Friday, February 26, 2010

Sai Inspires 26th February 2010


The expression "God is no where" can remain unchanged; there is no need to confront or contradict that expression. The only thing necessary is to read the "w" in "where", in conjunction with the previous "no", so that it becomes, "God is now here!" The negative suddenly becomes positive! Similarly, by merely unifying your vision towards God in one direction, the distinctions and differences you see in the world disappear and the Many becomes One. Great devotees from all faiths have all realized this truth by their unwavering faith, won through the purification of the mind.

Ungkapan “God is no where” (Tuhan tidak ada dimanapun) bisa saja tidak berubah; tidak perlu mempertentangkan atau menyangkal ungkapan tersebut. Yang penting adalah cara kita membaca huruf “w” pada kata “where”, sambungkanlah dengan kata sebelumnya yaitu “no”, sehingga kalimat tersebut menjadi, “God is now here!” (Tuhan sekarang ada disini). Maka yang negatif serta merta menjadi positif! Demikian juga, dengan hanya menyatukan pandanganmu ke arah Tuhan, maka jarak dan perbedaan yang engkau lihat di dunia ini menjadi lenyap dan yang semula terlihat Banyak menjadi Satu. Pencari spiritual yang agung dari seluruh kepercayaan telah memahami kebenaran ini dengan keyakinan yang tak tergoyahkan, yang dicapai melalui pemurnian pikiran.

-Divine Discourse, Vidya Vahini.

Sai Inspires 25th February 2010


A word to those who are overwhelmed by the burden of worldly responsibilities and anxieties and to those who find themselves unable to pray to the Highest...Maybe you have condemned yourself as undeserving or you may not have faith in the Highest: Do not give up! You must desire and adopt every means to attain joy, peace of mind and lead an exemplary life. With the gift of life as a human being, one should not disown the nature of humans. You must firmly resolve that you will not allow yourself into depths of demonic beings or the level of beasts! The spiritual path can and will awaken, strengthen and sustain your desire and resolution!

Satu nasihat bagi mereka yang terbenam oleh beban tanggung jawab dan kekhawatiran duniawi dan bagi mereka yang merasa tidak mampu untuk berdoa kepada Tuhan… Mungkin engkau telah menyalahkan dirimu sendiri dan merasa diri tidak layak atau engkau mungkin belum memiliki keyakinan kepada Tuhan: Jangan menyerah! Engkau harus benar-benar memiliki keinginan yang kuat dan mencoba berbagai cara untuk meraih kebahagiaan, kedamaian pikiran dan meniti jalan hidup yang penuh keteladanan. Berbekal anugerah hidup dengan menjelma sebagai manusia, seseorang jangan sampai mengingkari sifat alami dari umat manusia. Engkau harus memutuskan dengan tegas bahwa engkau tidak akan membiarkan dirimu terjatuh ke jurang kejahatan atau turun ke tingkatan binatang buas! Jalan spiritual pasti bisa dan akan dibangun, diperkuat dan menopang harapan dan keputusanmu!

-Divine Discourse, Leela Kaivalya Vahini

Thursday, February 25, 2010

Sai Inspires 24th February 2010


Spiritual exercises such as puja (worship), bhajans (loving adoration), dhyana (meditation ) are activities prompted by devotion to take you to a higher plane. Controversy about their efficacy should not be indulged in by those who are unaware of the depths and heights to which they can lead. These can be gained and judged only through actual practice. The proof lies in one's personal experience alone.

Latihan-latihan spiritual seperti misalnya puja (persembahyangan), bhajans (menyanyikan lagu pujian penuh kasih), dhyana (meditasi) adalah kegiatan yang dilakukan dengan penuh bakti untuk membawamu pada tataran yang lebih tinggi. Janganlah terjebak dalam perdebatan tentang kemujaraban atau kemanjuran masing-masing cara tersebut oleh mereka yang tidak menyadari ketinggian atau kedalaman jalan yang mereka bisa tempuh. Hal itu hanya bisa dicapai dan dinilai melalui praktek yang nyata. Pembuktiannya ada pada pengalaman pribadi masing-masing orang semata.

-Divine Discourse, Leela Kaivalya Vahini

Tuesday, February 23, 2010

Sai Inspires 23rd February 2010


When one desires to rid coal of its black colour, what can soap and water do? Nor can washing it in milk help. The only means is to put it in a fire. That will turn it into a heap of white ash. In the same manner, when one is anxious to destroy the darkness of ignorance and the dirt of desire, the knowledge of the Self is necessary. Darkness can be ended only with the help of Light. We cannot overwhelm darkness by attacking it with more darkness. Knowledge of the Self is the illumination that one needs to destroy the inner darkness. Each one of you must win it for yourself through steady faith and ardent devotion.

Kalau seseorang ingin menghilangkan warna hitam dari sebongkah arang, apa bisa dilakukan memakai sabun dan air? Bahkan mencucinya dengan susu pun tidak akan membantu. Hal yang bisa dilakukan adalah dengan cara membakarnya. Maka arang hitam tersebut akan berubah menjadi abu yang putih. Dengan cara yang sama, ketika seseorang sangat ingin menghilangkan kegelapan akibat kebodohan dan kekotoran hawa nafsu keinginan duniawi, maka pengetahuan akan Diri Sejati sangatlah diperlukan. Kegelapan hanya bisa diakhiri dengan bantuan Cahaya. Kita tidak akan bisa mengatasi kegelapan dengan memakai kegelapan. Pengetahuan tentang Sang Diri Sejati adalah penerangan yang diperlukan oleh seseorang untuk menghancurkan kegelapan dalam dirinya. Engkau harus berusaha meraih penerangan ini untuk dirimu sendiri melalui keyakinan yang teguh dan pengabdian yang penuh semangat.

