Friday, February 27, 2009

Sai Inspires 27th February 2009


When the mind of man is unattached to the ups and downs of life, but is able to maintain equanimity under all circumstances, good physical health will be assured. Illness is caused more by malnutrition of the mind than of the body. Doctors speak of vitamin deficiency; I will call it the deficiency of "Vitamin G", and I will recommend the repetition of the Name of God, contemplation of the Glory and Grace of God. That is the "Vitamin G" medicine. Medicine for ill-health is one third of the treatment. Regulated life and good habits are two-thirds.

Ketika pikiran seseorang tidak terikat pada pasang surutnya gelombang kehidupan, namun sebaliknya dia mampu mempertahankan keseimbangan dalam semua keadaan, maka kesehatan badan yang bagus pasti diperolehnya. Sebenarnya penyakit lebih banyak disebabkan oleh kurangnya asupan makanan untuk pikiran dibandingkan dengan badan. Para dokter menyebutnya penyakit akibat kekurangan vitamin; Aku menyebutnya kekurangan “Vitamin G”, dan Aku akan meresepkan penyebutan Nama Tuhan (God), pemusatan pikiran pada Kemuliaan (Glory) dan Anugrah (Grace) Tuhan (God). Itulah yang disebut dengan obat “Vitamin G”. Obat untuk mengobati penyakit memiliki peran sepertiga dalam pengobatan. Sisanya yang dua per tiga adalah hidup yang diatur dengan baik dan kebiasaan yang baik.

- Divine Discourse, May 17, 1965.

Thursday, February 26, 2009

Sai Inspires 26th February 2009


Just as there is a prescribed minimum qualification for every profession, the minimum qualification for Grace is surrender of egoism, control over senses and regulated food and recreation. A man is made or marred by the company one keeps. A bad person who gets into a good company is able to shed his evil quickly and shine forth in virtue. Sacred books are also equally valuable for this transformation. The books have to be read and pondered upon and their lessons have to be put into daily practice.

Sebagaimana ada ketentuan syarat minimum untuk setiap jabatan pekerjaan, syarat minimum untuk mendapatkan Anugrah Tuhan adalah dengan memasrahkan keakuan, mengendalikan indera, pengaturan makanan dan rekreasi. Seorang manusia dibangun atau dirusak oleh lingkungan sekelilingnya. Seseorang yang tidak baik jika menemukan lingkungan yang baik akan mampu menanggalkan keburukannya dengan cepat dan kemudian akan bercahaya seterusnya dalam kebajikan. Buku-buku suci juga sama pentingnya dalam perubahan ini. Buku-buku tersebut harus dibaca dan dikaji secara seksama dan kemudian pelajaran darinya harus diterapkan dalam kehidupan nyata sehari-hari.

- Divine Discourse, September 27, 1965.

Wednesday, February 25, 2009

Sai Inspires 25th February 2009


Electric bulbs may be of different colours and sizes, but the electric current passing through them is the same; only the wattage of the bulbs are different. Depending upon the wattage, some bulbs may be bright, while others are dim. The brightness or dimness is due to the wattage of the bulbs alone and has nothing to do with the current. Similarly, the sorrows and difficulties, pleasure and pain experienced by different individuals are their own making. God has nothing to do with it.

Lampu pijar listrik mungkin memiliki perbedaan warna dan ukuran, namun arus listrik yang melalui mereka adalah sama; yang berbeda hanyalah daya pancar lampu pijar tersebut. Tergantung daya pancarnya, beberapa lampu pijar mungkin lebih terang, sedangkan yang lain lebih redup. Kecemerlangan atau keredupan ini disebabkan kekuatan daya pijar lampu itu sendiri dan tidak ada hubungannya dengan arus listrik yang melaluinya. Demikian juga, kesedihan dan kesulitan, kesenangan dan penderitaan yang dialami oleh seseorang akan berbeda-beda akibat dari perbuatan masing-masing. Tuhan tidak ada kaitannya dalam hal ini.

- Divine Discourse, Oct 9, 2008.

Tuesday, February 24, 2009

Sai Inspires 24th February 2009


Your ego gets inflated due to your physical and mental strength, intellectual power, wealth and property. Power and position makes one egoistic. How long will the position last? It may last just a short while. In fact, everything you possess is momentary, including your own body. All that is temporary and fleeting, you consider permanent. And, you do not pay any attention to that which is really permanent. This is incorrect. You must focus your attention on the principle of the Atma, the Self. There is no need to go anywhere in search of the Supreme Self. It is everywhere, behind you, with you, around you, above you and in you. Know Thyself.

