Tuesday, December 29, 2009

Sai Inspires 29th December 2009


At a distance from a bazaar, one hears only a huge indistinct uproar. But when we approach it and walk into it, one can clearly distinguish the individual bargaining at each shop. So too, until the reality of the Paramatma(Divine Self) is known, you are overpowered and stunned by the uproar of the world. But once you enter deep into the realm of spiritual endeavour, everything becomes clear and you are awakened. Until this awakening, you will be caught up in the meaningless noise of argumentation, disputation and exhibitionist flamboyance.

Saat berada diluar pasar, orang hanya mendengar kegaduhan semata. Namun jika ia berjalan dan masuk ke dalam pasar tersebut, orang tersebut akan bisa membedakan dengan jelas suara orang-orang yang sedang tawar-menawar di setiap kios. Demikian juga, sampai engkau bisa memahami keberadaan Paramatma(Sang Diri Sejati), engkau akan dilanda kebingungan akibat kegaduhan duniawi. Namun begitu engkau menyelam ke dalam perjalanan spiritual, maka segalanya akan menjadi jelas dan engkau akan tercerahkan. Sebelum sampai pada pencerahan ini, engkau akan terperangkap di dalam kebisingan pertentangan kata, perdebatan dan pamer kemewahan yang tiada arti.

- Divine Discourse, Prema Vahini

Sai Inspires 28th December 2009


Even if you have all the means of comfortable travel through the grace of the Lord - namely cars, planes or other conveniences, you should still walk, in spite of everything, for the sake of your own health. So too, whoever you may be, whatever spiritual practice orsadhana you may be engaged with, you still have to undertake work, learn and experience the activity and learn the consequence yourself for the sake of your mental health. This is necessary, if you wish to cure your mental weakness. The progress of the individual consists in activities done using discrimination. The end and the consequence of each and every act must be to acquire wisdom.

Bahkan jika engkau telah memiliki segala macam wahana demi kenyamanan perjalananmu meraih anugerah Tuhan – seperti misalnya mobil, pesawat atau wahana lain, engkau tetap saja harus berjalan kaki, diluar segala macam wahana tersebut, demi kesehatan dirimu sendiri. Demikian juga, siapapun engkau adanya, apapun latihan spiritual atausadhana yang engkau lakukan, tetap saja engkau harus menunaikan pekerjaanmu, belajar dan mendapatkan pengalaman dari semua kegiatanmu dan belajar memahami akibat dari perbuatanmu sendiri demi kesehatan jiwamu. Hal ini sangatlah penting, jika engkau bermaksud untuk memperbaiki kelemahan jiwamu. Kemajuan spiritual seseorang bergantung pada tindakan yang dilakukannya yang terus disertai dengan upaya untuk memilah hal-hal yang baik dan buruk. Tujuan dan akibat dari setiap tindakan seseorang haruslah demi meraih kebijaksanaan.

-Divine Discourse, Prasanthi Vahini

Monday, December 28, 2009

Sai Inspires 27th December 2009


Many ideas take shape in the human heart. They wander to the very ends of the eight directions. Some, within these many ideas, are mutually supportive; others are mutually destructive. But you must not leave them free. You must have the cleverness to canalize them, and discipline the senses to sub-serve one high purpose. It is not enough if you have cleverness. You must also engage in the control and subjugation of the mental faculties. This is very essential for the blossoming of the Divine Soul within you. In addition, you must also move with elders who are experienced in the sublimation of the vagaries of the mind.

Banyak gagasan yang muncul dari dalam hati manusia. Mereka berkelana dari ujung ke ujung delapan arah mata angin. Beberapa dari mereka, diantara banyak gagasan tersebut, adalah saling mendukung; beberapa yang lain saling menghancurkan. Namun engkau jangan sampai membiarkan mereka sama sekali. Engkau harus memiliki kepandaian untuk membuatkan saluran bagi gagasan-gagasan tersebut, dan mendisiplinkan panca inderamu untuk tetap menuju pada satu tujuan yang tertinggi. Tidaklah cukup hanya memiliki kepandaian semata. Engkau juga harus terus mengendalian dan menaklukkan gelora pikiran. Hal ini sangatlah penting bagi tumbuhnya Jiwa Ketuhanan di dalam dirimu. Dan juga, engkau harus belajar kepada mereka yang lebih tua dan memiliki pengalaman dalam menundukkan tingkah laku pikiran yang bermacam-macam.

-Divine Discourse, Sep 2, 2009

Sai Inspires 26th December 2009


Whoever one may be, they have to engage themselves to do some work, whatever it might be. The one who engages inkarma (work), renouncing the fruit of all action and following the discipline of silence, can within a short time, realize Divinity. For such souls, work is like breathing and life is impossible without it. This should be the essential trait for every aspirant. Agitation and restlessness (asanthi) comes only when the fruit of the action is desired. If the fruit is disregarded and joy is derived from the very activity itself, then one gets undisturbed inner peace (prasanthi). No one ever thinks of the results and benefits of doing the karmaof breathing...is it not? So too, when work is done, never worry about its result. This will give you real Prasanthi.

Siapapun ia adanya, harus menyibukkan diri melakukan suatu pekerjaan, apapun jenisnya. Ia yang terlibat di dalam karma(kerja), tidak terikat pada hasil dari semua perbuatan dan selalu berada dalam keheningan, bisa dalam waktu yang singkat, mendapatkan kesadaran Tuhan. Untuk jiwa-jiwa seperti itu, bekerja adalah bagaikan bernafas dan tidak akan bisa hidup tanpanya. Hal ini haruslah menjadi sifat yang mendasar bagi setiap pencari spiritual. Kegoyahan dan ketidaktenangan (asanthi) akan muncul hanya saat kita terikat pada hasil dari perbuatan kita. Jika kita tidak terikat pada hasil perbuatan, dan kebahagiaan bisa didapat dari setiap kegiatan yang kita lakukan, maka kita bisa mendapatkan ketenangan diri yang tak tergoyahkan (prasanthi). Tak seorangpun pernah berpikir tentang hasil dan keuntungan dari melakukan karma bernafas... bukan begitu? Demikian juga, saat kita melakukan perbuatan, jangan pernah khawatir akan hasilnya. Ini akan memberimu Prasanthi yang sejati.

