Everything in this world is ephemeral, transitory; it is here today, but it may not be here tomorrow. So, if you desire for something, seek the Lord, who has no decline. Instead, if you crave for progeny, wealth and all comforts, you will suffer untold misery when you are called upon to leave everything and depart. At that moment, you would lament, “Oh, did I love so deep that I may weep so loud?” In this transitory life, joy and pain are also perforce transitory. There is nothing here fit to be worshipped as eternal. So, to get immersed in this search for the evanescent and to forget the Supreme and the Everlasting is indeed unbecoming of man.
Segala sesuatu di dunia ini bersifat fana dan sementara, kita ada disini saat ini, tapi mungkin tidak berada di sini nanti. Jadi, jika engkau menginginkan sesuatu, carilah Tuhan, yang tidak akan mengalami perubahan. Sebaliknya, jika engkau mendambakan keturunan, kekayaan, dan kenyamanan, engkau akan menderita kesengsaraan yang tak terkira ketika engkau dipanggil untuk meninggalkan segalanya dan saat engkau meninggal dunia. Pada saat itu, engkau akan mengeluh, "Oh, apakah aku mencintainya begitu mendalam sehingga aku menangis begitu kerasnya?" Dalam kehidupan yang fana ini, kebahagiaan dan kesedihan juga dialami sementara. Tidak ada sesuatupun di dunia ini yang layak disembah dan bersifat kekal. Jadi jika kita tenggelam dalam pencarian ini dan melupakan Yang Agung dan kekal tentu bukan sifat yang pantas sebagai manusia.
- Dharma Vahini, Page 18.