- Divine Discourse, Vidya Vahini

Sai Inspires 22nd February 2010


Poison bearing insects will be at home only in dark, dirty places. No snake or scorpion or any other poisonous insect will enter a room that is kept scrupulously clean. So too, the sacred wisdom cannot enter hearts which are dark and dirty. Instead, poisonous breeds like anger will find these hearts as congenial resorts. The sublime significance of Vidya or Higher Learning can be grasped by one, when the mind is pure. It can be communicated to one only when the pure mind sheds its revealing light.

Serangga beracun hanya akan bersarang di tempat-tempat yang gelap dan kotor. Tidak ada ular atau kalajengking atau serangga beracun lainnya yang akan masuk ke ruangan yang terjaga kebersihannya dengan baik. Demikian juga, kebijaksanaan yang suci tidak akan bisa merasuk ke dalam hati yang gelap dan kotor. Namun, bibit racun seperti misalnya kemarahan akan memakai tempat seperti ini sebagai tempat berlindung yang menyenangkan. Kemuliaan makna dari Vidya atau Pendidikan Tinggi akan dapat diresapkan oleh seseorang, hanya jika pikirannya telah murni. Hal itu bisa disampaikan ke seseorang hanya jika pikiran yang murni telah memancarkan cahayanya.

-Divine Discourse, Vidya Vahini.

Sai Inspires 21st February 2010


Give up the feelings "I" and "you". Only then can you understand the glory of that which is neither “I” nor “mine”. This does not mean you renounce everything. Deal with the world as duty demands, in a spirit of detachment. The acid test by which an activity can be confirmed as holy and sacred is to examine whether it promotes attachment or bondage. The activity is unholy or sinful if it arises from or promotes greed. With the intent of fulfilling your legitimate duties, pray to God to keep you alive for a hundred years. You will not incur blame. This is the lesson from true education.

Hilangkanlah perasaan “aku” dan “kamu”. Hanya dengan demikianlah maka engkau akan bisa memahami keagungan yang bukan “aku” ataupun “milikku”. Hal ini tidaklah berarti engkau harus melepaskan segalanya. Tetaplah berurusan dengan dunia sejauh yang diperlukan sebagai kewajiban yang harus engkau tunaikan, namun tetap dengan semangat ketidakterikatan. Batu uji untuk menilai apakan suatu tindakan bisa digolongkan sebagai keramat dan suci adalah dengan memeriksa apakah hal itu menumbuhkan kemelekatan atau keterikatan. Suatu tindakan dipandang sebagai tidak suci atau penuh dosa jika hal itu muncul dari keserakahan atau menumbuhkan keserakahan. Dengan maksud untuk menunaikan tugasmu, berdoalah kepada Tuhan untuk menganugerahimu umur panjang. Engkau tidak akan menimbulkan kesalahan. Ini adalah pelajaran dari pendidikan yang sejati.

- Divine Discourse, Vidya Vahini

Sai Inspires 20th February 2010


Vidya is the process of education which teaches one that the cosmos is the manifestation of the Lord's Sport. “Ishaavaasyam Idam Jagath” - the whole world is the residence of the Lord! Therefore, no one should entertain a sense of personal possession or even a trace of egoism. Renounce the feeling of attachment, feel the presence of the Lord everywhere. Welcome the bliss that the Lord confers on you and experience it with thankfulness, without being bound by desires. This is the message of the ancient sages and seers.

Vidya adalah proses pendidikan yang mengajarkan seseorang bahwa alam semesta adalah perwujudan Tuhan. “Ishaavaasyam Idam Jagath” – seluruh dunia ini adalah tempat tinggal Tuhan! Maka dari itu, tidak seharusnyalah seseorang memuaskan hawa nafsu akan kepemilikan pribadi atau bahkan menapakkan jejak keakuan. Singkirkanlah rasa keterikatan, rasakanlah kehadiran Tuhan dimana-mana. Sambutlah kebahagiaan yang dianugerahkan Tuhan kepadamu dan nikmatilah kebahagiaan tersebut dengan penuh rasa terima kasih, tanpa terikat oleh hawa nafsu keinginan. Ini adalah pesan dari orang-orang suci dan pencari spiritual jaman dahulu.

-Divine Discourse, Vidya Vahini

Sai Inspires 19th February 2010


Sound is the very core of the Vedas. Sound is associated with harmony and melody, and hence the Vedas have to be listened to. It is not to be analyzed, judged and commented upon; but when you listen to it, you will derive ecstasy. Hence the Vedas are called Sruthi (that which is to be heard). Therefore, mere listening to its recital creates the awareness of the Divine and confers bliss on the one who listens. The bliss thus earned manifests in one's words and deeds, and radiates bliss all around.