Rasa keakuanmu melambung karena kekuatan badan dan otak, kekuatan kecerdasan, kekayaan dan hartamu. Kekuatan dan jabatan membuat orang menjadi egois. Berapa lamakah jabatan itu akan bertahan? Itu hanya akan bertahan sesaat saja. Sebenarnya, semua yang engkau miliki adalah hanya untuk sesaat saja, termasuk badanmu. Semua itu hanyalah sementara dan akan berlalu dengan cepat, namun engkau kira itu kekal. Dan, engkau tidak memperhatikan pada apa yang sebenarnya kekal. Hal ini tidak benar. Engkau harus memusatkan perhatianmu pada prinsip Atma, sang Diri Sejati. Tidak perlu pergi ke suatu tempat untuk mencari Sang Jati Diri yang Utama. Ia ada dimana-mana, dibelakangmu, bersamamu, disekelilingmu, diatasmu dan didalam dirimu. Ketahuilah itu.

- Divine Discourse, Dec 25, 2008.

Monday, February 23, 2009

Sai Inspires 23rd February 2009


You should always contemplate on God. There is no difference between one Name of God and the other. We prepare many sweets with sugar. Taste any of them, you will experience only sweetness. Similarly, everything is God. We should not have any doubts about God. One doubt leads to many doubts and will ultimately ruin your life. If you want to live like a human being, you should get rid of all doubts. Do not give room to doubts. Instead, cultivate faith in your self. Once you have faith, then nobody can harm you. Peace and happiness lie within you. Faith in yourself will give you strength and vitality.

Engkau harus selalu merenungkan Tuhan. Tiada bedanya antara satu Nama Tuhan dengan Nama Tuhan yang lain. Kami menyiapkan beraneka macam permen dengan gula. Cicipilah salah satu dari mereka, engkau hanya akan merasakan rasa manis. Mirip dengan perumpamaan tersebut, semua adalah Tuhan. Kita seharusnya tidak memiliki keraguan akan Tuhan. Satu keragu-raguan akan menjalar pada keragu-raguan yang lain dan akhirnya akan menghancurkan hidupmu. Jika engkau ingin hidup seperti layaknya umat manusia, engkau harus menyingkirkan segala macam keragu-raguan. Jangan memberi tempat pada keraguan. Namun, kembangkanlah keyakinan dalam dirimu sendiri. Sekali engkau memiliki keyakinan, maka tidak akan ada seorang pun yang bisa menyakiti dirimu. Kedamaian dan kebahagiaan ada di dalam dirimu. Keyakinan yang ada dalam dirimu akan memberimu kekuatan dan daya hidup.

- Divine Discourse, Dec 25, 2008.

Sai Inspires 22nd February 2009


Love is God, Live in Love. It is love that sustains your life. Where there is love and truth, there is non-violence. If you greet even your enemy saying "Hello Brother", he too will greet you back saying "Hello Brother". This is called "Yadh Bhaavam, Tadh Bhavathi" (As is the feeling, so is the result). Therefore, we should only have good feelings. Whatever good or bad we experience is the result of our own thoughts. It is the power of the thoughts that is responsible for it. Therefore, you should purify your thoughts. Your life will be happy if your thoughts are happy.

Kasih adalah Tuhan, Hiduplah dalam Kasih. Adalah kasih yang menopang hidupmu. Dimana ada kasih dan kebenaran, maka akan ada tanpa-kekerasan. Jika engkau menyapa setiap orang bahkan terhadap musuhmu sendiri dengan berkata, ”Halo Saudaraku”, maka ia akan balas menyapamu dengan berkata, ”Halo Saudaraku”. Itulah yang disebut dengan ”Yadh Bhaavam, Tadh Bhavathi” (Sebagaimana perasaanmu, begitu jugalah hasilnya). Dengan demikian, kita seharusnya hanya memiliki perasaan yang baik. Bagaimanapun baik atau buruknya kejadian yang kita alami, itu merupakan akibat dari pikiran kita sendiri. Adalah kekuatan pikiran yang bertanggung jawab atas hal tersebut. Maka, engkau harus menyucikan pikiran. Hidupmu akan bahagia jika pikiranmu bahagia.

- Divine Discourse, Dec 25, 2008.

Sai Inspires 21st February 2009


The divine aspect of your personality will encourage humility, truthfulness, love, fortitude, detachment and eagerness to serve. Cherish the manifestations of these qualities in your life, and practice these whenever you get a chance. The innate brotherhood that sanctifies the human race is destroyed by the weeds of envy that grow in the mind. These weeds ruin one's personality.

Aspek Ketuhanan dari kepribadianmu akan menumbuhkan sifat-sifat kerendahan hati, kejujuran, kasih, ketabahan, ketidakterikatan dan keinginan untuk melayani. Hargailah perwujudan dari sifat-sifat ini dalam hidupmu, dan laksanakanlah hal-hal itu saat engkau mendapat kesempatan. Sifat dasar persaudaraan yang menyucikan umat manusia dihancurkan oleh rumput liar iri hati yang tumbuh di pikiran. Rumput liar inilah yang menghancurkan kepribadian seseorang.

