always, is Prasanthi (supreme peace).

Suku kata “pra” dalam Prasanthi memiliki arti berkembang, membesar. Santhi berarti kedamaian. Jadi, Prasanthi adalah berkembangnya kedamaian, yang tercapai dengan sirnanya hawa nafsu, kemarahan, ketamakan dan kebencian. Ini adalah tulang punggung bagi setiap orang, dan bagi para pengikut jalan spiritual, hal ini adalah yang paling mendasar. Banyak orang merasa bahwa mereka akan mendapatkan kedamaian saat hawa nafsu keinginan duniawi yang menjangkiti mereka telah terpuaskan. Kepuasan bukanlah kebahagiaan yang sejati. Itu hanyalah sementara, jeda sesaat di antara kecemasan yang satu dengan yang lain… Prasanthi tidak mengenal naik dan turun; ia tidak bisa terdiri dari sebagian penderitaan dan sepenuhnya kemakmuran. Ia bukanlah satu hal hari ini dan hal yang lain esok hari. Menjaga agar ananda (kebahagiaan) mengalir selalu, itu adalah Prasanthi (kedamaian yang utama).

-Divine Discourse, Prasanthi Vahini

Sai Inspires 14th October 2009


Do not waste your thoughts. For it makes your mind unsteady and wavering. Take the example of a handkerchief. Is it a cloth? No, it is not. It is a bundle of threads. No, not even threads. It is just cotton. Without cotton, there can be no threads and without threads there can be no cloth. Likewise, the mind is nothing but a bundle of thoughts. Having understood this deeply, put a check on your thoughts. Even the wealth you acquire and the food you eat must be within a certain limit. Food is God, do not waste it. Help others, never hurt them. These are some key guidelines that you must follow for purposeful living.

Jangan menghambur-hamburkan pikiran. Karena hal itu akan membuat ingatanmu menjadi tidak tenang dan terombang-ambing. Ambil contoh sebuah saputangan. Apakah itu sebuah pakaian? Bukan. Itu adalah sekumpulan benang. Bukan, bahkan itu bukanlah benang-benang. Itu hanyalah kapas. Tanpa kapas, tidak akan ada benang dan tanpa benang maka tidak akan ada pakaian. Demikian juga, ingatan adalah tidak lain daripada sekumpulan pikiran. Setelah memahami hal ini sepenuhnya, tinjaulah kembali pikiran-pikiranmu. Bahkan kekayaan yang engkau kumpulkan dan makanan yang engkau makan haruslah dalam batas-batas tertentu. Makanan adalah Tuhan, jangan disia-siakan. Tolonglah selalu orang lain, jangan pernah menyakiti mereka. Itu semua adalah pedoman pokok yang harus engkau ikuti demi mendapatkan hidup yang berguna.

-Divine Discourse, 25 Aug 2009

Tuesday, October 13, 2009

Sai Inspires 13th October 2009


If you continue to imitate other cultures, your innate strength and purity will gradually diminish. Therefore, do not imitate others. For example a lion attacks an animal only when it is hungry. It does not go about killing every animal that comes across. Even a wild beast like the lion has the capacity to restrain itself. Limitless ego, anger and desire will only lead you astray. You have to divert your mind from such a situation and follow the noble path, so that you do not cause harm to others nor do you suffer in the process. Do not utilize your strength and power indiscriminately. You see the modern children enjoying unrestrained freedom. Freedom no doubt is good and permissible, but should be within a limit. Only then it acquires value. Trying to amass wealth and being over-smart will only lead you to a danger.