Suara adalah inti dari Veda. Suara berhubungan dengan laras dan lagu, maka Veda haruslah didengarkan. Hal itu tidak untuk dianalisis, dinilai dan dikomentari; namun ketika engkau mendengarkannya, engkau akan mendapatkan kebahagiaan. Maka dari itulah Veda disebut dengan Sruthi (yaitu adalah hal yang harus didengarkan). Dengan demikian, hanya dengan mendengarkan cerita dari Veda akan menciptakan kesadaran akan Tuhan dan menganugerahkan kebahagiaan bagi mereka yang mendengarnya. Kebahagiaan yang didapat akan mewujud pada ucapan dan tindakan orang tersebut, dan memancarkan kebahagiaan sejati ke sekelilingnya.

-Divine Discourse, Vidya Vahini

Sai Inspires 18th February 2010


While struggling in the spiritual field, you must take the Lord Himself as your protector. To instill courage in the child, the mother persuades the child to walk a few steps and turn about, but she will not allow the little one to fall. If the baby totters and is about to lose balance, she hurries from behind and catches the child before he/she falls. God too has His eyes fixed on you, His devotee. He has in His hand, the string of the kite with which He holds you. The string is the bond of Love and Grace. He may give it a pull and sometimes, He may loosen the hold. Whatever He does, be confident and carefree, for it is He who holds you and gives you the strength.

Selama masih berjuang dalam bidang spiritual, engkau harus memilih Tuhan sebagai pelindungmu. Untuk menanamkan keberanian pada anaknya, seorang ibu membujuk anaknya untuk berjalan beberapa langkah dan berpaling sejenak darinya, namun sang ibu tidak akan membiarkan si anak terjatuh. Jika si anak terhuyung-huyung dan tampak akan kehilangan keseimbangan, maka ia akan segera menghampiri dari belakang dan memegangnya sebelum si anak terjatuh. Tuhan juga selalu memperhatikanmu, pemujaNya. Tuhan menggenggam di tanganNya, benang layangan yang Ia pergunakan untuk mempertahankanmu. Benang tersebut adalah ikatan tali Kasih dan Anugerah. Tuhan mungkin akan menarik benang tersebut dan kadang kala mengulurnya. Apapun yang dilakukan Tuhan, tetaplah penuh percaya diri dan berani, karena Tuhanlah yang memegangmu dan memberimu kekuatan.

-Divine Discourse, Prema Vahini

Wednesday, February 17, 2010

Sai Inspires 17th February 2010


Twenty hammer-strokes might not succeed in breaking a stone, the 21st stroke might break it. But does that mean that the 20 blows were of no avail? No, each of those 20 strokes contributed its share to the final success. The final result was the cumulative effect of all the 21. Infuse every moment of your life with Love for God. Then, evil tendencies will not hamper your path. The object of all spiritual practices is the destruction of the mind and some day, one good deed will succeed in destroying it. This triumph is the result of all the good deeds done in the past. So never give up, and no good deed will be a waste!

Dua puluh pukulan palu mungkin belum bisa menghancurkan sebongkah batu, namun pukulan yang ke dua puluh satu bisa jadi akan berhasil. Namun apakah itu berarti dua puluh pukulan sebelumnya menjadi tidak berarti? Tidak, setiap pukulan dari dua puluh pukulan yang pertama telah berjasa untuk mencapai keberhasilan akhir. Hasil akhir yang terlihat sebenarnya adalah gabungan efek dari ke dua puluh satu pukulan semuanya. Curahkanlah setiap waktu dalam hidupmu dengan Kasih untuk Tuhan. Maka, kecenderungan buruk tidak akan merintangi jalanmu. Sasaran dari semua latihan spiritual adalah dihancurkannya kejahatan dalam pikiran dan suatu saat nanti, satu perbuatan baik akan berhasil menghancurkannya. Kemenangan ini adalah hasil dari semua perbuatan baik yang telah dilakukan pada masa lampau. Jadi jangan pernah menyerah, dan ingat bahwa tidak ada perbuatan baik yang tidak berguna!

-Divine Discourse, Prema Vahini

Sai Inspires 16th February 2010


When the rains pour on the mountain peaks and the water hurries down the sides, no river emerges. However, when the water flows in a single direction, first there is a brook, then a stream, then a torrent and finally a flooded river is formed and the river merges with the sea. So too, your mind and actions must flow full and steady along the fields of holy thoughts. The hands should be used to perform good deeds. Have the Lord's Name within and perform your natural duties. Worthy indeed is the one who marches in such a manner to the goal!

Ketika hujan mengguyur di puncak gunung dan air hujan tersebut dengan cepat menyebar kemana-mana dan mengalir ke bawah, maka aliran tersebut tidak akan menjadi sungai. Namun, jika air hujan tersebut mengalir ke arah yang sama, maka pertama kali akan terwujud anak sungai kecil, kemudian menjadi sungai, kemudian sungai tersebut menjadi semakin deras alirannya dan pada akhirnya akan menjadi sangat besar dan sungai tersebut akan menyatu dengan lautan. Demikian juga, pikiran dan perbuatanmu haruslah mengalir dengan sepenuhnya dan mantap dalam kesucian. Tanganmu haruslah digunakan untuk melakukan perbuatan baik. Milikilah Nama Tuhan di dalam dirimu dan tunaikanlah kewajibanmu. Sikap tersebut sangatlah bermanfaat bagi seseorang untuk berjalan mencapai tujuan!

