Wednesday, March 31, 2010

Sai Inspires 31st March 2010


Education is now sought after for securing a means of livelihood. The attempt of many parents and their children is to learn some skills which will fetch them a good job in a business establishment for a decent salary. Of course, man must live and live comfortably. So, it is necessary that some useful skill is mastered. But, man needs things much more satisfying and essential than comfort. He must have faith in himself, so that he may respect himself. This Atma Vishwasa (confidence in the Self) lies at the very root of joy.

Pendidikan saat ini dicari untuk mendapatkan mata pencaharian. Usaha dari banyak orang tua dan anak-anaknya adalah untuk mempelajari beberapa keterampilan yang akan digunakan untuk mendapatkan pekerjaan yang baik pada sebuah perusahaan dengan gaji yang layak. Tentu saja, manusia harus hidup serta hidup dengan nyaman. Jadi, perlu dikuasai beberapa keterampilan yang berguna. Tetapi manusia membutuhkan sesuatu yang jauh lebih memuaskan, jauh lebih penting dari sekedar kenyamanan. Manusia harus memiliki keyakinan dalam dirinya, sehingga ia dapat menghargai dirinya sendiri. Atma Vishwasa (keyakinan dalam diri) ini ada pada kebahagiaan yang paling dalam.

- Sathya Sai Speaks, Vol-17, Ch-1.

Sai Inspires 30th March 2010




The expression “God is no where" can remain unchanged; there is no need to confront or contradict that expression. The only thing necessary is to read the letter "w" in "where", in conjunction with the previous word "no", so that it becomes, "God is now here!" The negative suddenly becomes positive! Similarly, by merely unifying your vision towards God, the distinctions and differences you see in the world disappear and the many becomes One. Great devotees from all the religions have realized this truth by their unwavering faith won through the purification of the mind.

Ungkapan “ God is no where" (Tuhan tidak ada dimana-mana) bisa tetap tidak mengalami perubahan; tidak perlu menentang atau membantah ungkapan tersebut. Satu-satunya hal yang diperlukan adalah dengan membaca huruf “w” dalam “where”, dalam rangkaian dengan kata sebelumnya “no”, sehingga menjadi “God is now here!” (Tuhan ada disini). Tiba-tiba yang negatif menjadi positif! Demikian pula, hanya dengan menyatukan pandanganmu menuju Tuhan, perbedaan dan pertentangan yang engkau lihat di dunia ini lenyap dan semuanya menjadi satu. Bhakta agung dari semua agama telah menyadari kebenaran ini dengan keyakinan yang mantap mereka menang melalui pemurnian pikiran.

- Divine Discourse, Vidya Vahini.

Monday, March 29, 2010

Sai Inspires 29th March 2010


Look at the blossoms in the garden. When the gardener plucks the flowers, the buds exult that tomorrow is their turn to be gathered into his hands, and their faces are so full of joy when they unfold in that hope. Do they feel any sadness? Do their faces droop? Are they any less bright? No, the moment they know that the next day it is their turn, they make themselves ready with great gusto and excitement. So also, one must be ready on the path of Sadhana (Spiritual practice), enthusiastically remembering the Name of the Lord, without worrying and feeling sad about when we may have to depart from the earthly plane.

Lihatlah bunga-bunga di taman. Ketika tukang kebun memetik bunga-bunga tersebut, tunas-tunas bermekaran bahwa besok adalah giliran mereka untuk dipetik, dan rupa bunga-bunga itu penuh dengan kegembiraan ketika mengungkapkan harapan tersebut. Apakah mereka merasakan kesedihan? Apakah mereka menjadi layu? Apakah mereka kurang bercahaya? Tidak. Saat mereka mengetahui bahwa hari berikutnya adalah giliran mereka, mereka membuat diri mereka siap dengan penuh semangat dan kegembiraan. Begitu juga, seseorang harus siap di jalan Sadhana (praktek spiritual), dengan penuh semangat mengingat Nama Tuhan, tanpa perlu khawatir dan merasa sedih ketika kita mungkin harus meninggalkan pesawat duniawi ini.


- Divine Discourse, Prema Vahini

Sunday, March 28, 2010

Sai Inspires 28th March 2010


The Vedas lay down four goals before man: Dharma (righteousness), Artha (wealth), Kama (desire) and Moksha (liberation). But they have to be pursued in pairs, Dharma and Artha together and Kama and Moksha combined. That is to say, Wealth has to be earned through Righteousness, and our Desire should be for Liberation. But man takes these four separately and ends up losing everything. He puts them into separate compartments and adopts distinct plans to achieve them. He gives up Righteousness and Liberation as beyond him and wastes his life pursuing only Wealth and Desire. This leads him to ruin.

Veda meletakkan empat tujuan pada manusia: Dharma (kebajikan), Artha (kekayaan), Kama (keinginan), dan Moksha (pembebasan). Tetapi hal tersebut harus dilaksanakan dengan berpasangan, Dharma dan Artha bersama-sama serta Kama dan Moksha bersama-sama. Artinya, kekayaan harus didapatkan melalui Dharma, dan keinginan kita seharusnya untuk mencapai Moksha. Tetapi manusia menggunakan keempatnya secara terpisah dan akhirnya kehilangan segalanya. Manusia menempatkan ini dalam bagian-bagian yang terpisah dan mengambil rencana-rencana yang berbeda untuk mencapainya. Dia menempatkan kebajikan dan pembebasan di luar dirinya dan menyia-nyiakan hidupnya hanya pada pengejaran kekayaan dan keinginan (nafsu). Hal ini akan mengarah pada kehancuran.

- Sanathana Sarathi, June 2001.