-Divine Discourse, Prasanthi Vahini

Friday, December 25, 2009

Sai Inspires 25th December 2009


All those who achieved greatness in any field, be it education or science or any other discipline have been able to do so, solely on the basis of their conduct. Neither physical strength, nor wealth, nor even intellectual ability can make one respected and honoured. It is the way one lives that confers honour and dignity on them. Therefore, it is only through our actions that we should strive to realize the Divine. Without right conduct, all other spiritual activities are of no avail. Hence, everyone should acquire good and sacred qualities if he/she yearns to realize God. Entertain proper thoughts and realize that we are all in God's Home. The whole universe is the mansion of the Lord.

Bagi mereka yang telah mencapai keberhasilan dalam bidang apapun, apakah itu bidang pendidikan atau sains atau bidang yang lain, semua tergantung pada perilaku mereka. Bukanlah kekuatan fisik, atau kekayaan, bukan pula kemampuan intelektual yang bisa membuat seseorang dihargai dan dihormati. Namun cara hidup seseoranglah yang memberi mereka kehormatan dan martabat. Maka dari itu, hanya melalui tindakanlah kita harus terus berusaha dengan keras untuk mendapatkan kesadaran Tuhan. Tanpa perilaku yang benar, semua aktivitas spiritual lainnya tidak akan ada gunanya. Dengan demikian, setiap orang seharusnya bisa mendapatkan sifat-sifat yang baik dan suci jika ia terus-menerus merindukan dan berusaha meraih kesadaran Tuhan. Selalulah berpikiran baik dan sadarilah bahwa kita semua ada di dalam Rumah Tuhan. Seluruh alam semesta ini adalah tempat tinggal Tuhan.

Divine Discourse, 25 Dec 1989

Thursday, December 24, 2009

Sai Inspires 24th December 2009


Christ declared to the world three important things: 1) God is One. 2) God is omnipotent. 3) Do not hurt anyone. God is the indweller of every being. Christ embarked on His mission and went about calling upon people to earn the love of God, by developing Love towards God. People professing different faiths worship God under different names. The truth is there is only one God. God is not to be found in mathamu(religions), but only in the mathi (mind). It is only when the mind is controlled and purified that God will be recognized.

Kristus menyatakan kepada dunia tiga hal penting: 1) Tuhan itu Satu. 2) Tuhan itu mahakuasa. 3) Jangan menyakiti siapa pun. Tuhan ada di dalam diri setiap makhluk. Kristus memulai misi Beliau dan menyerukan kepada umat manusia untuk berusaha meraih kasih Tuhan, dengan cara menumbuhkembangkan kasih kepada Tuhan. Orang-orang menempuh keyakinan yang berbeda-beda dalam memuja Tuhan dengan bermacam-macam nama. Sebenarnya hanya ada satu Tuhan. Tuhan tidak untuk ditemukan di mathamu (agama-agama), namun hanya di dalam mathi (pikiran). Hanya jika pikiran tersebut telah dapat dikendalikan dan disucikanlah maka Tuhan akan bisa dikenali.

- Divine Discourse, 25 Dec 1989

Wednesday, December 23, 2009

Sai Inspires 23rd December 2009


Embodiments of Divine Love, God is complete love incarnate. This Love shines equally in every human being. The fragrance of a flower remains the same, whether it is held in the right hand or the left. Likewise, God has no distinctions, such as the favoured and excluded. Different persons, proceeding from their own likes and dislikes, attribute to the Divine, the differences existing in their own minds. The sandalwood tree imparts its fragrance, even to the axe that fells it. Likewise, God is ever prepared to love, foster and protect everyone equally without any distinction.

Perwujudan Kasih Illahi, Tuhan adalah penjelmaan kasih yang sempurna. Kasih ini bersinar sama cemerlangnya kepada semua umat manusia. Keharuman bunga tetaplah sama, apakah ia dipegang di tangan kanan atau tangan kiri. Demikian juga, Tuhan tidak membeda-bedakan, seperti misalnya siapa yang dikasihi dan siapa yang tidak. Masing-masing orang yang berbeda, melanjutkan rasa suka dan benci mereka, dan menganggap hal itu berasal dari Tuhan, padahal perbedaan tersebut berasal dari pikiran mereka sendiri. Pohon cendana tetap saja memancarkan wanginya, bahkan kepada kapak yang menebangnya. Demikian juga, Tuhan selalu siap sedia untuk memancarkan kasihnya, menjaga dan melindungi setiap orang dengan sama rata tanpa perbedaan.

-Divine Discourse, Dec 25, 1989

Sai Inspires 22nd December 2009


To a superficial observer, the life of man appears as a rotation of eating and drinking, toiling and sleeping. But verily, Life is a yagna, a sacrifice. Each little act is an offering to the Lord. Do not commit the great fault of identifying with the body. Do not accumulate a variety of things for the upkeep and the comfort of the body. Before death, everything - position, pride, power, etc. - will vanish. Realize this and strive day and night with purity of body, mind and spirit, to realize the Higher Self by serving all living beings. Remember, Thou Art That; You are the indestructible Eternal Self. Utilize your authority over this body to foster the welfare of the world. The body is but an instrument, an implement given by God. Let it serve its purpose.

Bagi mereka yang hanya mengamati bagian luarnya saja, hidup sebagai manusia tampaknya hanyalah perputaran siklus makan dan minum, bekerja keras dan tidur. Namun sebenarnya, Hidup adalah suatuyagna, suatu pengorbanan suci. Setiap tindakan meski kecil adalah persembahan kepada Tuhan. Jangan membuat kesalahan besar dengan menganggap hidup adalah untuk badaniah semata. Jangan menumpuk bermacam benda demi membuat dan menjaga kenyamanan badan. Sesaat sebelum ajal datang, segalanya – kedudukan, kebanggaan, kekuasaan, dan sebagainya – akan musnah. Sadarilah hal ini dan berusahalah dengan keras siang dan malam melalui kesucian badan, pikiran dan jiwa, untuk mendapatkan kesadaran Diri yang Lebih Tinggi dengan cara melakukan pelayanan tanpa pamrih kepada semua makhluk hidup. Ingatlah, ”Thou Art That”; Engkau adalah Diri Sejati yang Kekal dan tak terhancurkan. Pergunakanlah kuasamu atas badanmu untuk mewujudkan kesejahteraan dunia. Badan ini tiada lain adalah alat semata, alat pelaksana, anugerah dari Tuhan. Biarkanlah ia menjalankan tugasnya.