-Divine Discourse, Prema Vahini

Monday, February 15, 2010

Sai Inspires 15th February 2010


For a drowning man, even a reed is of some support. So too, for a person struggling in the sea of samsara (worldly existence), a few good words spoken by someone might be of great help. No good deed goes waste. Likewise, each bad deed has its consequence. So, strive to avoid the slightest trace of evil in all your activities. Keep your eyes pure, fill your ears with the words of God and do not allow them to listen to calumny. Use the tongue for uttering kind, good and true words. Always remember the Divine. Such a constant effort will certainly grant you victory.

Bagi orang yang sedang tenggelam, bahkan sebatang buluh pun bisa dipakai untuk menolongnya. Demikian juga, bagi orang yang sedang berjuang di lautan samsara (kehidupan duniawi), sedikit kata-kata bijak dari seseorang bisa menjadi pertolongan yang luar biasa. Tidak ada satu pun perbuatan baik yang tidak berguna. Demikian halnya, setiap perbuatan buruk pasti ada akibatnya. Jadi, berusahalah sekuat tenaga untuk menghindari jejak keburukan sekecil apapun dalam segala perbuatanmu. Jagalah selalu agar penglihatanmu selalu suci, isilah telingamu dengan kata-kata Tuhan dan jangan biarkan ia mendengarkan segala macam fitnahan. Pergunakanlah lidahmu untuk mengucapkan kata-kata yang menyenangkan, baik dan benar. Ingatlah selalu pada Tuhan. Usaha yang demikian secara terus-menerus pasti akan memberimu kemenangan besar.

- Divine Discourse, Prema Vahini

Sai Inspires 14th January 2010


People have taught the eyes, the ears and the tongue the luxury of constant novelty. Now, you must teach them the opposite tendencies. The mind should be turned towards the good and the activities of every minute should be examined from that standpoint. Each deed is a chisel by which the rock of the human personality is being shaped. A wrong stroke may spoil and disfigure the rock. Therefore, do even the tiniest of the acts with great care and devotion.

Orang-orang telah memanjakan mata, telinga dan lidah dengan kemewahan duniawi dengan terus-menerus. Sekarang, engkau harus mengajari mereka kecenderungan yang sebaliknya. Pikiran harus diarahkan pada hal-hal yang baik dan segala kegiatan setiap menit harus diawasi berdasar pendirian tersebut. Setiap tindakan adalah pahatan yang sedang membentuk batu kepribadian manusia. Pukulan yang salah akan merusak dan membuat batu menjadi jelek. Maka dari itu, lakukanlah segala tindakan bahkan sekecil apapun dengan penuh perhatian dan bakti yang besar.

-Divine Discourse, Prema Vahini

Sai Inspires 13th February 2010


When you realise Shivoham (I am Shiva), then, you have all the happiness, all the auspiciousness that there is. Shiva is not to be sought on the peak of a distant range of mountains, or in some other special place. You must have heard that sin and merit are inherent in the acts that men do; so too, Shiva is inherent in every thought, word and deed, for He is the energy, the power, the intelligence that is behind each of them.

Saat engkau benar-benar menyadari makna dari Shivoham (Aku adalah Shiva), maka, engkau akan mendapatkan semua kebahagiaan, segala kebaikan yang ada padanya. Shiva tidaklah harus dicari di puncak gunung di kejauhan sana, atau di tempat-tempat tertentu lainnya. Engkau seharusnya telah mendengar bahwa dosa dan jasa melekat pada perbuatan yang dilakukan manusia; demikian juga, Shiva hadir dalam setiap pikiran, ucapan dan perbuatan, karena Ia adalah sang energi, tenaga, kecerdasan yang ada di balik setiap orang.

-Divine Discourse on Maha Shivarathri, February 20, 1974

Friday, February 12, 2010

Sai Inspires 12th February 2010


Every night is marked by darkness. But tonight it is Shivarathri (the holy night of Lord Shiva). What is the difference between rathri (night) and Shivarathri? For the man who has recognized his divinity, every night is Shivaraathri. For the man immersed in worldly concerns, all nights are the same. That night is marked by darkness. This night is marked by light. Spirituality is the lighthouse that spreads light for the man who is full of despair, immersed in insatiable desires. The name of God is the lighthouse. By chanting the name, the bearer of the name can be realized. To recognize the omnipresence of the Divine is the purpose of observing Shivaraathri. This purpose is not served by fasting and keeping awake through the night. These are mere auxiliaries to what is considered the ultimate goal. But God-realization should not be put off to some distant future. It has to be taken up here and now. That is the purpose of Shivaraathri.

Setiap malam datang ditandai dengan hadirnya kegelapan. Namun malam ini adalah Shivarathri (malam suci Shiva). Apakah perbedaan antara rathri (malam) dan Shivarathri? Bagi mereka yang telah menyadari keillahian Tuhan, setiap malam adalah Shivarathri. Bagi mereka yang tenggelam dalam hal-hal keduniawian, setiap malam adalah sama saja. Malam tersebut ditandai dengan kegelapan. Malam ini ditandai dengan penerangan. Spiritualitas adalah mercusuar yang menebarkan cahaya bagi orang-orang yang dipenuhi keputusasaan, tenggelam dalam nafsu keinginan duniawi yang takkan pernah terpuaskan. Nama Tuhan adalah mercusuar. Dengan melantunkan nama, sang pemilik nama akan bisa terpanggil. Untuk mengenali sifat Tuhan yang Maha Ada adalah makna dari perayaan Shivarathri. Makna tersebut tidak bisa terungkap hanya dengan melakukan puasa serta berjaga melewatkan malam saja. Itu semua hanya pelengkap dari apa yang sebenarnya menjadi tujuan utama. Namun proses pencapaian kesadaran Tuhan tidak seharusnya ditunda-tunda ke suatu waktu di masa depan. Hal itu harus dilakukan disini dan sekarang juga. Itu adalah makna dari Shivarathri.