- Divine Discourse, Dec 25, 2008.

Friday, February 20, 2009

Sai Inspires 20th February 2009


Whatever you do, do it as an offering to God. God is the doer of everything, not you. You can accomplish any task, only with the will of God. Therefore, be your own witness. Engage yourself in good deeds. Speak only that which is good; speak the truth all the time. When you speak well and engage yourself in the service of others, you will always be happy. Never give room to ego and jealousy. When you have these two, all your good qualities will be destroyed. Therefore, be aware. Help Ever, Hurt Never. This is the primary duty of every human being.

Apapun yang engkau lakukan, laksanakanlah sebagai persembahan kepada Tuhan. Tuhan adalah Sang Pelaksana atas semuanya, bukan dirimu. Engkau bisa berhasil melaksanakan tugas apapun, hanya dengan kehendakNya. Maka, jadilah saksi untuk dirimu sendiri. Jagalah dirimu supaya tetap melakukan perbuatan yang baik. Berbicaralah hanya tentang hal-hal yang baik; jujurlah dalam percakapanmu setiap waktu. Jika engkau sudah berbicara dengan baik dan sibuk dalam pelayanan kepada orang lain, engkau pasti akan selalu bahagia. Jangan beri ruang kepada keakuan dan iri hati. Ketika engkau memiliki keduanya, semua kebaikan dalam dirimu akan sirna. Jadi, waspadalah. Selalu Menolong, Jangan Menyakiti. Ini adalah tugas utama dari setiap manusia.

- Divine Discourse, Jan 14, 2009.

Thursday, February 19, 2009

Sai Inspires 19th February 2009


Sometimes you become too much angry, you may even criticize or hit someone. This is a great sin. In fact, when you criticize or hit your enemy, but you are criticizing or hitting God himself. Therefore, you should lead your life in such a way that you do not cause harm to anybody. It is natural that you do good to those who do good to you. There is nothing very great about it. But Sai asks you to do good even to those who try to harm. You should not pay attention to the harm that they try to do to you in any manner. You should always remain in a state of supreme peace. You can attain everything if you have peace.

Kadang kala engkau menjadi sangat marah, engkau mungkin bahkan mencela atau menyakiti orang lain. Ini adalah dosa yang sangat besar. Sebenarnya, ketika engkau mencela atau menyakiti musuhmu, engkau mencela atau menyakiti Tuhan itu sendiri. Dengan demikian, engkau harus berusaha dalam hidupmu untuk tidak menyakiti orang lain. Adalah hal yang alami jika engkau berlaku baik pada orang yang memperlakukan dirimu dengan baik. Tidak ada hal yang hebat dalam hal itu. Namun Sai memintamu untuk berlaku baik bahkan kepada mereka yang berusaha menyakitimu. Engkau seharusnya tidak memberi perhatian pada perlakuan menyakitkan yang mereka coba lakukan kepadamu dalam berbagai bentuk atau cara. Engkau harus terus berada pada kedamaian yang tertinggi. Engkau akan bisa mencapai semuanya jika engkau memiliki kedamaian.

- Divine Discourse, Jan 14, 2009.

Sai Inspires 18th February 2009


When you proceed on the path of Sathya (Truth), that itself will lead you to Dharma (Righteousness) . Shanthi (Peace) will emerge from the union of Sathya (Truth) and Dharma (Right Action). When Peace is added to Truth and Right Action, you will experience Prema (Divine Love). When you have that Divine Love in you, then you will have no enemies. You cause harm to others only when you lack love. Therefore, you should cultivate love. In order to experience love, you must first attain Peace through Truth and Righteousness.

Saat engkau melangkah di jalan Sathya (Kebenaran), hal itu akan membimbingmu kepada Dharma (Kebajikan). Shanti (Kedamaian) akan muncul dari persatuan Sathya (Kebenaran) dan Dharma (Perbuatan Baik). Ketika Kedamaian berpadu dengan Kebenaran dan Perbuatan Baik, engkau akan mendapatkan Prema (Kasih Ilahi). Saat engkau memiliki Kasih Ilahi di dalam dirimu, maka engkau tidak akan memiliki musuh. Engkau menyakiti orang lain saat engkau kekurangan kasih. Dengan demikian, engkau harus mengembangkan kasih. Untuk mengalami kasih, pertama kali engkau harus mendapatkan Kedamaian melalui Kebenaran dan Kebajikan.

- Divine Discourse, Jan 14, 2009.

Tuesday, February 17, 2009

Sai Inspires 17th February 2009


Love as thought is truth. Love as action is Right Conduct. Love as feeling is Peace. Love as understanding is non-violence. Love is Selflessness, Selfishness is lovelessness. Love gives and forgives, Selfishness gets and forgets.