Saturday, March 27, 2010

Sai Inspires 27th March 2010


For a drowning man, even a reed is of some support. So too, for a person struggling in the sea of samsara (worldly existence), a few good words spoken by someone might be of great help. No good deed goes waste. Likewise, each bad deed has its consequence. So, strive to avoid the slightest trace of evil in all your activities. Keep your eyes pure, fill your ears with the words of God and do not allow them to listen to calumny. Use the tongue for uttering kind, good and true words. Always remember the Divine. Such a constant effort will certainly grant you victory.

Bagi seseorang yang sedang tenggelam, bahkan alang-alang pun dapat dijadikan sebagai pegangan. Demikian juga, bagi seseorang yang sedang berjuang dalam lautan Samsara (kehidupan duniawi), kata-kata baik yang diucapkan oleh seseorang mungkin akan sangat membantu. Tidak ada perbuatan baik yang tidak berguna. Demikian juga, setiap perbuatan buruk mempunyai akibat. Jadi, berusahalah untuk menghindari keburukan sekecil apapun dalam semua aktivitasmu. Jagalah matamu tetap murni, isilah telingamu dengan kata-kata Tuhan dan jangan membiarkan telinga untuk mendengarkan fitnah. Gunakan lidah untuk mengucapkan kata-kata yang baik, benar, dan diucapkan dengan lembut. Selalulah ingat pada Tuhan. Usaha yang terus-menerus dilakukan pasti akan memberikan kemenangan.


- Divine Discourse, Prema Vahini

Friday, March 26, 2010

Sai Inspires 26th March 2010


For achieving success in any task, Sadbhava or righteousness is very important. Without fear of sin, righteousness cannot originate and love for God too will not develop. From this fear of sin arises devotion which leads to worshipping the Lord. Your body is a caravanserai, your mind its watchman and your soul is the pilgrim. For a hassle-free journey to eternity, there is nothing as reliable as remembering the Name of the Lord. Once the sweetness of the Name has been experienced, you will not have any exhaustion, unrest or sloth. You will complete your pilgrimage joyfully, enthusiastically and with deep conviction.

Untuk mencapai keberhasilan dalam setiap pekerjaan, Sadbhava atau kebajikan adalah yang sangat penting. Tanpa takut akan berbuat dosa, kebajikan tidak dapat diwujudkan dan cinta-kasih pada Tuhan juga tidak akan berkembang. Dari rasa takut akan dosa ini, maka muncullah bhakti yang menuntun kita untuk memuja Tuhan. Tubuhmu diibaratkan sebuah mobil karavan yang berkelana dari tempat yang satu ke tempat yang lain, pikiranmu adalah penjaganya dan jiwamu adalah sang peziarahnya. Untuk perjalanan menuju keabadian, tidak ada yang dapat diandalkan selain mengingat Nama Tuhan. Begitu manisnya Nama Tuhan telah dialami, engkau tidak akan mengalami kelelahan, ketidaknyamanan, atau kemalasan. Engkau akan menyelesaikan perjalanan dengan gembira, penuh semangat, dan dengan keyakinan yang mendalam.

- Divine Discourse, Prema Vahini.

Thursday, March 25, 2010

Sai Inspires 25th March 2010


Wealth acquired through the grace of Mother Veda is the most potent wisdom in itself. For this reason, the ancient seers prayed to God thus, "Dear Lord, You are the very embodiment of Veda. Burden me not with worldly riches, but grant me the wisdom that is the source of Paramaishwarya (Supreme treasure). I shall be fully content with that wealth and since it is capable of being utilized for Your service, You too will be glad when I have it!"

Kekayaan yang di peroleh melalui anugerah Ibu Veda adalah kebijaksanaan yang paling tinggi. Untuk alasan ini, para pencari spiritual jaman dulu berdoa pada Tuhan,”Ya Tuhan, Engkau sesungguhnya adalah perwujudan Weda. Perhatianku bukanlah pada kekayaan duniawi, tetapi berilah aku kebijaksanaan yang merupakan sumber Paramaishwarya (kekayaan tertinggi). Aku akan mengisi sepenuhnya dengan kekayaan tersebut dan karenanya dapat dimanfaatkan untuk melayani Engkau, Engkau juga akan senang ketika aku memilikinya.”
- Divine Discourse, Leela Kaivalya Vahini

Wednesday, March 24, 2010

Sai Inspires 24th March 2010


You should make the right use of the eyes, ears and tongue which God has gifted to you. Whoever is able to control these will achieve greatness. One should therefore cultivate these virtues and attain divinity. This is the primary objective and fundamental basis of all education. Those bereft of these virtues are verily demons. This is the essence and the message of Ramayana. Never neglect these teachings. They are for emancipation and redemption of mankind. Put them into practice in your life.

Engkau seharusnya menggunakan mata, telinga, dan lidah dengan baik, yang telah dianugerahkan Tuhan kepadamu. Siapapun yang mampu mengendalikan inderanya akan mencapai keagungan. Oleh karena itu seseorang seharusnya memupuk kebajikan dan mencapai Ketuhanan. Ini adalah tujuan utama dan dasar dari semua pendidikan. Mereka yang kehilangan kebajikan ini sesungguhnya adalah setan. Ini adalah intisari dan pesan dari kitab Ramayana. Jangan pernah mengabaikan ajaran-ajaran ini. Ajaran ini adalah untuk membebaskan dan menyelamatkan umat manusia. Praktekkanlah dalam hidupmu.


-Divine Discourse, Prema Vahini

Tuesday, March 23, 2010

Sai Inspires 23rd March 2010


What is the use in planning a well when the house has caught fire? When will it be dug? When will water become available and when will the fire be extinguished? Isn't it an impossible task? If at the very start, a well was dug, how helpful it would be during critical situations? Beginning to contemplate on God during one’s last moments is like beginning to dig the well after the house has caught fire. No one knows what is in store the next moment. Therefore, from now on, engage in contemplation of God and perform your spiritual practices. Physical stamina is very necessary for sadhana (spiritual practice), so look after your body with utmost care. But remember that over-tending is also harmful.