-Divine Discourse on Maha Shivarathri, Feb 19, 1993

Sai Inspires 11th February 2010


If you try to bring back to your memory at bedtime, the events of the day, everything that happened, you will recall only those events, which are meaningful, those that are deeply embedded within you. The rest of the insignificant events turn hazy, recede and disappear from memory. Be comforted with the firm faith that the suffering and travails of this world are illusory and transitory. Fix your mind firmly on this great fact and set out bravely on the path of Sadhana (spiritual practice), on a continuous journey of devotion to the Lord.

Ketika engkau berusaha mengingat kembali saat menjelang tidur, kejadian-kejadian pada hari itu, semua hal yang telah berlalu, engkau hanya akan mengenang hal-hal yang penuh makna, hal-hal yang sangat berkesan di dalam hatimu. Kejadian lainnya yang tidak mengesankan akan menjadi kabur, luruh dan lenyap dari ingatan. Teguhkanlah dirimu dengan keyakinan yang kuat bahwa segala penderitaan dan beban berat di dunia ini adalah khayal dan sementara adanya. Pusatkanlah pikiranmu dengan keras pada kenyataan yang utama ini dan berangkatlah dengan penuh keberanian menapaki jalan Sadhana (latihan spiritual), mengarungi perjalanan tak kenal putus dalam mengabdikan diri kepada Tuhan.

- Divine Discourse, Prema Vahini.

Wednesday, February 10, 2010

Sai Inspires 10th February 2010


Clay alone is real. How can a pot exist without clay? How can an effect exist separate from its cause? To the wise, it is the Divine Self that permeates everything and everyone. When such wisdom dawns, the darks shadows of the three types of Karma namely: Agama Karma (the consequences of our actions which are yet to come), Prarabdha Karma (the consequences of our current actions) and Sanchitha Karma (consequences of cumulative actions from the past) will flee away from you, making you pure and free! For, the will of God has no limits or exceptions. Resolve through your spiritual practices that you must win the Grace of the Lord. Do not be discouraged on any score.

Tanah liat itu nyata adanya. Bagaimana mungkin suatu pot tembikar bisa dibuat tanpa tanah liat? Bagaimana mungkin suatu akibat bisa muncul tanpa penyebab? Bagi para orang bijaksana, sebenarnya Diri Tuhanlah yang meresap ke dalam setiap benda dan setiap manusia. Ketika fajar kebijaksanaan seperti itu mulai menyingsing, bayangan gelap dari tiga jenis Karma yaitu: Agama Karma (akibat perbuatanmu yang belum engkau alami), Prarabdha Karma (akibat dari perbuatanmu saat ini) dan Sanchitha Karma (akibat perbuatanmu di masa lampau) akan pergi menjauh darimu, membuatmu menjadi suci dan bebas! Karena, kehendak Tuhan tidaklah terbatas atau tidak terkecuali. Bertekadlah melalui latihan spiritualmu bahwa engkau harus memenangkan Anugerah Tuhan. Jangan patah semangat karena gangguan apapun.

-Divine Discourse, Prema Vahini

Tuesday, February 9, 2010

Sai Inspires 9th February 2010


If a tree has to be destroyed, there is no use trying to kill it by plucking its leaves one by one. It takes too long a time and, besides, it may not work. The ancient seers realized that this was true even with respect to eliminating bad qualities within us and hence focused their spiritual practices and energies to transform themselves completely. They also won the grace of the Lord. If intelligence alone is sharpened without the cultivation and practice of virtues and the brain becomes a mere storehouse of information, the world cannot progress; its welfare will be in jeopardy. That education alone is beneficial which gives full scope for the blossoming of all virtues that distinguish a human from an animal.

Jika sebatang pohon harus dimusnahkan, tidak bisa dengan cara mencabuti daunnya satu per satu. Itu akan memakan waktu yang sangat lama dan, disamping itu, bisa jadi tidak akan berhasil. Orang bijak pada masa lalu telah menyadari bahwa hal tersebut benar adanya bahkan jika hal itu dimaksudkan untuk menghilangkan tabiat buruk yang ada di dalam diri, maka dari itu mereka memusatkan perhatian dan energinya pada latihan spiritual untuk mengubah diri mereka secara menyeluruh. Mereka juga telah mampu meraih kasih Tuhan. Jika hanya kecerdasan semata yang diasah tajam tanpa menumbuhkan dan melaksanakan kebajikan, dan otak hanya sebagai tempat penampungan informasi, maka dunia ini tidak akan bisa mencapai kemajuan; kesejahteraan umat manusia akan berada dalam bahaya. Hanya pendidikan spiritual sejatilah yang memberi manfaat dan akan memekarkan kebajikan sepenuhnya yang membedakan manusia dari binatang.