Kasih dalam wujud pikiran adalah kebenaran. Kasih dalam wujud tindakan adalah Aturan Perilaku yang Benar. Kasih dalam wujud perasaan adalah Kedamaian. Kasih dalam wujud pengertian adalah tanpa-kekerasan. Kasih adalah sifat tidak mementingkan diri sendiri, sementara sifat mementingkan diri sendiri adalah tanpa kasih. Kasih itu memberi dan melupakan, sedangkan mementingkan diri sendiri adalah menerima dan melupakan.

- Divine Discourse, Sep 26, 1965.

Monday, February 16, 2009

Sai Inspires 16th February 2009


Faith in God is present in every child. This faith will never give way to despair and grief. It will rely on the Lord within and discover inexhaustible reinforcements of courage within each heart. Such young children, men and women brimming with faith, will have no hate in their hearts. They will only be sad that others are greedy and envious, and their prayers will be for granting of wisdom, humility and love to their opponents. Let this transformation begin with you today.

Keyakinan pada Tuhan ada pada setiap anak-anak. Keyakinan ini tidak akan memberi jalan pada keputusasaan dan kesedihan. Keyakinan ini akan mengandalkan Tuhan di dalam diri dan menemukan penguatan yang tiada habis-habisnya akan keberanian di dalam hati masing-masing. Anak-anak kecil, pria dan wanita dengan keyakinan yang penuh, tidak akan memiliki kebencian di dalam hatinya. Mereka hanya akan sedih bila orang lain tamak dan dengki, dan doa-doa mereka hanya untuk dikaruniai kebijaksanaan, kerendahan hati dan kasih untuk lawan-lawan mereka. Jadikanlah perubahan ini dimulai dari dirimu hari ini.

- Divine Discourse, Sep 26, 1965.

Sai Inspires 15th February 2009


For those who bargain and crave for profit, reverence is equated with the returns; they sell homage at so much per unit of satisfactory response. They are like paid servants, clamoring for wages, overtime allowance, bonus, etc. They calculate how much they are able to extract for the service rendered. Be, on the other hand, a member of the family, a friend. Feel that you are the Lord's own. Then, work will not tire; it will be done much better. It will yield more satisfaction and as your wages, the Master will fill you with bliss. What more can anyone aspire for? Leave the rest to Him. He knows best. He is all; the joy of having Him is enough reward. This is the secret of human happiness.

Bagi mereka yang mengharap dan sangat mendambakan keuntungan, penghormatan dihitung dengan imbalan; mereka menjual persembahan semahal harga imbalan yang memuaskan. Mereka bagaikan pelayan yang dibayar, berteriak demi upah, uang lembur, bonus, dan sebagainya. Mereka menghitung seberapa banyak mereka bisa peras dari pelayanan yang mereka berikan. Jadilah, di sisi yang lain, sebagai anggota keluarga, sebagai teman. Rasakanlah bahwa engkau adalah milik Tuhan. Dengan demikian, bekerja tidak akan melelahkan; pekerjaan akan terselesaikan dengan jauh lebih baik. Hal ini akan memberimu rasa kepuasan yang lebih sebagai imbalanmu, Tuhan akan memenuhimu dengan kebahagiaan. Apa lagi yang bisa lebih dicita-citakan orang? Pasrahkan selebihnya kepada Tuhan. Beliau tahu yang terbaik. Tuhan adalah semuanya; kebahagiaan memilikiNya adalah ganjaran yang cukup. Ini adalah rahasia kebahagiaan umat manusia.

- Divine Discourse, Aug 19, 1964.

Sai Inspires 14th February 2009


Everyone is eager to get happiness, and when there is a prospect of earning happiness that lasts, they jump at the idea; soon they are tired of the effort. They seek shortcuts, lean on others to carry their weight and aspire for much fruit in return for little cultivation. Rigorous discipline and steady faith are absolutely necessary for success in the spiritual struggle. Simply listening to or delivering discourses will not be of any use. One must control the senses which drag the mind towards the attractions of the external world. God pays heed to every devotee.
Setiap orang ingin sekali mendapat kebahagiaan, dan saat ada harapan untuk mendapatkan kebahagiaan pada akhirnya, mereka dengan cepat memanfaatkan gagasan tersebut; dengan segera mereka merasa letih akan usaha selama ini. Mereka mencari jalan pintas, mengandalkan orang lain untuk membawa beban mereka dan berharap akan hasil yang lebih sebagai imbalan atas usaha yang sedikit. Disiplin yang keras dan keyakinan yang kokoh adalah mutlak diperlukan untuk menggapai keberhasilan dalam perjuangan spiritual. Jika hanya mendengarkan atau menyampaikan wejangan tidaklah akan begitu bermanfaat. Seseorang harus mengendalikan indera yang menyeret pikiran menuju pikatan daya tarik duniawi. Tuhan memperhatikan setiap pemujaNya.
- Divine Discourse, Aug 19, 1965.