-Divine Discourse, Prema Vahini

Monday, December 21, 2009

Sai Inspires 21st December 2009


Truth is the first and foremost human value. Truth does not undergo any change in all in the three periods of time - past, present and future. You have to develop faith in that Truth. Next is Love. "Love is God, Live in Love." In fact, your entire life should be nourished and nurtured by love. When truth and love go together, non-violence is the result. Where there is love, people will not quarrel amongst themselves. When you develop love, you will consider all others as your brothers and sisters. Suppose you meet someone and say, "Hello Brother", even your enemy will respond by saying "Hello Brother". Hence, first purify your own thoughts and when you develop purity, there will be Divinity. When unity, purity and divinity go together, your life will certainly be happy.

Kebenaran adalah nilai kemanusiaan yang pertama dan utama. Kebenaran tidak akan mengalami perubahan selama tiga jangka waktu – masa lampau, sekarang dan yang akan datang. Engkau harus menumbuhkan keyakinan pada Kebenaran tersebut. Selanjutnya adalah Kasih. ”Kasih adalah Tuhan, Hiduplah dalam Kasih.” Sebenarnya, seluruh hidupmu haruslah dipupuk dan dipelihara oleh kasih. Saat kebenaran dan kasih berjalan bersama, hasilnya adalah tanpa-kekerasan. Jika ada kasih, orang-orang tidak akan bertengkar diantara mereka. Ketika engkau mengembangkan kasih, engkau akan menganggap orang lain sebagai saudaramu. Sebagai contoh misalnya engkau bertemu dengan seseorang dan menyapa, ”Halo Saudara”, bahkan musuhmu pun akan membalas dengan mengatakan, ”Halo Saudara”. Maka dari itu, pertama kali sucikanlah pikiranmu dan kalau engkau telah mengembangkan kesucian, maka akan ada Ketuhanan. Saat kesatuan, kesucian dan ketuhanan melangkah bersama, hidupmu pasti akan bahagia.

-Divine Discourse, 25 Dec 2008

Sai Inspires 20th December 2009


People should of course have some comforts for this physical body and fulfill some desires that are necessary for their daily life. But unfortunately, these desires are reaching to a point of insatiability. You may live for a few years or a full hundred years in this physical world. One day or the other, the body has to be cast off. Hence, do not cultivate unlimited desires. Some people have intense desire to have the vision of God. Where is God? You are all embodiments of Divinity. God is not separate. People are more valuable than all the wealth in the world. We see three kinds of beings in the world: Tame Animals, Wild Beasts and Human Beings. One has to analyze for oneself, whether one belongs to the category of animals or beasts or human beings. If you are a human being, then you should cultivate human values.

Orang-orang tentu saja memerlukan kenyamanan untuk jasmani mereka dan memenuhi beberapa keinginan yang diperlukan demi kelangsungan hidup sehari-hari. Namun sayangnya, kesenangan tersebut akhirnya mencapai titik yang tak bisa terpuaskan. Engkau mungkin hidup beberapa tahun saja atau beberapa ratus tahun di dunia ini. Suatu hari nanti, sang badan harus luruh. Maka dari itu, janganlah mengembangkan keinginan yang tanpa batas. Beberapa orang memiliki keinginan yang sangat kuat untuk mendapatkan penampakan Tuhan. Dimanakah Tuhan itu berada? Engkau semua adalah perwujudan Tuhan. Tuhan tidaklah terpisah dari dirimu. Manusia itu lebih berharga dari semua kekayaan yang ada di dunia. Kita melihat ada tiga macam makhluk di dunia ini: Hewan Jinak, Binatang Buas dan Umat Manusia. Orang harus berusaha menyelami dirinya sendiri, apakah ia tergolong hewan jinak atau binatang buas atau umat manusia. Jika engkau merasa sebagai bagian dari umat manusia, maka engkau harus menumbuhkembangkan nilai-nilai kemanusiaan.

- Divine Discourse, 25th Dec 2008

Saturday, December 19, 2009

Sai Inspires 19th December 2009


You call yourself a human being. Unless there are human values in you, how can you be called a human being? Only when you develop noble qualities you are entitled to be called a human. We often come across people changing jobs with a hope of getting high salaries. Do not develop this craze for money. Instead of the craving for money, develop human values. When you develop love for God, the demonic qualities in you will be removed. When people get rid of demonic qualities, the society will become better. You will earn a good name in your society. God will always protect persons who adhere to human values and constantly guard and guide them. Hence, develop morality and love for God.

Engkau menyebut dirimu sebagai manusia. Kecuali kalau ada nilai-nilai kemanusiaan di dalam dirimu, bagaimana bisa engkau menyebut dirimu sebagai umat manusia? Kalau engkau telah menumbuhkan nilai-nilai keluhuran maka engkau berhak disebut sebagai manusia. Kita sering bertemu dengan orang-orang yang berganti pekerjaan dengan harapan akan mendapatkan gaji yang tinggi. Janganlah mengembangkan kegilaan akan uang seperti ini. Daripada mengejar uang, lebih baik kembangkanlah nilai-nilai kemanusiaan. Kalau engkau menumbuhkan kasih untuk Tuhan, sifat-sifat jahat yang ada dalam dirimu akan hilang. Ketika orang-orang telah membuang sifat-sifat jahat, maka masyarakat akan menjadi semakin baik. Engkau akan mendapatkan nama baik di masyarakat. Tuhan akan selalu melindungi mereka yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan secara terus-menerus menjaga dan menuntun mereka. Maka dari itu, kembangkanlah keluhuran budi dan kasih untuk Tuhan.

- Divine Discourse, 22nd Nov 2009

Sai Inspires 18th December 2009


You may or may not worship God, but you must respect your mother and father, who are responsible for your birth. Respect your mother. Keep her always happy. No one can estimate or describe a mother's love. It has no pollution. If you are able to win the love of your mother, it amounts to acquiring all degrees. Our scriptures enjoin us to respect mother, father, teacher and God in that order. First and foremost is your mother who gave you birth. The father brings you up and puts you on the road to development. The mother is the foundation for the mansion of your life. The father represents the wall and the Guru is the roof. Finally, God is your life itself. Hence, those who yearn for God must love their mother first. If only you keep her happy, all other things of happiness will be added unto you.