-Divine Discourse, Prema Vahini

Monday, February 8, 2010

Sai Inspires 8th February 2010


Samadhi (self-realization) is the ocean to which all sadhana (spiritual practice) flows. Every trace of name and form disappears in that ocean. The one who serves and the one who receives the service, the one who meditates and the one who is meditated upon - all such manifestations of duality is dispelled and destroyed. One will not experience even the experience. This is to say, one will not be aware that he/she is experiencing! This is the fruit of the highest meditation, the dearest moment of all those who yearn for God. It is the sign that the grace of the Lord is fully upon that individual.

Samadhi (kesadaran diri) merupakan samudera tujuan dimana semua sadhana (latihan spiritual) bermuara. Segala macam nama dan wujud akan sirna menyatu dalam samudera tersebut. Ia yang melayani dan yang dilayani, orang yang bermeditasi dan Ia yang menjadi pusat meditasi – semua perwujudan dualitas tersebut akan hilang dan hancur. Ia tidak akan merasakan bahkan apa yang sedang dialami. Bisa dikatakan, ia tidak menyadari bahwa ia sedang merasakan! Ini adalah hasil dari meditasi yang tertinggi, saat yang paling membahagiakan bagi mereka semua yang sangat merindukan Tuhan. Itu adalah pertanda bahwa anugerah Tuhan telah tercurah sepenuhnya pada orang tersebut.

- Divine Discourse, Prasanthi Vahini

Sunday, February 7, 2010

Sai Inspires 7th February 2010


Disciplined effort throughout your life is needed to ensure spiritual consummation. The mind has to be turned over to good actions. Everyone must examine themselves rigorously, spot out their own defects and struggle to correct them. When one realizes ones defects and uncovers them, it is like being reborn. This is the genuine moment of Awakening. Therefore, live a life avoiding evil deeds and hateful, harmful thoughts and do not get attached to the world. If you live thus, your last moments will be pure, sweet and blessed.

Usaha keras yang terus-menerus dan penuh disiplin sepanjang hidupmu sangat diperlukan untuk menjamin tercapainya tujuan spiritual. Pikiran harus terus diarahkan untuk bisa melakukan perbuatan baik. Setiap orang harus menyelidiki dirinya sendiri secara teliti, menemukan kelemahan diri dan memperbaikinya. Kalau seseorang menemukan kelemahan diri dan membukanya, itu bagaikan terlahir kembali. Ini adalah saat utama tercapainya Kesadaran. Maka dari itu, jalanilah hidup dengan menghindari perilaku yang buruk dan penuh kebencian, pikiran jahat dan jangan terikat pada keduniawian. Jika engkau hidup seperti itu, saat terakhir hidupmu akan menjadi suci, menyenangkan dan terberkati.

-Divine Discourse, Prema Vahini

Sai Inspires 6th February 2010


If at the point of death, you yearn to cater to the tongue, it is proof that the tongue has been the master of your life. If at the point of death, a woman remembers to fondle the child, the samskara (propensities and actions) of child love is predominant in her. The net result of life is that which comes to your memory during the last moments of your life. Death is inevitable for all. Direct your life towards acquisition of that samskarawhich you feel is best for the last moment. Fix your attention upon it day and night. Engage yourself in the journey of life with good wishes for all, seeking the company of the good and godly. Keep your mind ever fixed on the Lord.

Jika pada saat kematian datang menjemput, engkau masih saja ingin memuaskan lidahmu dengan makanan, itu adalah bukti bahwa lidah telah memperbudakmu. Jika pada saat ajalnya, seorang wanita masih teringat untuk membelai dan menimang anaknya, maka samskara (kecenderungan dan tindakan) akan kecintaannya pada sang anak masih berpengaruh dalam dirinya. Hasil bersih dari hidupmu adalah apa yang muncul dalam pikiranmu pada saat terakhir hidupmu. Kematian adalah hal yang tak terelakkan bagi setiap makhluk hidup. Arahkanlah hidupmu untuk menuju tercapainya samskara yang engkau rasa merupakan yang terbaik bagi saat terakhir hidupmu. Tetapkanlah perhatianmu kepadanya siang dan malam. Sibukkanlah dirimu dalam perjalanan hidup dengan harapan yang baik bagi semuanya, mencari lingkungan pergaulan yang baik dan bertuhan. Jagalah agar pikiranmu selalu tetap pada Tuhan.

-Divine Discourse, Prema Vahini

Sai Inspires 5th February 2010


When someone whose ways you do not appreciate comes near you, there is no need to find fault with him or her. There is no need either to laugh at them or show them your contempt. It is enough if you continue to do your work unaffected by their arrival. Let them follow their path; leave them alone. This is the attitude of Udaseenabhava, the attitude of unaffectedness. When you practice and attain this state of mind, you will have unchanging love for God. This attitude will bestow on you everlasting peace, self-control and purity of mind.

Kalau seseorang yang tidak engkau harapkan datang menghampiri atau ada di dekatmu, tidak perlu membuat perkara dengannya. Jangan juga mentertawakan atau menunjukkan rasa tidak sukamu. Cukup bagimu untuk melanjutkan pekerjaanmu tanpa terganggu oleh kehadiran mereka. Biarkan mereka mengikuti jalan mereka sendiri; tinggalkanlah mereka. Sikap ini disebut dengan Udaseenabhava, sikap diri yang tak terpengaruh. Ketika engkau berlatih dan telah mencapai keadaan pikiran yang semacam ini, engkau akan memiliki kasih yang takkan berubah bagi Tuhan. Sikap ini akan menganugerahimu kedamaian yang kekal abadi, memberimu kemampuan untuk mengendalikan diri dan memberimu kemurnian pikiran.