Friday, February 13, 2009

Sai Inspires 13th February 2009


Once you have secured a Guru, leave everything to Him, even the desire to achieve liberation. He knows you more than you yourself ever can. He will direct you as much as is good for you. Your duty is only to obey and to smother the tendency to drift away from Him. You may ask, how are we to earn our food, if we attach ourselves to a Guru like this? Be convinced that the Lord will not let you starve. He will give you not only money but even amirtha, not only the food but also the nectar of immortality.

Sekali engkau telah menemukan Guru, pasrahkan semuanya kepadaNya, bahkan keinginan untuk mencapai pembebasan. Beliau memahami segalanya lebih dari apa yang engkau bisa pahami. Beliau akan memberi panduan sebanyak yang engkau perlukan. Tugasmu hanyalah mematuhi Beliau dan menahan kecenderungan untuk hanyut menjauh dariNya. Engkau mungkin bertanya, bagaimana kita bisa mencari sesuap nasi, jika kita mengikatkan diri pada Guru seperti ini? Yakinlah bahwa Tuhan tidak akan membiarkan dirimu kelaparan. Beliau akan memberimu tidak hanya uang namun bahkan amirtha, bukan hanya makanan namun juga minuman dewa untuk kekal abadi.

-Divine Discourse, July 24, 1964.

Thursday, February 12, 2009

Sai Inspires 12th February 2009


Do good to others; avoid doing any harm. Doing good is the drug and avoiding harm is the regimen that must accompany the treatment. This is the cure for the disease of suffering from joy and grief, honor and dishonor, prosperity and adversity, and the dual throng that bothers man and deprives him of equanimity.

Berbuat baiklah terhadap orang lain; jangan menyakiti orang lain. Berbuat baik adalah obat dan tidak menyakiti adalah aturan dalam resep yang harus meyertai pengobatan. Ini adalah pengobatan untuk penyakit penderitaan akibat kesenangan dan kesedihan, kehormatan dan aib, kemakmuran dan kemiskinan, dan bermacam hal lain yang saling bertentangan sehingga mengganggu dan menjauhkan manusia dari ketenangan hati.

- Divine Discourse, Jul 24, 1964.

Wednesday, February 11, 2009

Sai Inspires 11th February 2009


The ladder must be as tall as the height to which you want to climb, is it not? So too, your spiritual practice to curb the mind must be carried on step by step, until Realization is gained. The rice in the pot must be well boiled and become soft and sweet. Until then, the fire must burn. In the vessel of 'body', with the water, that is to say the 'senses', boil the mind and make it soft. The fire is Saadhana (Spiritual practice). Keep it burning bright, this life will become Divine.

Sebuah tangga seharusnya paling tidak setinggi tempat yang akan engkau capai, bukan begitu? Demikian juga, latihan spritualmu untuk mengendalikan pikiran harus dilakukan secara bertahap, sampai Kesadaran dicapai. Beras harus ditanak dengan baik supaya menjadi lembut dan enak. Selama menanak nasi, api harus tetap menyala. Di dalam ketel ‘badan’, yang berisi air, yaitu ’indera’, mendidihkan pikiran dan membuatnya menjadi lembut. Api tersebut adalah Saadhana (latihan spiritual). Jagalah agar tetap menyala dengan terang, hidup ini akan penuh dengan Keillahian.

-Divine Discourse, Vol 4, Ch 19, May 17, 1965.

Sai Inspires 10th February 2009


When you scatter seeds on the surface of the soil, they do not germinate. You have to keep them inside the soil. So too, knowledge, if it is scattered on the surface, will not germinate; it will not grow into a tree and yield the fruit of wisdom. Plant it in your heart, water the plant with divine love, manure it with faith and courage, keep off the pests with singing of holy names and company of the holy, so that you benefit in the end. Start on this path of acquiring wisdom and Grace, peace and everything you need will be added unto you.

Ketika engkau menabur benih di permukaan tanah, mereka tidak bertunas. Engkau harus menanamnya di dalam tanah. Demikian juga, ilmu pengetahuan, jika hanya ditebarkan di permukaan, tidak akan bertunas; tidak akan tumbuh menjadi pohon dan menghasilkan buah kebijaksanaan. Tanamlah pengetahuan di dalam hatimu, sirami tanaman pengetahuan itu dengan kasih Illahi, pupuklah dengan keyakinan dan keberanian, jagalah dari hama dengan cara menyanyikan lagu tentang Nama Tuhan dan berbaurlah dalam lingkungan yang suci, sehingga engkau akhirnya akan mendapatkan hasil. Mulailah berjalan pada jalur ini untuk menggapai kebijaksanaan dan anugerah Tuhan, kedamaian dan semua yang engkau perlukan akan engkau dapatkan.