Apa gunanya merencanakan membuat sumur, bila rumah telah terbakar? Kapan sumur akan digali? Kapan air akan tersedia dan kapan api akan dipadamkan? Bukankah ini pekerjaan yang tidak mungkin? Jika di awal, sumur digali, bukankah dapat membantu pada saat yang kritis? Mulai merenungkan Tuhan pada saat-saat terakhir sama seperti mulai menggali sumur setelah rumah terbakar. Tidak ada seorang pun yang tahu apa yang terjadi selanjutnya. Oleh karena itu, mulai saat ini, libatkanlah dirimu dalam merenungkan Tuhan dan lakukan praktek spiritual. Stamina fisik sangat diperlukan dalam Sadhana (praktek spiritual), sehingga rawatlah tubuhmu dengan penuh perhatian. Tetapi ingatlah, bahwa merawat tubuh dengan berlebihan, juga berbahaya.- Divine Discourse, Prema Vahini

Monday, March 22, 2010

Sai Inspires 22th March 2010


The human body is a world in itself. The body is a tree. Love of the Self is the root. Desires are the branches it sends forth. Qualities, attributes and modes of behavior that are based on the basic nature are the flowers from the tree. Joy and grief are the fruits thereof. Blood flows through and animates every part of the body. So too, Divinity is flowing in and through and activating every spot in the world.

Tubuh manusia adalah alam itu sendiri. Tubuh ibarat sebatang pohon. Cinta-kasih Ilahi adalah akarnya. Keinginan-keinginan adalah cabang-cabang yang menjalar keluar. Kualitas, sifat dan cara bertingkah laku yang didasarkan pada sifat sejati adalah bunganya. Kegembiraan dan kesedihan adalah buahnya. Darah mengalir melalui dan mengaliri setiap bagian dari tubuh. Demikian juga, Tuhan mengalir di dalam tubuh dan melalui serta mengaktifkan setiap tempat di dunia.

-Divine Discourse, Prema Vahini

Sunday, March 21, 2010

Sai Inspires 21st March 2010



The Rig Veda teaches unity. It exhorts all living beings to have good thoughts that are directed towards good ends. It insists that all hearts must be charged with the same good feelings. All beings must tread the path of Truth, for all are manifestations of the same Divinity. Some people believe that the lesson of unity of mankind is new and progress towards it is praiseworthy. In Rig Vedic times, the concept was proclaimed much more clearly and emphatically than it is now. All are sparks of the same flame of Divinity. The Rig Veda also demands that difference and distinction should not be imposed and a universal, inclusive outlook must be cultivated.

Rig Veda mengajarkan kesatuan. Ini mendorong semua makhluk hidup memiliki pikiran yang baik yang diarahkan pada tujuan yang baik. Ini menegaskan bahwa semua hati harus diisi dengan perasaan baik yang sama. Semua makhluk harus menapaki jalan Kebenaran, karena semuanya adalah manifestasi dari Tuhan yang sama. Beberapa orang menganggap bahwa pelajaran dari kesatuan umat manusia adalah sesuatu yang baru dan kemajuan itu patut dihargai. Pada masa Rig Veda, konsep ini dinyatakan jauh lebih jelas dan tegas dibandingkan dengan saat ini. Semua adalah percikan api yang sama dari Tuhan. Rig Veda juga mengharapkan bahwa perbedaan dan pertentangan tidak seharusnya dipaksakan dan bersifat universal, pandangan inklusif ini harus dikembangkan.

- Divine Discourse, Leela Kaivalya Vahini.

Saturday, March 20, 2010

Sai Inspires 20th March 2010


People tend to delay doing their duties. But for undertaking spiritual practices, there is no yesterday and no tomorrow. This very moment is the moment. If you have engraved this understanding in your heart, then you can merge in Lord Shiva. If this truth is not assimilated, and you get immersed in aims of today and tomorrow, it lays the foundation for worldly attachment! Then you will be born again and again to have the darshan of Yama (God of Death)! Those who realize this truth will not fail even to the slightest extent in their spiritual practices. It is the right of every aspirant to have the vision of Shiva (Lord of Auspiciousness).

Orang-orang cenderung menunda melakukan kewajiban mereka. Tetapi untuk melakukan praktek spiritual, tidak ada hari kemarin dan tidak ada hari esok. Saat ini adalah saatnya. Jika engkau mengukir pemahaman ini di hatimu, maka engkau dapat menyatu dengan Dewa Siwa. Jika kebenaran ini tidak diterima, dan engkau tenggelam dalam tujuan hari ini dan esok, dan meletakkan dasar bagi keterikatan duniawi! Selanjutnya engkau akan dilahirkan berulang-ulang dan mendapatkan Darshan Dewa Yama (Dewa Kematian)! Mereka yang menyadari kebenaran ini tidak akan gagal sedikitpun dalam praktek spiritual. Ini adalah hak setiap pencari spiritual untuk mendapatkan penglihatan Dewa Siwa.

-Divine Discourse, Prema Vahini.

Friday, March 19, 2010

Sai Inspires 19th March 2010



A life lived without mastering one's senses does not deserve the name. You have been endowed with many capabilities and if you do not control your senses and direct them properly, then that life is wasted. Vidya or true education helps you to achieve success in this process. Vidya promotes humility and through humility, you acquire the deservedness to engage in professions. Deservedness confers prosperity. A prosperous person has the capacity for undertaking acts of charity and right living. Right living will confer happiness here and hereafter.