Jika engkau terus meniru budaya asing, kekuatan dan kemurnian dalam dirimu secara berangsur-angsur akan berkurang. Maka dari itu, janganlah meniru orang lain. Sebagai contoh, seekor singa menyerang binatang mangsanya hanya ketika ia lapar. Singa tidak akan menyerang setiap binatang yang datang mendekat. Bahkan hewan buas semacam singa pun memlliki kemampuan mengekang dirinya. Ego, kemarahan dan hawa nafsu yang tanpa batas hanya akan membuatmu tersesat. Engkau harus mengalihkan pikiranmu dari keadaan semacam itu dan mengikuti jalan yang mulia sehingga engkau tidak mengakibatkan penderitaan bagi orang lain dan dirimu sendiri. Jangan menggunakan kekuatan dan tenagamu dengan sembarangan. Engkau perhatikan anak-anak di era modern ini menikmati kebebasan yang tak terkendali. Kebebasan tidak diragukan lagi memang bagus dan diperbolehkan, namun seharusnya di dalam batas-batas tertentu. Hanya dengan demikianlah maka mereka akan mendapatkan manfaat. Berusaha untuk menumpuk kekayaan dan bertindak gegabah hanya akan membawamu ke dalam mara bahaya.

-Divine Discourse, 25 August 2009

Monday, October 12, 2009

Sai Inspires 12th October 2009


The Supreme Lord is the prompter of the activity and the dispenser of the consequence. He is beyond the intellect. Like the spokes of a wheel that radiate from the hub, that leads from all directions towards the centre, all creation radiates from Him. To reach the central hub and to know that all spokes radiate from it, the mind is the instrument.Brahmam (The Supreme Lord) is the target to be reached by the arrow of the mind. Have your mind fixed on the target. Using the knowledge of the Upanishads(ancient Indian scriptures) as the bow, shoot straight and hard to reach your goal. Train the mind with single pointed attention to meditate on Him, to worship Him in your heart. Let Him be the central hub to which all nerves from all directions in your body look up to. If this process is followed, you can realize the Glory of the Lord within you.

Tuhan Yang Maha Kuasa adalah yang memberi petunjuk untuk pekerjaan yang kita lakukan dan yang memberi akibatnya. Tuhan melampaui kecerdasan. Bagaikan jari-jari roda yang menyebar dari pusat roda, yang juga menjadi pusat dari segala arah, semua makhluk hidup memancar dari Tuhan. Untuk mencapai pusat roda dan untuk mengetahui bahwa semua jari-jari roda tersebar dari pusat roda, pikiran adalah alatnya. Brahmam (Tuhan Yang Maha Kuasa) adalah sasaran yang harus dituju untuk dicapai oleh anak panah pikiran. Pusatkanlah pikiranmu pada sasaran. Dengan menggunakan pengetahuan dari Upanishad (kitab kuno bangsa India) sebagai busurnya, panahlah dengan lurus dan kukuh untuk mencapai tujuanmu. Latihlah pikiranmu dengan satu pusat perhatian untuk meditasi kepadaNya, untuk memuja Tuhan di dalam hatimu. Jadikanlah Tuhan sebagai pusat dimana semua urat syaraf dari segala arah di dalam tubuhmu mengarah. Jika proses ini diikuti, engkau bisa merasakan Kemahakuasaan Tuhan di dalam dirimu.

- Divine Discourse, Upanishad Vahini

Sunday, October 11, 2009

Sai Inspires 11th October 2009


Whatever actions you perform, do it in a spirit of self-improvement. Do not be under the impression that you are serving the Organization. Rather, you are serving yourself by your sincere efforts. Do not at all give room for ego and pride. By depositing the savings in a bank, it is not the bank, but principally you, who will benefit, for it will come back to you only. In the same way, the good you do to others, you are doing it for your own good life. If you are committing a mistake or indulging in an evil deed, others will try to imitate you. Hence, you must "Be good, do good and see good. This is the way to God."