- Divine Discourse, May16, 1964.

Sai Inspires 9th February 2009


You must offer the Lord not the flowers that plants grow; they will reward the plant, not you. The Lord wants you to offer the lotus that blooms in the Lake of your Heart, the fruit that ripens on the tree of your earthly career, not the lotus and the fruit available in the market place. You may ask, "Where can we find the Lord?" Well, He gives you His address. He says "I reside in the heart of all beings." Knowing that, how can you look down on any being in contempt or how can you revel in hating or indulge in the pastime of ridiculing? Every individual is charged with the Divine Presence, moved by the Divine attributes. Love, honor, friendliness, that is what each one deserves from you. Give these in full measure.

Apa yang patut engkau persembahkan kepada Tuhan bukanlah bunga yang mekar dari tanaman; karena yang akan dihargai adalah si tanaman, bukan engkau. Tuhan ingin engkau mempersembahkan bunga teratai yang mekar di Danau Hatimu, buah yang masak dari pepohonan semasa hidup duniawimu, bukan bunga dan buah yang dijual di pasaran. Engkau mungkin bertanya, “Dimana saya bisa menemukan Tuhan?” Baiklah, Beliau akan menujukkannya. Beliau bersabda, ”Aku bertakhta di dalam hati setiap makhluk.” Setelah mengetahui hal tersebut, bagaimana mungkin engkau bisa memandang rendah dan menghina makhluk lain atau bagaimana mungkin engkau bersuka ria dengan membenci atau menurutkan kesenangan diri mengisi waktu luang dengan mentertawakan orang? Dalam diri setiap orang terdapat Keberadaan Tuhan, digerakkan olehNya. Kasih, kemurnian, keramahtamahan, itu semua yang diharapkan orang lain darimu. Berikanlah semua itu sepenuhnya.

-Divine Discourse, Vol 4, Ch 17, Apr16, 1964.

Sai Inspires 8th February 2009


The temptation to ignore Dharma grows from egoism and the acceptance of false values. The wish to satisfy the lower desire is the root of unrighteousness. That wish takes hold of you slyly, silently, like a thief in the night; or like a comrade to come and save you, or like a servant to come to attend on you, or like a counselor to come and warn you. Oh, wickedness has a thousand tricks to capture your heart. You must be ever alert against this temptation. To escape from this, you must examine every moment of your waking time whether you are observing the precepts of Dharma (Righteousness).

Godaan untuk mengabaikan Dharma tumbuh dari keakuan dan penerimaan nilai-nilai yang tidak benar. Hasrat untuk memenuhi keinginan-keinginan yang rendah adalah akar dari ketidakbenaran. Hasrat itu menguasai dirimu secara licik, dengan diam-diam, bagaikan pencuri di malam hari; atau bagaikan seorang kawan yang datang dan menyelamatkanmu, atau seperti pelayan yang datang untuk melayanimu, atau seperti penasihat yang datang dan mengingatkanmu. Oh, kejahatan punya ribuan cara untuk menaklukkan hatimu. Engkau harus selalu berhati-hati terhadap godaan ini. Untuk melepaskan diri dari godaan, engkau harus memeriksa sewaktu engkau terjaga apakah engkau telah menjalankan ajaran Dharma (Kebenaran).

-Divine Discourse, Vol 4, Ch 16, Apr 15, 1964.

Sai Inspires 7th February 2009


Every single thing in nature has its code of conduct (Dharma). Water has its nature and obligation to move; fire the Dharma to burn and consume; the magnet to attract and draw unto itself. And every one of these, is keeping their code of conduct unchanged, including the stars of the firmament. The proper code of conduct is "Sathyam Vadha; Dharmam Chara" (Speak the truth and practice righteousness) . You must fill every moment of your life, all of your thoughts, words and deeds, reflecting your awareness of Dharma. That type of living is the hallmark of good character.
Setiap benda di alam memiliki aturan perilaku masing-masing (Dharma). Air memiliki sifat dasar dan kewajiban untuk mengalir; api berDharma untuk membakar dan menghabiskan; magnet menarik dan menyeret ke dirinya sendiri. Dan masing-masing, menjaga agar aturan perilaku tidak berubah, termasuk bintang-bintang di cakrawala. Aturan perilaku yang tepat adalah “Sathyam Vadha; Dharmam Chara” (Berbicara kebenaran dan melaksanakan kebajikan). Engkau harus mengisi setiap saat dalam hidupmu, semua pikiranmu, perkataan dan perbuatan, dengan hal yang mencerminkan kesadaranmu akan Dharma. Contoh kehidupan yang seperti itu adalah pertanda dari karakter yang baik.
-Divine Discourse, Vol 4, Ch 16, Apr15, 1964.