Engkau boleh saja menyembah atau tidak menyembah Tuhan, namun engkau harus menghormati ibumu dan ayahmu, yang menghadirkanmu di dunia. Hormatilah ibumu. Jagalah supaya ia selalu berbahagia. Tidak seorang pun yang mampu mengukur atau menggambarkan kasih seorang ibu. Kasih ibu tiada tercemar. Jika engkau bisa memenangkan kasih ibumu, jumlahnya akan sama dengan semua titel pendidikan. Kitab-kitab suci memerintahkan kita untuk menghormati ibu, ayah, guru dan Tuhan sesuai dengan urutan tadi. Yang pertama dan paling utama adalah menghormati ibumu yang telah melahirkanmu. Sang ayah membesarkanmu dan membimbingmu pada jalan pengembangan diri. Ibu adalah peletak landasan dasar dari bangunan kehidupanmu. Sang ayah mewakili dinding dan Tuhan ibarat atap. Pada akhirnya, Tuhan adalah hidupmu itu sendiri. Maka dari itu, barang siapa pun yang mendambakan Tuhan haruslah mengasihi ibunya terlebih dahulu. Hanya jika engkau selalu menjaga kebahagiaannya, segala kebahagiaan akan datang kepadamu.

-Divine Discourse, 22nd Nov 2009

Thursday, December 17, 2009

Sai Inspires 17th December 2009


Rain water is pure. When you place a vessel while it is raining, you can collect pure water. It is like distilled water. By drinking that water, you will not be troubled by any ailment. When the same water is mixed up with other substances, it gets polluted. In the same manner, the mind is always pure. It gets polluted by desires. Hence, do not pollute your mind by cultivating desires. When a desire arises in your mind, brush it aside to keep your mind free from pollution. You read your text books and acquire knowledge, similarly, it is your duty to keep your mind always pure and free from pollution. This is most important learning you must acquire today.

Air hujan itu murni. Kalau engkau menaruh sebuah bejana di saat hujan, engkau bisa mengumpulkan air murni. Itu bagaikan air suling. Dengan meminum air tersebut, engkau tidak akan terkena penyakit. Ketika air yang sama dicampur dengan bahan-bahan lain, ia menjadi tercemar. Sama halnya, pikiran itu selalu murni. Pikiran tercemar oleh hawa nafsu keinginan. Maka dari itu, jangan cemari pikiranmu dengan menumbuhkan hawa nafsu. Ketika nafsu keinginan muncul dalam pikiranmu, sekalah ia keluar untuk menjaga pikiranmu agar terbebas dari kotoran. Engkau membaca buku dan menggali ilmu pengetahuan, demikian juga, adalah kewajibanmu untuk menjaga pikiranmu supaya selalu murni dan bebas dari pencemaran. Ini adalah pelajaran terpenting yang harus engkau tempuh saat ini.

-Divine Discourse, 22nd Nov 2009

Wednesday, December 16, 2009

Sai Inspires 16th December 2009


Do not cultivate excessive desires. It is natural for people to have some desires, but one has to enquire which one of these desires is good and which one causes harm. Unfortunately, this sense of discrimination is lost in present times. All these desires, which are the result of Kama, Krodha, Lobha, Moha, Mada and Matsarya (Desire, Anger, Greed, Delusion, Pride and Envy) have their origin in the mind. When you marry a girl, you develop love for her in the beginning. After sometime, if for any reason, she goes against your wishes, you develop hatred for her. Your anger and hatred will ultimately land you in difficulties. If you reduce your desires and expectations, you will be able to lead a happy married life. "Less Luggage, More Comfort" makes travel a pleasure. Hence, reduce the luggage of your desires.

Janganlah menumbuhkan hawa nafsu keinginan yang berlebihan. Adalah suatu hal yang alami bagi orang-orang untuk memiliki beberapa keinginan, namun ia harus menyelidiki yang manakah dari keinginan tersebut yang baik dan yang manakah yang akan mengakibatkan penderitaan. Sayangnya, kemampuan untuk membedakan atau memilah ini sekarang telah hilang. Semua jenis keinginan, yang merupakan hasil dari Kama, Krodha, Lobha, Moha, Mada dan Matsarya (nafsu, kemarahan, keserakahan, khayalan, kesombongan dan iri hati) yang telah berakar di dalam pikiran. Ketika engkau menikahi seorang gadis, pada awalnya engkau akan terus menjaga cintamu untuk dia. Setelah beberapa waktu berlalu, jika karena suatu sebab, ia menentang keinginanmu, maka timbul kebencian padanya di dalam dirimu. Kemarahan dan kebencianmu pada akhirnya nanti akan membawamu pada kesulitan. Jika engkau mengurangi hawa nafsu keinginan dan harapan yang berlebih, maka engkau akan bisa menjalani perkawinan yang penuh kebahagiaan. “Sedikit bagasi, semakin nyaman” membuat perjalananmu menjadi menyenangkan. Maka dari itu, kurangilah beban bawaan hawa nafsu keinginanmu.


- Divine Discourse, 22nd Nov 2009

Tuesday, December 15, 2009

Sai Inspires 15th December 2009


It is said that, "Manomoolam Idam Jagat" (The world is a projection of our mind). Our Vak (speech) represents Shiva. We need not go anywhere in search of Gods, to a distant place. God is in us, with us, above us, below us and around us. In fact, you are God. Your mind alone is responsible for your joy or sorrow. We think sorrow is thrust on us by someone from outside. No! All these experiences flow from you only. You are responsible for everything. If you identify yourself with the world and think "I am so and so" you will remain separate from God. On the other hand, if you realize that all experiences emanate from your mind, and that you are God, you will become God!

Disebutkan bahwa, “Manomoolam Idam Jagat” (Dunia ini adalah cerminan pikiran kita). Vak(ucapan) kita mewakili Shiva. Kita tidak perlu pergi ke suatu tempat untuk mencari Tuhan, ke tempat yang jauh. Tuhan ada di dalam diri kita, bersama kita, di atas kita, di bawah kita dan di sekeliling kita. Sebenarnya, engkau adalah Tuhan. Pikiranmulah yang bertanggung jawab atas kebahagiaan atau penderitaanmu. Kita berpikir bahwa penderitaan dilemparkan kepada kita oleh seseorang di luar sana. Tidak! Semua pengalaman itu mengalir dari dalam dirimu sendiri. Dirimu sendirilah yang bertanggung jawab atas segala sesuatu. Jika engkau menganggap dirimu sebagai dunia dan berpikir “Aku adalah dunia dan dunia” maka engkau akan tetap terpisah dari Tuhan. Sebaliknya, jika engkau menyadari bahwa semua pengalaman berasal dari pikiranmu, dan berpikir bahwa engkau adalah Tuhan, maka engkau akan menjadi Tuhan!