Apapun tindakan yang engkau lakukan, laksanakanlah dalam semangat demi pengembangan diri. Jangan merasa bahwa engkau melayani Organisasi. Sebaliknya, engkau melayani dirimu sendiri dengan daya upayamu yang tulus. Jangan memberi ruang bagi ego dan keangkuhan. Dengan menabung uang di bank, sebenarnya bukanlah bank tersebut, namun dirimu sendirilah, yang akan menarik keuntungan, karena hasilnya akan kembali kepadamu. Demikian juga halnya, perbuatan baik yang engkau lakukan terhadap orang lain, sebenarnya demi kebaikan hidupmu sendiri. Jika engkau berbuat kesalahan atau tenggelam dalam perbuatan buruk, orang lain akan berusaha menirumu. Maka dari itu, engkau harus “Menjadi baik, berbuat baik, melihat yang baik. Ini adalah jalan menuju Tuhan.“

-Divine Discourse, 25 August 2009

Saturday, October 10, 2009

Sai Inspires 10th October 2009


God is omnipresent, though at times He incarnates in one form at one place. God is only one. He is not two, though people refer to Him by different names and forms. "Ekam Sath, Viprah Bahudhah Vadhanti" (Truth is One, but wise refer to it by various names). It is only our illusion that we ascribe different names to God like Rama, Krishna, Jesus, Allah, etc. The Sun is only one, and it appears in different parts of the world at different times. It may be 9:00 a.m. in India but it is night time in the USA. So also, the same one God dwells in different people in different forms. Since your perceptions are different, you ascribe different names and different forms. Always realize that God is present every where, in every country and in every individual. He is Omnipresent.

Tuhan ada dimana-mana, meski beberapa kali Beliau menjelma dalam satu bentuk pada suatu tempat. Tuhan hanyalah satu. Ia tidaklah dua, walau orang-orang menyebutNya dengan bermacam nama dan bentuk.“Ekam Sath, Viprah Bahudhah Vadhanti” (Kebenaran itu Satu, namun orang-orang bijaksana menyebutnya dengan berbagai macam nama). Khayalan kita sendirilah yang menyebabkan adanya nama Tuhan yang berbeda-beda seperti Rama, Krishna, Jesus, Allah, dan sebagainya. Sang Surya hanyalah satu, dan ia tampak di belahan bumi yang berlainan di waktu yang berbeda. Sekarang mungkin jam 9:00 pagi di India namun malam hari di USA. Demikian juga, Tuhan yang sama bersemayam di dalam diri orang-orang yang berbeda dalam bentuk yang berbeda. Karena daya tangkapmu yang berbeda-beda, engkau membuat bermacam nama dan bermacam bentuk. Sadarilah selalu bahwa Tuhan hadir dimana-mana, di setiap negara dan di setiap individu. Tuhan Maha Ada.

-Divine Discourse, Sep 2, 2009

Friday, October 9, 2009

Sai Inspires 9th October 2009


Whomsoever you come across, you should offer your salutations. Even if you encounter your enemy, offer salutations to him first. Surely, the other person will reciprocate your noble gesture. Thus, we have to conduct ourselves with mutual love and unity. It is only such people who deserve to be called human beings. This is, in fact, the sign of people with morality. You must develop such morality today. Love for God expects one to enjoin such morality in society. Hence, you must cultivate and practice Love for God, Fear of Sin and Morality in Society. Do not ever forget these three principles.

Kepada siapapun yang kau jumpai, engkau harus memberi penghormatan. Bahkan jika engkau bertemu dengan musuhmu, hormatilah ia terlebih dahulu. Pasti, orang lain akan membalas sikap baikmu. Maka dari itu, kita harus saling bertingkah laku dengan penuh kasih dan rasa kesatuan. Hanya orang-orang seperti itulah yang layak disebut sebagai umat manusia. Hal ini, pada dasarnya, merupakan ciri-ciri orang yang bermoral. Engkau harus mengembangkan moralitas tersebut saat ini. Kasih kepada Tuhan mengharapkan seseorang untuk menggalakkan moralitas semacam itu di tengah masyarakat. Maka, engkau harus menumbuhkan dan mempraktekkan Kasih kepada Tuhan, Takut akan Dosa dan Moralitas dalam Masyarakat. Jangan pernah melupakan ketiga prinsip tersebut.