Friday, February 6, 2009

Sai Inspires 6th February 2009


Let not your faith and steadiness be shaken by obstacles. Keep them unaffected by the still greater difficulties and disasters that might blow over you. The gale helps to toughen the trunk of the tree. Calamities must deepen your courage, enlarge your faith. Your spiritual practise must be intensified, just when the weather is inclement. In a fair weather, care-free attitude is pardonable, but in foul weather, every precaution is of value.

Jangan biarkan keyakinan dan kemantapanmu terguncang oleh rintangan. Jagalah agar mereka tidak terpengaruh oleh kesulitan yang lebih besar dan bencana yang bisa menghempaskanmu. Angin ribut membantu membuat dahan pohon menjadi lebih kuat. Bencana harus memperdalam keberanianmu, memperbesar keyakinanmu. Latihan spiritualmu harus lebih diperhebat, tepat pada saat cuaca sedang buruk. Dalam cuaca yang cerah, sikap yang kurang perhatian bisa dimaklumi, namun dalam cuaca buruk, setiap tindakan pencegahan adalah sangat berharga.
-Divine Discourse, Vol 4, Ch 15, Apr 13, 1964.

Thursday, February 5, 2009

Sai Inspires 5th February 2009


The joy that one gets while promoting another's joy is incomparable. Only the blind will be indifferent to the dismal condition of others; only the deaf will be unaffected by the sobs of others. Your heart must melt in compassion when the eye sees another person suffering. That is the sign of the pure or noble (Satwik) individual. The ignorant (Tamasik) individual will be dull, bovine and indifferent to the hardships of others. The passionate (Rajasik) man will rush to punsih the person who caused the suffering and might even forget to relieve the misery of the person affected. Remember that there are no others. You are all living cells in the body of God.

Kebahagiaan yang diperoleh seseorang saat membuat orang lain bahagia adalah tidak ada bandingannya. Hanya mereka yang buta yang tidak peduli akan kesedihan orang lain; hanya mereka yang tuli yang tidak terpengaruh oleh sedu sedan isak tangis orang lain. Hatimu haruslah luluh dalam rasa iba saat engkau melihat orang lain yang sedang menderita. Itu adalah pertanda dari orang yang murni atau mulia (Satwik). Orang yang tidak peduli (Tamasik) akan tumpul, bodoh dan abai terhadap kesengsaraan orang lain. Orang yang menggebu-gebu (Rajasik) akan dengan cepat menghukum orang yang menyebabkan penderitaan dan mungkin akan lupa untuk menghibur perasaan orang yang menderita. Ingatlah bahwa tiada yang disebut orang lain. Engkau semua adalah sel-sel yang hidup di dalam badan Tuhan.

-Divine Discourse, Apr 1, 1975.

Sai Inspires 4th February 2009


Desires, when fulfilled, breed further desires and when unfulfilled, lead to further installments of life on earth, in order to calm the urge. The only method by which the delusion of desire can be destroyed is to dedicate all activities to God and engage in them in a spirit of worship, leaving the consequences to Him and ceasing to attach yourselves to them. Look upon everyone as embodiments of Divine Love and worship each, as such, by offering love, understanding and service. Always remember that you are all "living cells" in the body of God, each performing its individual functions to promote His will.

Keinginan-keinginan, saat dipenuhi, menyebabkan timbulnya keinginan lebih lanjut dan saat tidak dipenuhi, akan membawa kita pada babak kehidupan lebih lanjut di dunia, untuk menentramkan dorongan hati. Satu-satunya cara untuk menghancurkan tipuan keinginan adalah dengan mempersembahkan semua kegiatan kepada Tuhan dan tenggelam dalam semangat persembahan, memasrahkan hasilnya pada Tuhan dan berhenti mengikatkan dirimu pada keinginan-keinginan tersebut. Pandanglah setiap orang sebagai penjelmaan Kasih Tuhan dan sembahlah masing-masing, selayaknya, dengan mempersembahkan kasih, pengertian dan pelayanan. Ingatlah selalu bahwa engkau semua adalah “sel-sel hidup” dalam tubuhNya, masing-masing melaksanakan tugas untuk mewujudkan kehendakNya.

-Divine Discourse, Vol 13, Ch 8, Apr 1, 1975.


Tuesday, February 3, 2009

Sai Inspires 3rd February 2009


You must lead exemplary lives of simplicity, sincerity and steady spiritual discipline. Learn the lessons of duty, devotion and discipline. Be a ray of sunshine in the home, shedding light and love. Let the desire to serve others and people with physical challenges be an inspiration to you. Children do not say one thing and do the opposite. They are very straightforward and innocent. Imbibe this nature, now on from them.

