Ordinary humans struggle to win material happiness and external pleasures. They do not seek the spiritual bliss (ananda) that the Atma, their inner reality, can grant. They lose the great opportunity of experiencing it, and they don’t take any steps appropriate for the purpose. All the time, their attention is directed only to the external world. It does not turn inward. Looking outward is the characteristic of animals, not of humans. The important organs of sense perception in the human body - the eye, the nose, the tongue, etc. - all open outward in order to contact external objects. The Sovereign Lord is the embodiment of indivisible sweetness (rasa), the treasure house of bliss, and can be realized only when you look inward. A wise person would gradually and stea dily endeavour to look inward and acquire that victory of Bliss.
Kebanyakan manusia berjuang untuk memenangkan kebahagiaan material dan kesenangan duniawi. Mereka tidak mencari kebahagiaan rohani (Ananda) yaitu Atma, yang merupakan realitas batin mereka. Mereka kehilangan kesempatan besar mengalami hal itu, dan mereka tidak mengambil langkah-langkah yang tepat untuk tujuan tersebut. Sepanjang waktu, perhatian mereka diarahkan hanya tertuju pada objek-objek duniawi. Hal ini tidak membawa kita ke dalam diri. Melihat keluar adalah karakteristik hewan, bukan karakteristik manusia. Organ-organ penting dalam tubuh manusia - mata, hidung, lidah, dll - semua terbuka berhubungan dengan objek-objek eksternal. Tuhan Yang Maha Kuasa merupakan perwujudan dari manisnya kebahagiaan (Rasa), rumah harta karun kebahagiaan, yang dapat direalisasikan hanya bila engkau melihat ke dalam diri. Orang bijaksana secara bertahap dan terus-menerus akan berusaha untuk mencari ke dalam diri dan mendapatkan kemenangannya yaitu Kebahagiaan Sejati.