-Divine Discourse, Prasanthi Vahini

Friday, February 5, 2010

Sai Inspires 4th February 2010


God is sweetness; He is Bliss Incarnate. For even the little sweetness that material objects give, He is the cause. Without His sweetness, even the temporary sweetness and joy derived from worldly objects and materialistic pursuits will taste bitter. The wise understand this and associate themselves with the great ones who have tasted the Divine Sweetness, in a spirit of humility and reverence. Develop unwavering love for God and do not be affected by derision or praise, by wind or sun or rain, by honor or dishonor. This one-pointed journey to the goal will set you free.

Tuhan adalah rasa manis; Ia adalah Penjelmaan Kebahagiaan. Bahkan jika suatu benda bisa memberikan sedikit saja rasa manis, itu adalah karena Tuhan. Tanpa kemanisan dari Tuhan, bahkan rasa manis yang fana dan kesenangan yang didapat dari benda-benda duniawi serta pengejaran materialistis akan terasa pahit. Orang-orang bijaksana memahami hal ini dan berguru kepada orang yang agung yang telah merasakan Kemanisan Tuhan, dengan penuh kerendahan hati dan rasa hormat. Tumbuhkanlah kasih yang tak tergoyahkan bagi Tuhan dan jangan sampai terpengaruh oleh cemoohan atau pujian, oleh angin atau matahari atau hujan, oleh penghormatan atau celaan. Perjalanan yang terarah pada satu tujuan inilah yang akan membebaskanmu.

- Divine Discourse, Prasanthi Vahini

Sai Inspires 3rd January 2010


You must attain the state of steady love for God at all times, under all conditions. God is the embodiment of sweetness (Raso vai sah). It is only when such steadfast love is won towards the Absolute, your heart will brim with joy. A pure heart, the study of the Divine, and surrender to the Divine Self will be the natural outcomes at this stage. This stage is called Niyama, meaning a pure one, always being full of joy, engaged in remembering the Name of the Lord or performing spiritual practices.

Engkau harus mencapai tingkatan dimana engkau memiliki kasih bagi Tuhan secara terus-menerus sepanjang waktu, di dalam suasana apapun. Tuhan adalah perwujudan manisnya kasih (Raso vai sah). Hanya jika ketika kasih mengalir tiada hentinya pada Tuhan seperti itulah, maka hatimu akan dipenuhi dengan kebahagiaan. Hati yang murni, meresapi ajaran Ketuhanan, dan pasrah sepenuhnya pada Tuhan akan menjadi keniscayaan pada tingkatan ini. Tingkatan ini disebut dengan Niyama, yang berarti orang yang telah mencapai kemurnian, selalu dipenuhi dengan kebahagiaan, tenggelam dalam pengulang-ulangan Nama Tuhan atau pelaksanaan latihan spiritual.

- Divine Discourse, Prasanthi Vahini

Sai Inspires 2nd February 2010


Joy in times of good fortune and sorrow in times of bad, mistaking the pain of the body and the senses as one's own - such dual attitude and feeling must be overcome! Step by step, the identification with the body and the senses has to be given up. This is the sign of one acquiring the very foundation of Jnana Yoga (the Path of Wisdom). If you attain this stage, then eternal joy and bliss will be yours, forever!

Merasa senang saat mendapat keberuntungan dan bersedih ketika dirundung kemalangan, salah mengerti bahwa rasa sakit pada badan dan indera adalah juga sakit pada diri sejati – sikap dan perasaan yang mendua seperti itu harus ditaklukkan! Sedikit demi sedikit, anggapan bahwa diri ini yang sejati adalah badan dan indera harus dikikis. Ini adalah ciri bahwa seseorang telah mencapai intisari yang paling mendasar dari Jnana Yoga (Jalan Kebijaksanaan). Ketika engkau mencapai tingkatan ini, kebahagiaan dan kedamaian yang kekal abadi akan menjadi milikmu, selamanya!

- Divine Discourse, Prasanthi Vahini.

Monday, February 1, 2010

Sai Inspires 1st February 2010


To obtain the knowledge of the Divine Self (Brahman), the first requisite is spiritual practice. The first practice that must be done is service to the real teacher (Sadguru), with full faith and full submission. When the sound "horse" is heard, the form of the horse, presents itself before the mind. Similarly, to an aspirant, when the word "Brahman" is uttered, the nature of the "Brahman" should come into the consciousness. To be stabilized in this practice, the aspirant should cultivate control of senses and passions, and possess the attitude of acting without any desire for the fruits of the action.

Untuk mendapatkan pengetahuan mengenai Aspek Ketuhanan dalam Diri (Brahman), syarat pertama adalah latihan spiritual. Latihan pertama yang harus dilakukan adalah melakukan pelayanan kepada Guru Sejati (Sadguru), dengan penuh keyakinan dan kepatuhan. Ketika suara “kuda” terdengar, bayangan tentang kuda, akan muncul dalam pikiran. Demikian juga, bagi seorang pencari spiritual, ketika kata “Brahman” diucapkan, bayangan tentang “Brahman” harus muncul dalam kesadaranmu. Supaya bisa stabil dalam latihan ini, para pencari spiritual harus menumbuhkembangkan kendali atas indera dan hawa nafsu keinginan, dan berbuat tanpa terikat pada hasil dari perbuatan tersebut.