Hidup tanpa mengendalikan indera bukanlah sebuah kehidupan yang pantas. Engkau telah dianugerahi dengan berbagai kemampuan dan jika engkau tidak mengendalikan inderamu dan mengarahkannya dengan benar, maka hidup adalah sia-sia. Vidya atau pendidikan sejati akan membantumu untuk mencapai keberhasilan dalam proses ini. Vidya mengembangkan kerendahan hati dan melalui kerendahan hati, engkau mendapatkan kelayakan dalam menjalani pekerjaan. Kelayakan menganugerahkan kesejahteraan. Seseorang yang hidupnya sejahtera mempunyai kemampuan untuk melakukan tindakan-tindakan yang baik dan menjalani hidup dengan benar. Menjalani hidup dengan benar akan menganugerahkan kebahagiaan saat ini dan juga di masa yang akan datang.

-Divine Discourse, Prema Vahini

Thursday, March 18, 2010

Sai Inspires 18th March 2010


The syllable ‘man’ in the word ‘Manthra’ indicates the process of probing through the mind. The syllable ‘thra’ means that which has the capacity to liberate or save. In short, ‘Manthra’ is that which saves you when your mind dwells upon it. While rites, rituals and sacrifices are performed, you should remind yourself of their nature and significance. You must repeat the Manthras to attain the goals you pray for. If you recite them mechanically without learning the meaning, they yield no fruit. You can reap the full reward, only when you recite them with the knowledge of their meaning and their significance.

Suku kata ‘man’ dalam kata ‘Manthra’ menunjukkan proses penyelidikan melalui pikiran. Suku kata ‘thra’ berarti yang memiliki kemampuan untuk membebaskan atau menyelamatkan. Singkatnya, ‘Manthra’ adalah yang menyelamatkan engkau, ketika pikiranmu merenungkan hal tsb. Sewaktu upacara, ritual, dan pengorbanan dilakukan, engkau seharusnya mengingatkan dirimu sendiri tentang sifat dan makna dari upacara, ritual, dan pengorbanan yang dilakukan. Engkau harus mengulang Manthra untuk mencapai tujuan dalam berdoa. Jika engkau mengucapkan Manthra tanpa mempelajari maknanya, Manthra yang engkau ucapkan tidak akan membuahkan hasil. Engkau bisa mendapatkan pahala penuh, hanya ketika engkau mengucapkan manthra dengan pengetahuan tentang arti dan maknanya.

-Divine Discourse, Leela Kaivalya Vahini.

Wednesday, March 17, 2010

Sai Inspires 17th March 2010


Only after the feelings of 'I' and 'mine' are uprooted, one becomes a devotee. The heart of such a devotee is filled with compassion and the urge to do good to the world. It is the supreme bliss they attain thereby which impels them to act in this way. They crave for nothing else but being one with their sweet Lord. With this single goal in mind, regardless of joy and sorrow, without any concern about their own satisfaction, they engage themselves in spiritual practices steadfastly, incessantly and with conviction, and after understanding the Reality, they attain full contentment.

Hanya setelah perasaan “aku” dan “kepunyaanku” ditaklukkan, seseorang menjadi bhakta. Hati bhakta seperti itu akan dipenuhi dengan perasaan belas kasihan dan keinginan untuk berbuat baik pada dunia. Ini adalah kebahagiaan tertinggi yang mereka capai sehingga mendorong mereka untuk bertindak dengan cara ini. Mereka tidak mendambakan apapun, selain menyatu dengan Tuhan mereka yang terkasih. Dengan satu tujuan ini dalam pikiran, tanpa memperhatikan suka dan duka, tanpa memperhatikan kepuasan diri mereka sendiri, mereka melibatkan diri dalam praktek spiritual dengan mantap, terus-menerus, dan dengan keyakinan, dan setelah memahami Realitas ini, mereka mencapai kepuasan penuh.

- Divine Discourse, Prema Vahini.

Tuesday, March 16, 2010

Sai Inspires 16th March 2010


True Ugadi (New Year's Day) is the day when man gives up bad qualities, fills his heart with love and takes to the path of sacrifice. Do not limit the celebration of Ugadi to merely putting on new clothes and partaking of delicious items. Today you may wear a new shirt, but how long will it remain new? Tomorrow it becomes old. Today's newspaper becomes a waste paper tomorrow. Our life is like a newspaper. Once you have finished reading a newspaper, you do not like to read it again and again. You have been given this birth which is like a newspaper, and have gone through varied experiences of pleasure and pain. Enough is enough. You should pray, "Oh God! You have given me this 'newspaper' and I have gone through the experiences of this life. I don't want to have another birth."

Ugadi (Tahun Baru) adalah hari ketika manusia melenyapkan sifat-sifat buruk yang ada dalam dirinya, mengisi hatinya dengan cinta-kasih dan melakukan pengorbanan. Jangan membatasi perayaan Ugadi semata-mata hanya mengenakan pakaian baru dan menyantap makanan yang lezat. Saat ini engkau mungkin mengenakan pakaian baru, tapi berapa lama itu akan tetap baru? Besok ia menjadi usang. Koran hari ini, menjadi sampah keesokan harinya. Hidup kita bagaikan koran. Setelah engkau selesai membaca koran tersebut, engkau tidak ingin membacanya berulang-ulang. Engkau telah diberikan kelahiran ini bagaikan sebuah koran, dan telah melalui berbagai pengalaman baik pengalaman yang menyenangkan maupun menyedihkan. Sudah cukup. Engkau harus berdoa,”Ya Tuhan! Engkau telah memberikanku “koran” ini dan aku telah melewati pengalaman-pengalaman hidup ini. Aku tidak ingin mengalami kelahiran yang lain.”

- Divine Discourse on Ugadi, April 13, 2002

Monday, March 15, 2010

Sai Inspires 15th March 2010


God is present in everyone. He resides in every heart. So, do not confine God to a temple, mosque or church. Where man is, there God is! As you do not realize this, you indulge in the criticism of others. To overcome this habit, enquire within yourself, "Whom do I adore? Whom am I criticizing?" God is present in everyone. So, when you criticize another, it amounts to criticizing yourself. When you love others, you love yourself.