Engkau harus menjadi orang yang patut diteladani tentang hidup dalam kesederhanaan, ketulusan dan pelaksanaan ajaran spiritual yang mantap. Belajarlah pelajaran mengenai tugas, pengabdian dan disiplin. Jadilah cahaya matahari yang cemerlang di dalam rumah, menumpahkan cahaya dan kasih. Jadikanlah keinginan untuk melayani orang lain dan sesama manusia yang memiliki kekurangan fisik sebagai suatu ilham bagimu. Anak-anak jangan sampai berkata tentang satu hal namun melakukan hal lain yang bertentangan. Mereka masih sangat berterus terang dan lugu. Resapkanlah sifat pembawaan ini, sekarang juga dari mereka.

-Divine Discourse, Vol 13, Mar31, 1975.

Monday, February 2, 2009

Sai Inspires 2nd February 2009


Once the five fingers of a hand argued among themselves as to which finger was greatest. The middle finger argued with ego, "I am taller than all of you. There are two body guards on either side of me; I am greatest." The index finger said, "You can do any work, only if I show you to do that work. Otherwise, you cannot. So I am greatest. The small finger intervened and said, "Though I am small in size, I stand in the front as the Commander-in- Chief to punish any individual or teach him a lesson. Therefore I am greatest." Thereupon the ring finger laughed and said, "People wear diamond and gem studded rings on the ring finger only. Hence I am the king of all." Finally, after hearing all the arguments the thumb laughed aloud and wound up that discussion and said, "None of you can undertake any work without me. Therefore, let us all get together and work. We cannot do any work with one finger. When all the five fingers of the hand join together, we can do any work." Similarly, if people are divided, no work can be executed. Unity is very important.


Suatu hari lima jari dari satu tangan saling berdebat mengenai siapa yang paling hebat. Jari tengah berkata dengan egonya, ”Saya yang tertinggi dari kalian semua. Ada dua jari yang mengawal saya di kedua sisi; akulah yang terbaik.” Jari telunjuk berkata, ”Engkau bisa mengerjakan sesuatu, hanya jika aku tunjukkan siapa mengerjakan apa. Kalau tidak, kalian takkan bisa. Jadi akulah yang terbaik.” Jari kelingking turut campur dan berkata, ”Biarpun ukuranku kecil, aku berdiri paling depan sebagai Panglima Tertinggi untuk menghukum seseorang atau memberinya pelajaran. Jadi akulah yang terhebat.” Disusul oleh jari manis yang tertawa sembari berkata. ”Orang-orang memakai cincin bertahtakan berlian dan batu permata di jari manis saja. Jadi akulah raja dari semuanya.” Akhirnya, setelah mendengar semua perdebatan, ibu jari tertawa terbahak-bahak dan meredakan perdebatan itu sambil berkata, ”Tidak ada dari kalian semua yang bisa menanggung pekerjaan tanpaku. Maka dari itu, marilah kita semua bersatu dan bekerja sama. Kita tidak bisa bekerja hanya dengan satu jari saja. Ketika lima jemari dari satu tangan bergabung bersama, kita bisa menyelesaikan pekerjaan apapun.” Demikian juga, jika masyarakat terpecah belah, tidak ada pekerjaan yang bisa diselesaikan. Kesatuan adalah sangat penting.


-Divine Discourse, Nov 23, 2008.

Sai Inspires 1st February 2009


First and foremost we have to recognize our innate human nature today. We have to treat others' suffering and others difficulties as our own. We have to be amicable with one and all. We must believe that we are embodiments of Divine Self and must develop a sense of discrimination between good and bad. We must take good from all human beings, leaving the bad behind. We must do good to even those who harm us. This principle has to be followed in the society also. There is nothing great in helping those who have helped you. He is a noble one, who helps even those who have harmed him.


Hal yang pertama dan utama adalah kita harus mengenali sifat dasar pembawaan lahir kita saat ini. Kita harus menganggap penderitaan dan kesulitan orang lain seperti kita alami sendiri. Kita harus bersikap baik hati dan ramah terhadap orang lain. Kita harus yakin bahwa kita adalah perwujudan Sang Illahi dan harus mengembangkan pengertian untuk memilah-milah antara hal yang baik dan buruk. Kita harus mengambil hal-hal yang baik dari semua umat manusia dan meninggalkan hal-hal yang buruk. Kita harus berlaku baik bahkan pada mereka yang menyakiti kita. Prinsip ini juga harus kita ikuti dalam masyarakat. Tidaklah ada hal yang hebat dari tindakan kita menolong mereka yang telah menolong kita. Seseorang disebut mulia, jika ia menolong mereka yang bahkan telah menyakitinya.


- Divine Discourse, Nov 23, 2008.