-Divine Discourse, Prasanthi, 22nd Nov 2009

Monday, December 14, 2009

Sai Inspires 14th December 2009


We think that the qualities of anger, envy, jealousy, pride, etc. are God-given, but it is not true. God does not make any distinction between people by granting positive attributes to some and negative qualities to others. All these differences are human-made and God has nothing to do with them. When our wish is fulfilled, we praise God. On the other hand, if something goes wrong, we attribute our failure to God and blame Him. God is only a witness to everything that goes on in this world, good or bad. He neither gives nor receives anything. All our sorrows and difficulties are of our own making.

Kita berpikir bahwa sifat-sifat kemarahan, iri hati, cemburu, kesombongan, dan sebagainya adalah pemberian Tuhan, namun itu tidaklah benar. Tuhan tidak mebeda-bedakan diantara umat manusia dengan memberi sifat-sifat baik kepada seseorang dan memberikan sifat-sifat buruk kepada orang lain. Semua perbedaan tersebut adalah buatan manusia dan tidak ada hubungannya dengan Tuhan. Ketika harapan kita terpenuhi, kita memuja Tuhan. Di sisi lain, jika sesuatu tidak berjalan dengan semestinya, kita melimpahkan kegagalan kita kepada Tuhan dan menyalahkan Tuhan. Tuhan hanyalah saksi terhadap semua hal yang terjadi di dunia ini, baik ataupun buruk. Tuhan tidak memberi atau menerima apapun. Semua penderitaan dan kesulitan adalah akibat perbuatan kita sendiri.

-Divine Discourse, 22nd November 2009

Sunday, December 13, 2009

Sai Inspires 13th December 2009


Love is one quality that is common to all human beings, animals, birds, beasts and insects. Every living being loves its progeny. Love is Divine. Whoever cultivates such love, God manifests in them. It is only the divine quality of love, that saves us from sorrows, difficulties and calamities. Unfortunately, people do not cultivate love and instead go after transient things. Real love manifests from the depth of one's own heart. You must attain such Divine Love. Wherever you go, whatever activity you may undertake, let your heart be filled with Divine Love. Such a person, wherever he/she may be... whether in the town or in the forest or in the sky or in a deep sea will surely be protected.

Kasih adalah satu sifat yang umum terdapat di dalam diri setiap manusia, hewan, burung, binatang buas dan serangga. Setiap makhluk hidup mengasihi keturunannya. Kasih adalah Tuhan. Siapapun yang menumbuhkan kasih seperti itu, Tuhan akan hadir di dalam diri mereka. Hanya kualitas ketuhanan dari kasih sajalah, yang bisa menyelamatkan kita dari penderitaan, kesulitan dan bencana. Sayangnya, orang-orang tidak menumbuhkan kasih namun justru mengejar hal-hal yang fana semata. Kasih sejati mewujud dari hati seseorang yang terdalam. Engkau harus mencapai Kasih Tuhan tersebut. Kemanapun engkau pergi, apapun pekerjaan yang engkau lakukan, isilah hatimu dengan Kasih Tuhan. Orang seperti itu, siapapun ia adanya… apakah ia ada di kota atau di hutan atau di angkasa atau di kedalaman lautan pastilah akan selalu dilindungi.

- Divine Discourse, 22nd Nov 2009

Sai Inspires 12th December 2009


Modern Education is breeding selfishness. It is for acquiring goods and services for one's own comfort. These are worldly pleasures. The qualities of desire, anger, greed, delusion, pride and envy drive one's efforts in pursuit of worldly pleasures. No doubt worldly education helps to provide comfort and joy in the objective world, but it does not at all contribute to inner bliss. Only the five human values of truth, peace, love, non-violence and righteousness can confer inner bliss. A person who cultivates these five human values will always be happy. The five senses of action provide external pleasure whereas the five human values confer inner bliss.

Pendidikan Modern saat ini hanya menumbuhkan sifat mementingkan diri sendiri. Hanya untuk mencari harta benda dan layanan demi kesenangan dirinya sendiri. Itu semua adalah kenikmatan duniawi semata. Sifat-sifat hawa nafsu, kemarahan, keserakahan, khayalan, kesombongan dan iri hati akan menggerakkan seseorang untuk mengejar kenikmatan duniawi. Tidak bisa dipungkiri bahwa pendidikan keduniawian memang akan membantu untuk menggapai kenyamanan dan kesenangan duniawi, namun itu semua tidak memberikan sumbangan apapun bagi tercapainya kebahagiaan sejati. Hanya lima nilai-nilai kemanusiaan yaitu kebenaran, kedamaian, kasih, tanpa kekerasan dan kebajikan sajalah yang bisa memberikan kebahagiaan sejati. Orang yang menumbuhkan kelima nilai-nilai kemanusiaan ini akan selalu berbahagia. Kelima indera untuk bertindak ini akan memberikan kesenangan duniawi sementara kelima nila-nilai kemanusiaan tersebut akan memberikan kebahagiaan sejati.

-Divine Discourse, 22nd Nov 2009

Friday, December 11, 2009

Sai Inspires 11th December 2009


Work is the mission of every individual. Renunciation and doing work are not contradictory - they are complementary. By giving up work, you will decline, without the progress derived from activity and the training achieved through it. A real sanyasi (monk) is one who does not desire one thing or hate another. The word sanyasa (renunciation) when applied to work means to do your role without regard for success or failure, profit or loss, honor or dishonor... and perform each activity as an offering to the Lord. Without work, you will get lost in the darkness of ignorance and be overwhelmed by inertia, dullness! So, better than giving up your work, renounce the fruits of the actions. It yields greater joy and that is the best path!