Tuhan berada dalam diri setiap orang. Beliau menempati setiap hati. Jadi, jangan menempatkan Tuhan hanya di kuil, masjid, atau gereja. Dimana manusia berada, maka Tuhan juga ada disana! Engkau tidak menyadari hal ini, engkau menuruti kesenangan diri dalam mencela orang lain. Untuk mengatasi kebiasaan ini, lakukan penyelidikan dalam diri sendiri,”Siapa yang aku puja? Siapa yang aku cela?” Tuhan berada dalam diri setiap orang. Jadi, ketika engkau mencela orang lain, engkau telah mencela dirimu sendiri. Ketika engkau menyayangi orang lain, engkau menyayangi dirimu sendiri.

- Divine Discourse, Prema Vahini.

Sunday, March 14, 2010

Sai Inspires 14th March 2010


The attitude of the worshipper and the worshipped is truly the seed of Bhakti (Devotion). First, the worshipper's mind is attracted by the unique qualities of the Divine. He tries to acquire for himself these special qualities of the object of his worship. This is Sadhana (spiritual practice). In the early stages of worship, there is clear distinction between the worshipper and worshipped. Later, as Sadhana progresses, the feelings of distinction diminishes. Finally when the attainment is reached, there is no distinction whatsoever. To get there, one must have the firm faith in the Lord. The only wish that is fit to be entertained in the mind of a devotee is the desire to realize the Lord in this very birth.

Sikap bhakta dan yang dipuja benar-benar merupakan bibit Bhakti (pengabdian). Pertama, pikiran bhakta tertarik oleh sifat-sifat yang khas dari Tuhan. Ia mencoba mendapatkan untuk dirinya sendiri sifat-sifat khusus ini dari objek yang dipujanya. Ini adalah Sadhana (Latihan Spiritual). Pada tahap awal pemujaan, ada perbedaan yang jelas antara bhakta dengan yang dipuja. Selanjutnya, saat Sadhana berlangsung, perbedaan ini akan berkurang. Akhirnya ketika pencapaian sudah didapat, tidak akan ada perbedaan apapun. Untuk sampai pada tahapan tersebut, seseorang harus mempunyai keyakinan yang kuat pada Tuhan. Satu-satunya keinginan yang sesuai bagi pikiran seorang bhakta adalah keinginan untuk menyadari Tuhan di kelahiran ini.

- Divine Discourse, Prema Vahin

Saturday, March 13, 2010

Sai Inspires 13th March 2010


Pashu (animal) refers to that which accepts what the external vision conveys. Pashupathimeans Lord of all, the One who has the inward vision. The one who has not mastered the senses is Pashu. An animal has several innate undesirable qualities, however hard it may try to eliminate them, they cannot be transformed. For example, we can bring up a tiger cub with affectionate care and train it to be gentle and obedient, but when it is hungry, will it relish poori (an Indian dish made of wheat flour) and potato curry?No, it will only relish raw meat! Hence, the scriptures quote: "Man indeed is the most fortunate and sacred amongst all beings, for one's inborn qualities can be sublimated". Realizing this truth, each one must elevate theirself through training and self-effort.

Pashu (hewan) berarti menerima apa yang terkandung dalam penglihatan luar. ‘Pashupathi’ berarti penguasa dari segalanya, ia yang mampu melihat ke dalam. Orang yang belum mampu menguasai inderanya adalah Pashu. Binatang memiliki beberapa sifat bawaan yang tidak baik, bagaimanapun usaha yang dilakukan untuk mencoba menghilangkan sifat bawaan ini, sifat ini tidak dapat dirubah. Sebagai contoh, kita dapat memelihara harimau dengan penuh kasih sayang dan melatihnya untuk bersikap patuh dan lemah lembut. Tetapi jika harimau ini lapar, akankah ia dapat menikmati Poori (makanan India yang terbuat dari tepung gandum) dan kentang kari? Tidak, harimau itu hanya dapat menikmati daging mentah! Oleh karena itu, dalam kitab suci disebutkan: “Menjelma menjadi manusia adalah yang paling beruntung dan suci diantara semua makhluk, karena sifat bawaan seseorang dapat dirubah”. Menyadari kebenaran ini, setiap orang harus meningkatkan diri mereka sendiri melalui pendidikan dan usaha sendiri.

- Divine Discourse, Vidya Vahini

Friday, March 12, 2010

Sai Inspires 12th March 2010


As the Vedas are vast and limitless, it was difficult and would take very long for ordinary men to study it. Hence, it was classified into four, so that it can be within the reach of all. The Rks or hymns in praise of the Lord were grouped under Rik Samhitha and Yajur Samhitha. The verses capable of musical rendition were grouped under Saama Samhitha and the formulae and spells were compiled under the Atharva Samhitha. There is no trace of conflict in any of these texts. They have emerged to enlighten people in different states of awareness to benefit from Divine Guidance and cross the sea of suffering.

Betapa luas dan tidak terbatasnya Veda, hal ini sangat sulit dan akan memerlukan waktu yang lama bagi orang biasa untuk mempelajarinya. Oleh karena itu, Veda diklasifikasikan menjadi empat bagian sehingga dapat dijangkau oleh semuanya. “Rks” atau lagu-lagu pujian untuk memuja Tuhan dikelompokkan dalam Rk Samhita dan Yajur Samhita. Bait-bait yang dapat dibawakan dengan cara dinyanyikan dikelompokkan dalam Saama Samhita, serta rumusan mantra-mantra dikelompokkan dalam Atharva Samhitha. Tidak ada ditemukan pertentangan dalam bait-bait ini. Veda telah muncul untuk menerangi orang-orang di berbagai negara untuk menyadari manfaat dari Bimbingan Tuhan dan untuk menyeberangi lautan penderitaan.