-Divine Discourse, Sep 2, 2009

Thursday, October 8, 2009

Sai Inspires 8th October 2009


The Atma(spirit) is like the ocean. To instruct a person about it, you need not have to ask him to drink the entire ocean; a single drop placed on the tongue will give the needed knowledge. So too, if you desire to know the Upanishads (ancient Indian spiritual texts), you need not have to follow every single manthra (sacred hymn). Learn and experience the implication of one manthra; you can realize the Goal without fail. Learn and practise. Learn to practise. That is the secret of the teaching.

Sang Atma (jiwa) adalah bagaikan lautan. Untuk bisa mengajari seseorang tentang lautan, engkau tidak perlu memintanya untuk meminum seluruh lautan; setitik air laut pada lidahnya akan memberinya penjelasan yang diperlukan. Demikian juga, jika engkau sangat ingin mendalami Upanishad (kitab spiritual kuno bangsa India), engkau tidak perlu mengikuti setiap manthra (kidung suci). Pelajari dan alamilah sendiri makna yang tersirat dari satu suratan manthra; engkau akan bisa mendapatkan kesadaran Tuhan tanpa kegagalan. Belajar dan berlatih. Belajar untuk berlatih. Itulah rahasia dari ajaran.

- Divine Discourse, Upanishad Vahini

Sai Inspires 7th October 2009


If you are able to divest yourselves of desire when you are doing work, no impurity can touch you. Do you know the "Chilliginja" seeds when dropped into muddy water have the power of separating the dirt and depositing itself at the bottom? The seeds sink to the bottom and slip out of sight. In the same way, those who are experts in doing karma without attachment will have their minds perfectly cleansed and the results of their acts will lose effectiveness and sink to the bottom.

Kalau engkau mampu melepaskan dirimu dari keinginan akan hasil ketika engkau bekerja, tiada kekotoran yang bisa menodaimu. Apakah engkau tahu tentang biji benih tanaman “Chilliginja” yang ketika diletakkan pada air berlumpur, ia memiliki kekuatan untuk memisahkan kotoran dan menempatkan dirinya di dasar? Biji benih itu tenggelam menuju ke dasar dan hilang dari pandangan. Dengan jalan yang sama, bagi mereka yang mahir dalam berkarma tanpa keterikatan maka pikiran mereka akan tercerahkan dengan sempurna dan hasil dari perbuatan mereka akan kehilangan pengaruhnya dan tenggelam ke dasar.

-Divine Discourse, Sandeha Nivarini

Tuesday, October 6, 2009

Sai Inspires 6th October 2009


It is wrong to take the Universe and its Lord as different. It is a delusion, it is a product of your imagination. So long as you have this delusion, you cannot visualize the Reality immanent in you. Also, you will slide into wrong thoughts, words and deeds. A piece of sandal wood if kept in water will produce a bad smell. But, if taken out and rubbed into a paste, its perfume will return. When the authorities of theVedas and Sastras are respected, and when discrimination is sharpened on the practice of good actions, the evil smell of the wrong and wickedness will vanish and the pure innate perfume of the Self will emerge. Then the duality of the doer and the enjoyer will disappear. You will realize that just as your image under the water is not different from you, the Universe is the same as He.