-Divine Discourse, Prasanthi Vahini

Sai Inspires 31st January 2010


There is no distinction between Bhakthi (Devotion) and Jnana (Wisdom). A block of sweet, when cut into three equal pieces has the same sweetness, weight and shape. The three cannot be separated as we do not find sweetness in one part, weight in another and shape in the third part. When the sweet is placed on the tongue, the taste is recognized, weight is lessened and shape modified, all at the same time. So too, the Jiva (Individual Soul) and the Paramatma (Divine Soul), are not separate. They are one and the same. Therefore, each individual deep you perform must be full of the spirit of service, of Love and of wisdom. This is verily the roadmap to reach God.

Tidak ada perbedaan antara Bhakthi (Pengabdian) dan Jnana (Kebijaksanaan) . Sepotong gula batu, jika dibelah menjadi tiga bagian yang sama besar akan memiliki rasa manis, bobot dan wujud yang sama. Ketiganya tidak bisa dibedakan seperti misalnya kita tidak bisa menemukan rasa manis pada bongkahan pertama, bobot yang berbeda pada bongkahan kedua dan perbedaan wujud pada yang ketiga. Kalau gula batu tersebut diletakkan pada lidah, maka kemanisannya bisa dirasakan, bobotnya menjadi berkurang dan bentuknya berubah, semua terjadi pada waktu yang bersamaan. Demikian juga halnya, Jiva (Jiwa Individu) dan Paramatma (Jiwa Illahi), adalah tidak terpisahkan. Mereka adalah satu dan sama. Maka dari itu, setiap orang haruslah dipenuhi dengan semangat pelayanan, Kasih dan kebijaksanaan. Ini adalah petunjuk jalan yang utama untuk mencapai Tuhan.

-Divine Discourse, Prema Vahini

Sai Inspires 30th January 2010


Whatever is done from sunrise to sunset must be consecrated, as if it is for the worship of the Lord. As care is taken to pluck only fresh flowers and to keep them clean and unfaded, so too, ceaseless effort should be made to do deeds which are pure and unsullied. If you keep this vision before the mind's eye and live life accordingly, then your life is transformed into one long unbroken service of the Lord. The feeling of 'I' and 'Thou' will disappear and all traces of Self will be destroyed. You will attain the stage where God is the Master and you are the servant and the world is the Offering. Leading a life suffused with this joy is indeed bliss.

Apapun yang engkau lakukan sejak matahari terbit hingga terbenam haruslah menyucikan, bagaikan suatu persembahan kepada Tuhan. Sebagaimana kehati-hatian untuk memetik bunga yang segar saja dan menjaganya supaya tetap bersih dan tidak layu, demikian juga, usaha yang tidak kenal menyerah harus dilakukan untuk menjaga supaya perbuatanmu selalu murni dan tak tercela. Jika engkau terus menjaga teladan ini dan menjalaninya dalam hidup, maka hidupmu akan berubah menjadi suatu pelayanan terus-menerus yang tak terputus kepada Tuhan. Perasaan “Aku” dan “Engkau” akan sirna dan semua jejak Keakuan akan hancur. Engkau akan mencapai suatu tingkatan dimana Tuhan adalah Yang Kuasa dan engkau adalah pelayanNya serta dunia ini adalah Persembahan. Menjalani hidup yang diliputi oleh kegembiraan seperti ini sebenarnya adalah kebahagiaan yang sesungguhnya.

-Divine Discourse, Prema Vahini

Sai Inspires 29th January 2010


One can claim to be a devotee of the Lord only if the passions and emotions are pure and the character virtuous. The tongue may utter the Name of the Lord, the ear may hear the glory of the Lord, the hand may scatter flowers on the image of God; but the tongue may not know or relish the taste, the ear may not yearn, the hand may not hanker for God. These can happen only when the heart is aware of the Supreme, and the mind is thrilled recollecting the glory of God. Otherwise one is like the spoon which dips into sour and sweet with equal alacrity and insensitivity. It does not refuse or relish any of the tastes.

Seseorang bisa menyebut diri sebagai hamba Tuhan hanya jika keinginan dan emosinya telah disucikan dan telah memiliki keluhuran budi. Lidah mungkin saja melantunkan Nama Tuhan, telinga bisa saja mendengarkan Keagungan Tuhan, tangan bisa saja menaburkan bunga-bunga pada gambar Tuhan; namun lidah tersebut mungkin tidak mengetahui atau menikmati rasanya, telinga bisa saja tidak merindukan Tuhan, tangan tidak berkeinginan besar untuk mengabdi bagi Tuhan. Semua itu bisa terwujud hanya jika hati sanubari telah menyadari keberadaan Sang Kuasa, dan pikiran telah tergetar oleh pengulang-ulangan keagungan Tuhan. Kalau tidak, maka orang itu bagaikan sendok yang mengaduk air asam atau manis dengan kesigapan dan ketidakpekaan yang sama. Ia tidak menolak atau menikmati rasa apapun.

-Divine Discourse, March 23, 1966