Bekerja adalah tugas dari setiap orang. Penyangkalan diri dan menunaikan pekerjaan bukanlah dua hal yang bertolak belakang – namun mereka saling melengkapi. Dengan tidak melakukan pekerjaan, engkau akan tenggelam, tidak mendapatkan kemajuan sebagai hasil dari kegiatan yang engkau lakukan dan hasil dari latihan yang engkau capai. Seorang sanyasi (pendeta) yang sejati adalah ia yang tidak terikat akan keinginan ataupun membenci orang lain. Kata sanyasa (penyangkalan diri) ketika diterapkan di dalam pekerjaan berarti bahwa engkau melaksanakan apa yang menjadi kewajibanmu tanpa terpengaruh pada keberhasilan atau kegagalan, keuntungan atau kerugian, penghormatan atau celaan… dan melaksanakan setiap kegiatan sebagai persembahan kepada Tuhan. Tanpa kerja, engkau akan tersesat dalam kegelapan dan tenggelam digulung kelembaman dan kebodohan! Jadi, daripada berdiam diri tidak melakukan pekerjaan, lebih baik bekerja namun melepaskan diri dari keterikatan akan hasil dari kerja. Itu akan memberimu kebahagiaan yang lebih besar dan itu adalah jalan yang terbaik!

- Divine Discourse, Prasanthi Vahini

Thursday, December 10, 2009

Sai Inspires 10th December 2009


Attaining peace does not mean inactivity, the mere inert life of eating and squatting. You should not spend your time in eating and sleeping, comforting yourself that the Lord will come to your help, when the need arises. You must arise and work. God helps those who help themselves. Do the work that has fallen your lot, sincerely and efficiently. Give up everything that is outside the service of the Lord. Follow the footsteps of great devotees. You can win through the Grace of the Lord the joy of peace, and the fullness and bliss of Immortality.

Mencapai kedamaian bukan berarti berdiam diri, hidup yang lembam dengan hanya bersantap dan berjongkok. Engkau seharusnya tidak menghabiskan waktu dengan makan dan tidur, sembari menghibur diri dengan anggapan bahwa Tuhan akan datang membantumu, jika engkau membutuhkan sesuatu. Engkau harus bangkit dan bekerja. Tuhan akan menolong mereka yang menolong dirinya sendiri. Lakukanlah pekerjaan yang telah ditugaskan kepadamu, dengan tulus dan berdaya guna. Lepaskanlah semua yang berada diluar pelayanan kepada Tuhan. Ikutilah jalan sebagai pengabdi yang sejati. Engkau akan bisa memenangkan nikmatnya kedamaian melalui Anugerah Tuhan, dan kesempurnaan dan kegembiraan akan Keabadian.

-Divine Discourse, Prasanthi Vahini

Sai Inspires 9th December 2009


Divine Peace alone will remove the narrow walls that now divide one person from another. It will transform all absurd hatreds, misunderstandings, disgusts and prejudices that warp human behavior. Peace alone is the manifestation of the greatness of Love. That Peace will endow all who come under its authority with tremendous power for good. It can even place God within your grasp and you within God's grasp.

Hanya Kedamaian Tuhan sajalah yang bisa meruntuhkan dinding sempit yang saat ini memisahkan satu orang dari yang lain. Ia akan mengubah semua kebencian, kesalahpahaman, rasa jijik dan prasangka yang bukan-bukan yang menyelimuti perilaku manusia. Hanya kedamaian sajalah yang merupakan perwujudan keagungan Kasih. Kedamaian tersebut akan memberi kepada siapapun yang datang berlindung di bawahnya anugerah kekuatan yang luar biasa besar selamanya. Ia bahkan mampu menempatkan Tuhan di dalam genggamanmu dan menempatkanmu di dalam genggaman Tuhan.

-Divine Discourse, Prasanthi Vahini

Tuesday, December 8, 2009

Sai Inspires 8th December 2009


The reason all the denizens of the deep sea are happy is that they have water all around them... above, below, on all sides. They cannot survive even a second outside it. If they perforce have to come out of it, they struggle frantically to reach water again... being out of it is a disaster. So too, if you are immersed in Divine Peace, you will experience the real joy and exhilaration of that state, constantly. One who has tasted that joy and exhilaration can never tolerate even for a second, the state of asanthi (Lack of Peace). If it ever happens, he will struggle furiously and return to that state of Peace. You must not float on the upper wave of impulses or intentions...You must dive deeper and revel always at the calmer levels. This is the most urgent task.

Alasan mengapa penghuni lautan dalam semuanya berbahagia adalah karena adanya air laut disekitar mereka… diatas, dibawah, di semua sisi. Mereka tidak akan bisa bertahan bahkan sedetikpun diluar air laut. Kalau pun mereka terpaksa harus keluar dari dalam air, mereka akan berusaha dalam kepanikan untuk masuk kembali ke dalam air… berada diluarnya merupakan bencana bagi mereka. Demikian juga, jika engkau tenggelam dalam Kedamaian Tuhan, engkau akan mengalami kebahagiaan sejati dan dalam keadaan penuh kegembiraan, secara terus-menerus. Ia yang pernah merasakan kebahagiaan dan kegembiraan tersebut tidak akan bisa menenggang bahkan hanya untuk sedetikpun, keadaan asanthi (Tanpa Kebahagiaan). Jika hal itu harus terjadi, maka ia akan berjuang mati-matian untuk kembali ke keadaan yang penuh Kebahagiaan seperti sebelumnya. Engkau jangan sampai terombang-ambing di atas ombak dorongan nafsu atau keinginan… Engkau harus menyelam lebih dalam dan selalu bergembira di kedalaman yang lebih tenang. Ini adalah tugas yang paling mendesak.

-Divine Discourse, Prasanthi Vahini

Monday, December 7, 2009

Sai Inspires 7th December 2009


You must ask yourself this question: "The great saints were also persons like me... When they could attain perfection, I can also succeed if I follow their method! What profits me if I spend my time in discovering the faults and weaknesses of others?" The first spiritual practice is to search for the faults and weaknesses within oneself and strive to correct them and become perfect. You have only a short span of life here upon earth...even in this short span, by wisely using the time with care, you can attain Divine Bliss.

Engkau harus bertanya kepada dirimu sendiri tentang hal berikut ini: “Orang suci yang agung adalah manusia seperti saya juga… Jika mereka bisa mencapai kesempurnaan, tentu saja saya juga bisa kalau saya mengikuti cara mereka! Keuntungan apakah yang saya peroleh dengan mencari-cari kesalahan dan kelemahan orang lain?” Latihan spiritual yang pertama adalah mencari kesalahan dan kelemahan di dalam diri masing-masing dan berusaha keras untuk memperbaikinya dan menjadi sempurna. Engkau hanya mempunyai rentang waktu kehidupan yang pendek di dunia ini… namun di dalam rentang waktu yang sempit ini, jika waktu digunakan secara cermat, engkau akan bisa meraih Kebahagiaan Illahi.