- Divine Discourse, Prasanthi Vahini

Thursday, March 11, 2010

Sai Inspires 11th March 2010


The taste of the vast ocean is to be found complete and undiminished in every single drop of its water. But this does not mean that the drop and the ocean are the same. We recognize the drop and the ocean as two separate entities, but the nature and taste are both identical. Similarly, the All-pervasive Inner Motivator of all (Sarvantharyaami) and the Name and Form you adore are not separate entities. They are identical. All the gross forms of Divine are fully saturated with the subtle. Without understanding this truth, it is impossible to realize your Loving Lord.

Rasa dari seisi lautan yang luas akan terasa sama dengan rasa setetes air dari lautan tersebut. Tapi ini bukanlah berarti bahwa air dan lautan adalah sama. Kita menyadari setetes air laut dan lautan adalah dua hal yang terpisah, akan tetapi sifat dan rasa keduanya identik. Demikian pula Atma yang meresapi segalanya serta atma yang berada di dalam diri (Sarvantharyaami) serta Nama dan Wujud Tuhan yang engkau puja, semuanya bukanlah hal yang terpisah. Mereka identik. Semua Wujud Tuhan sepenuhnya meresap dengan tidak mudah dipisahkan. Tanpa memahami kebenaran ini, engkau tidak mungkin akan menyadari kasihmu terhadap Tuhan.

- Divine Discourse, Prema Vahini

Wednesday, March 10, 2010

Sai Inspires 10th March 2010


Anger will pollute the wisdom earned by man. Unbridled desire will foul all his actions. Greed will destroy his devotion and dedication. Desire, anger and greed together will undermine the devotion and wisdom of anyone and turn them into an animal. The root cause of anger is desire and desire is the consequence of ignorance. Ignorance is the characteristic of an animal. Realizing this truth, everyone must do well to elevate themselves through self-effort and training.

Kemarahan akan mencemari kebijaksanaan yang telah dimiliki manusia. Keinginan yang tidak terkendali akan mencemari semua tindakan. Keserakahan akan menghancurkan bhakti dan pengabdian. Keinginan, kemarahan, dan keserakahan bersama-sama akan melemahkan bhakti dan kebijaksanaan seseorang, dan mengubah mereka menjadi binatang. Akar penyebab kemarahan adalah keinginan dan adanya keinginan-keinginan tersebut adalah akibat dari kebodohan. Kebodohan adalah sifat dari binatang. Menyadari kebenaran ini, semua orang harus melakukan kebaikan untuk meningkatkan diri mereka sendiri melalui pendidikan dan usaha sendiri.

- Divine Discourse, Prema Vahini

Tuesday, March 9, 2010

Sai Inspires 9th March 2010


Every being that lives in the world strives to possess what it desires and avoid what it dislikes. Know that the Vedas (scriptures) instruct how to succeed in both these endeavors. The word ‘Veda’ is derived from ‘Vid’ which means ‘to know’. So, Veda means and includes all knowledge. They are concerned with both - the material and the spiritual. They clearly lay down what has to be done and what should not be done. When these prescriptions and prohibitions are followed, one can earn the good and avoid the evil.

Setiap mahluk yang hidup di dunia ini berusaha untuk memiliki apa yang diinginkannya dan menghindari apa yang tidak disukainya. Ketahuilah bahwa Veda (kitab suci) mengajarkan bagaimana cara agar berhasil dalam kedua hal tersebut. Kata ‘Veda’ berasal dari ‘Vid’ yang berarti ‘tahu’. Jadi, Veda berarti dan mencakup semua pengetahuan. Veda berhubungan dengan kedua hal ini – material dan spiritual. Veda dengan jelas menetapkan apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Ketika anjuran dan larangan ini diikuti, seseorang bisa mendapatkan hal-hal yang baik dan menghindari hal-hal yang buruk.

- Divine Discourse, Leela Kaivalya Vahini

Monday, March 8, 2010

Sai Inspires 8th March 2010


People believe in the Divine according to the stage of their inner progress and maturity. Some worship Rama and Krishna in Ayodhya or Mathura as the poornam (absolute manifestation of Divinity). It is not at all wrong to do so; only, one should not proclaim that their belief alone is the truth, that the forms which they have ascribed are the 'only' names and forms of the Divine and all the others are unsuitable and inferior. Poornam implies the Lord is Universal. One must always be conscious of this and acquire the vision that all forms of God are equally valid and true.

Orang-orang meyakini prinsip Ketuhanan berdasarkan tingkat kemajuan dan kematangan spiritual dalam diri mereka. Beberapa orang memuja Rama dan Krishna di Ayodhya atau Mathura sebagai sang poornam (penjelmaan Tuhan yang mutlak). Bukanlah hal yang salah sama sekali untuk melakukan itu; namun, seseorang seharusnya tidak menyerukan bahwa hanya keyakinan atau agamanya sendiri sajalah yang benar, bahwa wujud yang mereka puja dianggap sebagai ‘satu-satunya’ nama dan wujud Tuhan dan yang lainnya adalah tidak sesuai atau dipandang lebih rendah. Poornam berarti bahwa Tuhan adalah Universal. Seseorang harus selalu menyadari hal ini dan berusaha memiliki pandangan bahwa semua wujud Tuhan adalah sah dan sama benarnya.

-Divine Discourse, Prema Vahini

Sunday, March 7, 2010

Sai Inspires 7th March 2010



The real goal of a person's existence should be giving up of desire. Giving up of desire involves giving up of lust, anger, greed, hatred, etc.Presence of desire implies the presence of these harmful tendencies; these other feelings and emotions are its natural attendant reactions. These together are veritably the gateways to hell. Envy is the bolt and pride is the key for the doorway to hell. Unlock and lift the bolt - you can certainly enter in! Hence the fundamental renunciation should be that of desire!