Adalah keliru jika menganggap bahwa Alam Semesta dan Tuhan itu berbeda. Hal tersebut adalah kesalahpahaman, akibat dari khayalanmu. Selama engkau masih diliputi salah pemahaman, engkau tidak akan dapat melihat Kesejatian yang sebenarnya telah ada di dalam dirimu. Dan juga, engkau akan terbawa dalam pikiran, perkataan dan perbuatan yang salah. Sepotong kayu cendana jika terendam dalam air akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Namun, jika kayu tersebut diambil dan digosokkan menjadi bentuk adonan, keharumannya akan muncul. Jika kewibawaan Veda dan Sastra dihormati, dan ketika kemampuan memilah dipertajam dan dilaksanakan dalam bentuk tindakan yang baik, maka aroma buruk dari kesalahan dan kejahatan akan sirna dan aroma wewangian yang murni dari Sang Diri Sejati akan muncul. Kemudian dualitas dari sang pelaku dan sang penerima akan hilang. Engkau akan menyadari bahwa bagaikan bayanganmu yang ada di dalam air tidaklah berbeda denganmu, Alam Semesta adalah sama dengan Tuhan.

- Divine Discourse, Upanishad Vahini

Monday, October 5, 2009

Sai Inspires 5th October 2009


Human beings are essentially Divine. However, one believes oneself to be an individual, limited and temporary. They are entangled in the characteristics of the five elements, namely sound, touch, form, taste and smell. This error brings about joy and grief, good and bad, birth and death. To escape from this association with the elements, to rid oneself of the pulls of their characteristics is the sign of liberation. It is also called in Sanskrit as Kaivalya, Moksha or Mukthi. Names may change, but the achievement is the same.

Umat manusia pada dasarnya adalah Illahi. Namun, orang percaya bahwa dirinya sebagai suatu makhluk individu, memiliki keterbatasan dan bersifat sementara. Mereka terjerat dalam ciri-ciri dari lima unsur, yaitu suara, sentuhan, bentuk, rasa dan bau. Kekeliruan ini berakibat pada dialaminya senang dan derita, baik dan buruk, lahir dan mati. Pertanda dari kebebasan adalah terlepasnya diri dari ikatan unsur-unsur tersebut, terlepasnya seseorang dari pengaruh sifat-sifat tersebut. Hal itu juga yang disebutkan dalam Sanskrit sebagai Kaivalya, MokshaatauMukthi. Nama mungkin berubah-ubah, namun pencapaiannya tetaplah sama.

-Divine Discourse, Upanishad Vahini

Sunday, October 4, 2009

Sai Inspires 4th October 2009


You have boarded a train to reach a village. You have heard that you need to get down at a station to go to the village. Many a station of the same type come during the journey and the train halts in each one of them. Just because the train halts, you do not get down at any of them with all your luggage, do you? If you get down, you will not be able to reach your destination; you will miss your goal and suffer many hardships, not to speak of delay. The wiser course is to note even before the start of the journey, the list of intermediate stations and the alighting station by approaching some persons who have travelled on the same route before. A Guru(Spiritual Teacher) shows the path and teaches what is beneficial and leads you to the destination. He should be shown respect and gratitude.

Engkau telah naik kereta api untuk menuju ke suatu desa. Engkau mendengar bahwa engkau harus turun pada sebuah stasiun untuk menuju ke desa tersebut. Ada banyak stasiun dengan jenis yang sama yang akan dilalui selama dalam perjalanan dan kereta api akan berhenti pada tiap stasiun. Hanya karena kereta api berhenti, engkau tidak perlu turun dari kereta dengan membawa semua barang bawaanmu, bukan? Jika engkau turun, engkau tidak akan bisa mencapai tujuan; engkau akan meleset dari tujuanmu dan mengalami banyak kesulitan, belum lagi dengan waktu yang tertunda. Pelajaran yang lebih bijaksana adalah dengan membuat catatan bahkan sebelum memulai perjalanan, berisi daftar stasiun yang akan dilalui dan stasiun tempat engkau harus turun dengan bertanya pada beberapa orang yang pernah melalui jalur yang sama sebelumnya. SeorangGuru(Pengajar Spiritual) akan menunjukkan jalan dan memberi petunjuk tentang apa yang baik dan menuntunmu pada tujuan. Kepadanyalah seharusnya kita menunjukkan penghormatan dan rasa terima kasih.

- Sandeha Nivarini