-Divine Discourse, Prema Vahini

Sunday, December 6, 2009

Sai Inspires 6th December 2009


Cultivate one-pointed steadfastness in whatever you do.Samadrishti (Equal mindedness) is the right and auspicious outlook (Subhadrishti). All creation must appear to your eyes as equally auspicious. You must look upon all beings with much love and faith as your own kith and kin. For, there is no evil in any creation... not even an iota! Evil appears as such only through faulty vision. Creation gets colored by the nature of the glasses we wear. By itself, it is eternally pure and holy.

Bersungguh-sungguhlah dalam apapun yang engkau kerjakan. Samadrishti (Keseimbangan pikiran) adalah cara pandang atau berpikir (Subhadrishti) yang benar dan baik. Semua makhluk harus engkau pandang dengan sepadan. Engkau harus memandang semua makhluk dengan kasih dan keyakinan yang sama banyaknya sebagaimana perlakuanmu terhadap kerabat dan keluargamu. Sebab, tidak ada kejahatan dalam semua ciptaan Tuhan… bahkan tidak di dalam makhluk yang terkecil sekalipun! Kejahatan muncul hanya karena cara pandang yang salah. Ciptaan Tuhan akan terlihat berwarna sesuai dengan warna lensa kacamata yang kita kenakan. Pada dasarnya, semua makhluk adalah murni dan suci.

-Divine Discourse, Prema Vahini

Sai Inspires 5th December 2009


Human life is undoubtedly the highest in evolution and to give it meaning, spiritual endeavor is essential. The endeavor should be pure and holy, and for this way of life, character is most important! Wealth, education, social status - all these are of no avail without character. Character to a person is indeed just like fragrance to a flower... the fragrance gives the flower its value and worth. By conscious efforts, habits can be changed and character refined. Everyone has within their reach, the capacity to challenge their evil propensities and to change their evil habits. By selfless service, renunciation, devotion and prayer, the old habits that bind can be discarded and new habits which take us along the divine path can be instilled into our lives.

Hidup menjelma sebagai manusia tidak diragukan lagi adalah evolusi yang tertinggi dan untuk memberi makna hidup itu, maka ikhtiar untuk melakoni spiritual adalah sangat penting. Usaha keras tersebut haruslah murni dan suci, dan untuk menjalani hidup semacam ini, karakter adalah hal yang paling penting! Kekayaan, pendidikan, status sosial – semua hal tersebut tidak akan ada gunanya jika tanpa karakter. Karakter bagi seseorang adalah bagaikan keharuman pada bunga… aroma harum tersebut memberi nilai dan harga bagi bunga. Melalui usaha-usaha dengan penuh kesadaran, maka kebiasaan perilaku bisa diubah dan akan memperhalus karakter. Setiap orang dalam jangkauannya, memiliki kemampuan untuk menolak kecenderungan jahat dan memiliki kemampuan untuk mengubah kebiasaan buruk mereka. Melalui pelayanan yang tanpa pamrih, penyangkalan, pengabdian dan doa, maka kebiasaan lama yang membelenggu akan bisa dilenyapkan dan kebiasaan baru yang akan menuntun kita sepanjang jalan ketuhanan akan bisa ditanamkan di dalam hidup kita.

-Divine Discourse, Prema Vahini

Saturday, December 5, 2009

Sai Inspires 4th December 2009


God is Love and Love is God. True spiritual discipline lies in developing love to love relationship. These days, people teach Parartha (Spiritual Values) without giving upSwartha (Selfishness). That is a grave error. You should give up Swartha in the first instance and consider Pararthaas the basis of all your endeavours. Develop faith in God. God is the only support, and everything else is Adheya(Supported). Divinity is One. Never forget that. Sweets may be many, but the essential ingredient in them, that is sugar, which imparts the sweetness, is the same. Hold on to this principle of love and demonstrate this ideal of unity.

Tuhan adalah Kasih dan Kasih adalah Tuhan. Pengamalan ajaran spiritual sebenarnya terletak pada penumbuhan hubungan yang berdasarkan kasih. Dewasa ini, orang-orang mengajarkan Parartha (Nilai-nilai Spiritual) tanpa melepaskan diri dari Swartha (sikap mementingkan diri sendiri). Itu adalah kesalahan yang serius. Engkau pertama kali harus melepaskan diri dari Swartha dan menggunakanParartha sebagai dasar dari semua usahamu. Tumbuhkanlah keyakinan pada Tuhan. Tuhan adalah yang menghidupi, dan selain daripada itu adalah Adheya (yang dihidupi). Ketuhanan adalah tunggal. Jangan pernah melupakan hal itu. Kembang gula memiliki banyak bentuk, namun bahan dasar di dalamnya, yaitu gula, yang memberi rasa manis, adalah sama. Berpeganglah dengan teguh pada prinsip kasih ini dan tunjukkanlah keteladanan akan kesatuan.

-Divine Discourse, Jan 14, 2006

Thursday, December 3, 2009

Sai Inspires 3rd December 2009


From today onwards, develop noble feelings! Make efforts to instill such faith and devotion in your fellow human beings. Follow the sacred path. Never give scope for anxiety or worry. Do not give scope for despair and despondency with any negative attitude. Do your duty and face any situation with courage. Then, the result is bound to be good. Your future will certainly be safe and secure. Love is God. Love is everything. Live in Love.

Mulai hari ini dan seterusnya, tumbuhkanlah perasaan yang penuh keluhuran budi! Berusahalah sekuat tenaga untuk menanamkan keyakinan dan bakti di tengah-tengah umat manusia. Ikutilah jalan kesucian. Jangan pernah memberi ruang untuk kekhawatiran atau kecemasan. Jangan memberi ruang untuk keputusasaan dan patah semangat lewat sikap negatif apapun. Laksanakanlah tugasmu dan hadapilah segala keadaan dengan penuh keberanian. Maka, hasilnya akan baik. Masa depanmu tentu akan aman dan terjamin. Kasih adalah Tuhan. Kasih adalah segalanya. Hiduplah dalam Kasih.