Tujuan sejati keberadaan seseorang seharusnya adalah untuk melenyapkan keinginan. Melenyapkan keinginan ini termasuk juga melenyapkan nafsu, kemarahan, keserakahan, kebencian, dan sebagainya. Munculnya nafsu keinginan berakibat pada hadirnya kecenderungan-kecenderungan buruk tersebut; perasaan dan emosi yang lain itu adalah reaksi yang muncul secara alami. Semua keburukan itu sebenarnya adalah gerbang menuju neraka. Iri hati adalah gembok sedangkan kesombongan adalah kunci gembok pintu gerbang neraka. Bukalah gembok tersebut – maka engkau akan terjerumus kedalamnya! Maka dari itu pertobatan yang paling mendasar sebenarnya adalah melenyapkan nafsu keinginan tersebut!

- Divine Discourse, Vidya Vahini

Sai Inspires 6th March 2010


Veda is the name for a mass of Divine Knowledge. They teach the truth that cannot be revised or reversed by the passage of time through three periods - past, present and future. Vedas are a collection of words that are truth, which were visualized by sages who had attained the capacity to receive them in their enlightened awareness. Vedas are really the very breath of God. The unique importance of Vedas rest in this fact: Vedas confer peace and security on the entire society. They ensure welfare and happiness for the whole world.

Veda adalah sebutan bagi Pengetahuan Ketuhanan yang agung. Veda mengajarkan tentang kebenaran yang takkan pernah berubah atau terbalik seiring dengan perjalanan waktu melewati ketiga masa – lampau, kini dan yang akan datang. Veda adalah kumpulan kata-kata kebenaran, yang digambarkan oleh orang-orang suci yang telah memiliki kemampuan untuk menerimanya dalam kesadaran pencerahan mereka. Veda sebenarnya adalah nafas Tuhan itu sendiri. Makna pentingnya Veda ada pada kenyataan berikut ini: Veda memberikan kedamaian dan menjaga seluruh masyarakat. Veda menjamin tercapainya kesejahteraan dan kebahagiaan bagi seluruh dunia.

-Divine Discourse, Leela Kailvalya Vahini

Friday, March 5, 2010

Sai Inspires 5th March 2010


My dear children, arise and awake! Establish once again the Rama Rajya (Rule of the Lord), resplendent with the mansions of Truth, Right Action, Peace and Love. Quench the burning flames of ignorance, restlessness, injustice and envy with the waters of Love, Forbearance and Truth. Sweep away all jealousy and anger. Each one should realize their own faults and understand that there is no use in searching for faults in others. That is a mere waste of time and it also breeds quarrels. Forget your past, repent sincerely for your misdeeds without yielding to dejection and tread the path of prayer to God with good deeds and brotherly love to all.

Anak-anakku yang terkasih, bangun dan bangkitlah! Tegakkan sekali lagi Rama Rajya (Aturan Tuhan), berkilau dalam indahnya Kebenaran, Kebajikan, Kedamaian dan Kasih. Padamkanlah kobaran api kebodohan, kegelisahan, ketidakadilan dan kedengkian dengan menyiramkan air Kasih, Kesabaran dan Kebenaran. Singkirkanlah segala rasa iri hati dan kemarahan. Setiap orang haruslah menyadari kesalahan dirinya dan menyadari bahwa tiada gunanya mencari-cari kesalahan orang lain. Itu hanya membuang-buang waktu serta memantik perselisihan. Lupakanlah masa lalumu, bertobatlah dengan sungguh-sungguh akan semua kekeliruan dalam tindakanmu tanpa harus bermurung hati dan tapakilah jalan pemujaan kepada Tuhan dengan melakukan perbuatan baik dan penuh rasa kasih dalam persaudaraan pada semua orang.

-Divine Discourse, Prema Vahini

Wednesday, March 3, 2010

Sai Inspires 4th March 2010


Born in various parts of the world, through various paths, all the rivers, at last reach the ocean. So too, born in different lands, practicing different modes of worship, people reach the Ocean of the Presence of the Lord. A true follower of Sanathana Dharma (Eternal Truth), will be truthful in speech, avoid jealousy and anger, and always acts with a loving heart. All those who practice the above without faltering, are entitled to be called as "Bharathiyas (Loving devotees of God)".

Berawal dari berbagai belahan dunia, melalui bermacam aliran, semua sungai, pada akhirnya akan mencapai lautan. Demikian juga, hidup di tanah yang berbeda, melaksanakan berbagai macam cara dalam berdoa, umat manusia akan mencapai Lautan Kesadaran Tuhan. Seorang pengikut Sanathana Dharma (Kebenaran Abadi) yang sejati, akan selalu jujur dalam ucapan, menghindari iri hati dan kemarahan, dan selalu bertindak dengan hati yang dipenuhi kasih. Siapa saja yang melaksanakan hal tersebut dengan tak tergoyahkan, dialah yang layak disebut sebagai “Bharathiyas (Pemuja Tuhan yang penuh kasih)”.

- Divine Discourse, Prema Vahini

Sai Inspires 3rd March 2010


Your tendencies (samskaras) make or mar your life. These are the steps that takes all beings to their goals. The actions you perform make you wade through loss and grief. Through good actions alone you can attain the Lord. So every individual must be wholly engaged in doing good tasks. Performing your duties sincerely is the authentic form of worship. It is the best form of remembering the Lord. It is the highest Bhajan. It spreads love without any distinction or difference. Your daily duties are nothing but acts of service. Be engaged in them, remembering uninterruptedly, the goal to reach the Lord. This is the royal road to your success.