-Divine Discourse, January 14, 2006

Wednesday, December 2, 2009

Sai Inspires 2nd December 2009


Just as the rivers Godavari and Krishna have their sources in the Ocean, education has its roots in Educare. Physical and worldly knowledge corresponds to education. Educare is related to our inner feelings and purity of heart. Our mata, pata and bata (Speech, Song and Way of Life) should originate from heart. That is the essence of Educare. Even if you acquire any number of degrees, if you lack purity of heart, you cannot be called truly educated. You must understand the purpose of education and act accordingly. Then your life will be redeemed.

Bagaikan Sungai Godavari dan Sungai Krishna yang berinduk di Lautan, pendidikan berpangkal pada Educare. Ilmu pengetahuan ragawi dan duniawi berhubungan dengan pendidikan. Educare adalah terkait dengan rasa batin dan kemurnian hati. Mata, pata dan bata (Ucapan, Lagu dan Jalan Hidup) kita harus bersumber dari dalam hati. Itu adalah intisari dari Educare. Bahkan jika engkau telah meraih banyak gelar pendidikan, jika engkau tidak memiliki kemurnian hati, engkau tidak bisa disebut telah berpendidikan yang sejati. Engkau harus memahami tujuan dari pendidikan dan menurutinya. Dengan demikian tujuan hidupmu akan bisa tercapai.

-Divine Discourse, Jan 14, 2006

Tuesday, December 1, 2009

Sai Inspires 1st December 2009


Brahman (The Supreme Conciousness) is a shoreless, bottomless ocean. That ocean is the basis for the ever-shifting waves, the evidence and result of His power. The wave emerges from the sea, leaps forth from it, falls back into it and dissolves itself into it. Though the power of the sea is thus manifested in ups and downs, rise and fall, the sea is steady and fixed. But the world is concerned more with the temporary and the shifting and thinks that the waves are very important. All the senses, all the impulses rise up in overpowering strength like waves from the sea, roar in fury, and subside in the waters. They do not confer peace. The wise thing is to forget these waves and to direct attention towards the sea beneath which is without change. Only then you can attain peace and swim happily in the deep undisturbed waters.

Brahman (Kesadaran Tertinggi) bagaikan samudera tak bertepi, tak berdasar. Samudera tersebut adalah muasal dari ombak yang terus bergelombang, bukti akan hadirnya kekuatan Tuhan. Ombak muncul dari samudera, melaju bergelombang di permukaannya, luruh kembali kepadanya, dan lebur menjadi satu bersamanya. Meskipun kekuatan samudera menjelma jadi ombak yang naik dan turun, timbul dan tenggelam, sang samudera selalu kokoh dan tetap adanya. Namun sisi keduniawian lebih menganggap penting hal-hal yang sementara dan selalu berubah dan berpikir bahwa ombak adalah sangat penting. Semua indera, semua dorongan keinginan selalu melonjak tinggi dengan kekuatan yang berlebihan bagai ombak di lautan, menderu dengan dahsyat, namun akhirnya menyusut di dalam air. Mereka tidak menawarkan kedamaian. Hal yang bijaksana adalah dengan melupakan semua ombak itu dan mengarahkan perhatian pada samudera dibawahnya yang tak tergoyahkan. Hanya dengan demikianlah engkau akan bisa menggapai kedamaian dan berenang penuh kebahagiaan di dalam air yang tenang tanpa gangguan.

-Divine Discourse, Prasanthi Vahini

Monday, November 30, 2009

Sai Inspires 30th November 2009


Every human being is a bundle of impulses and intentions. One can reduce one's innate divinity and inner peace by giving free vent to one's impulse or intention. The impulse is the fuel and the intention is the fire. The fire can be put out, only by placing the fuel aside. When the fire dies down, peace is attained. You are the embodiment of Divine Peace. Let your wish, will and effort be directed to your own good. Do not divert them to worldly pleasures, for they will cause harm and destroy peace.

Setiap orang adalah kumpulan dorongan nafsu dan niat. Seseorang bisa menurunkan nilai keillahian dalam diri dan kedamaian hati dengan membuka pintu lebar-lebar bagi dorongan nafsu dan niat. Dorongan nafsu tersebut adalah bahan bakarnya dan niat adalah apinya. Api bisa dipadamkan, hanya dengan menghentikan aliran bahan bakarnya. Ketika api padam, kedamaian akan tercapai. Engkau adalah perwujudan Kedamaian Illahi. Usahakanlah agar harapan, kehendak dan upayamu agar terarah demi kebaikanmu. Jangan arahkan mereka pada kesenangan duniawi, karena hal itu akan mengakibatkan penderitaan dan menghancurkan kedamaian.

-Divine Discourse, Prasanthi Vahini

Sunday, November 29, 2009

Sai Inspires 29th November 2009


Think about this: You may have experienced that when you do some task for a long time, you will correct your mistakes as and when you discover them. You also will avoid the repetition of the same mistake while continuing with the task; is it not? As you continue to perform these, you will invariably achieve even more success than you hoped to get! What is wanted in this circumstance, is just the unflagging desire to achieve victory. That will lead you to discover the means thereof to develop earnestness and care in the pursuit of those means and to invariably achieve success. The wish to succeed must be strengthened by the will, and the will, by the effort. Similarly, you must develop the desire to be devoted to God. If the wish is powerful, you will learn the means and practice with steadiness in effort to attain your wish.

Renungkanlah hal berikut ini: Engkau telah mengalami bahwa ketika engkau mengerjakan tugas-tugasmu untuk jangka waktu yang lama, engkau akan memperbaiki kesalahan-kesalahanmu ketika engkau menemukannya. Engkau juga akan berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama sewaktu engkau mengerjakan tugasmu selanjutnya; bukankah begitu? Seiring dengan berlanjutnya pekerjaanmu, engkau tanpa kecuali akan mencapai keberhasilan yang lebih banyak daripada apa yang engkau harapkan! Apa yang diperlukan didalam suasana yang seperti ini, adalah tekad yang tak kunjung padam untuk meraih kemenangan. Itulah yang akan menuntunmu untuk menemukan arti pentingnya menumbuhkan kesungguhan dan perhatian dalam mengejar keberhasilan dan mencapai keberhasilan. Harapan untuk berhasil haruslah diperkuat oleh kehendak, dan kehendak, melalui usaha. Demikian juga, engkau harus mengembangkan keinginan untuk menjadi setia kepada Tuhan. Jika pengharapanmu sangat kuat, engkau akan mempelajari caranya dan berlatih dengan penuh kesungguhan dalam berusaha untuk mencapai harapanmu.

- Divine Discourse, Prasanthi Vahini