Kecenderunganmulah (samskara) yang akan membangun atau malah merusak hidupmu. Berikut ini adalah langkah-langkah yang akan membawa semua makhluk mencapai tujuannya. Tindakan yang engkau lakukan bisa membawamu mengarungi hidup melewati segala nestapa dan kesedihan. Hanya melalui tindakan yang baik sajalah maka engkau akan bisa mencapai Tuhan. Jadi tiap orang haruslah sepenuhnya melakukan perbuatan yang baik. Menunaikan tugasmu dengan sepenuh hati adalah wujud persembahan yang sejati. Itu adalah cara yang terbaik untuk mengingat Tuhan. Itu adalah Bhajan yang tertinggi. Hal itu menyebarkan kasih tanpa membeda-bedakan. Tugasmu sehari-hari tiada lain adalah melakukan pelayanan. Libatkanlah dirimu dalam pelayanan, ingatlah Tuhan tanpa terganggu, tetapkanlah tujuan untuk mencapai Tuhan. Ini adalah jalan raya menuju keberhasilanmu.

-Divine Discourse, Prema Vahini

Sai Inspires 2nd March 2010


Rare and costly articles might attract us by their external beauty, but to the eye that is illumined by spiritual light, it will appear trivial in value. Physical charm and strength can never overpower spirituality. The passion that breeds egotism can be identified wherever selfishness and pride are displayed. Until this mode of thought and action are suppressed, the quality of goodness will not shine. You must ensure that goodness prevails so as to propitiate, please and win the grace of the Lord.

Barang-barang yang langka dan mahal harganya mungkin akan menarik perhatian kita karena keindahannya, namun bagi mata yang telah diterangi oleh cahaya spiritual, maka barang-barang tersebut akan tampak sepele nilainya. Daya tarik dan kekuatan badaniah tidak akan mampu melampaui spiritualitas. Hawa nafsu yang menumbuhkan rasa congkak akan terlihat dimanapun egoisme dan keangkuhan terpampang. Kalau cara berpikir dan bertindak seperti ini belum hilang, maka sifat-sifat kebaikan tidak akan bersinar. Engkau harus memastikan bahwa kebaikan ini akan tersebar luas untuk bisa menebarkan kedamaian, memberi kebahagiaan dan meraih anugerah Tuhan.

- Divine Discourse, Vidya Vahini

Sai Inspires 1st March 2010


Every living being looks at the world around and can find each one looking at it uniquely, in one's own special way. The same object is looked at by ten different persons, with ten different feelings. One individual is looked at by the son with the feeling that he is a father. The wife looks upon the same individual as a husband. His companion looks upon him with the feeling that he is a dear friend. Being the same individual, he responds differently to each one. Each one of those who visualize him differently are uniquely affected. Realize this Truth and fill your vision with Wisdom. You will realize God's omnipresence, everywhere, at all times.

Setiap makhluk hidup bisa memandang ke sekeliling mereka dan mendapati bahwa setiap pribadi adalah unik, memiliki cirinya masing-masing. Seseorang jika dilihat oleh sepuluh orang lain yang berbeda, akan memberi sepuluh perasaan yang berbeda. Seorang laki-laki dipandang oleh anaknya sebagai seorang ayah. Istrinya memandang orang yang sama sebagai suaminya. Teman-temannya memandang ia sebagai sahabat karib. Walaupun wujudnya adalah satu, ia menanggapi pandangan masing-masing orang disekelilingnya dengan berbeda-beda. Masing-masing orang yang memandang dirinya dari sudut pandang yang berbeda akan melihat keunikannya. Sadarilah Kebenaran ini dan penuhilah pandanganmu dengan Kebijaksanaan. Maka engkau akan menyadari kehadiran Tuhan dimana-mana, sepanjang waktu.

-Divine Discourse, Vidya Vahini

Sai Inspires 28th February 2010


Food when left unconsumed for long becomes stale and emits foul smell. So too, when our faults are not corrected, they will have a negative impact on our own lives. We must persist in the internal cleansing process, either by our own efforts or by heeding to the advice of those sympathetic souls who have succeeded in cleansing themselves. If we do not do it, like the plate of cooked food left aside too long, our life will begin to degenerate.

Makanan jika terbengkalai untuk waktu yang lama akan menjadi basi dan mengeluarkan bau busuk. Demikian juga, jika kesalahan seseorang tidak mulai diperbaiki, hal itu akan berakibat negatif dalam hidupnya. Kita harus tetap bertahan dan berusaha untuk terus membersihkan diri sendiri, apakah itu dengan usaha sendiri atau dengan mengikuti nasehat dan bantuan penuh simpati dari jiwa-jiwa yang telah berhasil membersihkan dirinya sendiri. Jika kita tidak melakukan hal tersebut, maka bagaikan sepiring makanan yang terbengkalai begitu lama, hidup kita akan mulai terjerumus dan mengalami penurunan.

-Divine Discourse, Vidya Vahini

Sai Inspires 27th February 2010


The magnet can draw iron towards itself, but it cannot attract pieces of iron covered with dust and rust. Of course, talks are good - only the practice is paralyzed. Unless this illness is cured, the manifestation of education and scholarship cannot happen. The dust and the rust on the pieces of the iron must be washed away in order for the magnet to attract. When the mind is polished and pure, there will be harmony in thought, word and deed. This harmony in thought, word and deed is the best proof for the worth of any human being.

Sebatang magnet dapat menarik besi ke arahnya, namun magnet tersebut tidak dapat menarik besi yang tertutupi debu dan karat. Tentu saja, berwacana adalah baik – sayang jika prakteknya yang tidak ada. Kalau penyakit seperti ini belum sembuh, maka pembuktian manfaat mengenyam pendidikan dan pengetahuan tidak bisa terwujud. Debu dan karat yang menyelimuti besi harus dihilangkan terlebih dahulu supaya magnet bisa menariknya. Ketika pikiran dibersihkan dan murni, maka akan ada keselarasan dalam pikiran, perkataan dan perbuatan. Keselarasan pikir, kata dan tindakan ini adalah bukti yang paling nyata dari kelayakan seseorang menjadi manusia.

-Divine Discourse. Vidya Vahini