Friday, February 27, 2009
Sai Inspires 27th February 2009
Thursday, February 26, 2009
Sai Inspires 26th February 2009
Wednesday, February 25, 2009
Sai Inspires 25th February 2009
Tuesday, February 24, 2009
Sai Inspires 24th February 2009
Monday, February 23, 2009
Sai Inspires 23rd February 2009
Sai Inspires 22nd February 2009
Sai Inspires 21st February 2009
Aspek Ketuhanan dari kepribadianmu akan menumbuhkan sifat-sifat kerendahan hati, kejujuran, kasih, ketabahan, ketidakterikatan dan keinginan untuk melayani. Hargailah perwujudan dari sifat-sifat ini dalam hidupmu, dan laksanakanlah hal-hal itu saat engkau mendapat kesempatan. Sifat dasar persaudaraan yang menyucikan umat manusia dihancurkan oleh rumput liar iri hati yang tumbuh di pikiran. Rumput liar inilah yang menghancurkan kepribadian seseorang.
Friday, February 20, 2009
Sai Inspires 20th February 2009
Thursday, February 19, 2009
Sai Inspires 19th February 2009
Sometimes you become too much angry, you may even criticize or hit someone. This is a great sin. In fact, when you criticize or hit your enemy, but you are criticizing or hitting God himself. Therefore, you should lead your life in such a way that you do not cause harm to anybody. It is natural that you do good to those who do good to you. There is nothing very great about it. But Sai asks you to do good even to those who try to harm. You should not pay attention to the harm that they try to do to you in any manner. You should always remain in a state of supreme peace. You can attain everything if you have peace.
Sai Inspires 18th February 2009
Tuesday, February 17, 2009
Sai Inspires 17th February 2009
Love as thought is truth. Love as action is Right Conduct. Love as feeling is Peace. Love as understanding is non-violence. Love is Selflessness, Selfishness is lovelessness. Love gives and forgives, Selfishness gets and forgets.
Kasih dalam wujud pikiran adalah kebenaran. Kasih dalam wujud tindakan adalah Aturan Perilaku yang Benar. Kasih dalam wujud perasaan adalah Kedamaian. Kasih dalam wujud pengertian adalah tanpa-kekerasan. Kasih adalah sifat tidak mementingkan diri sendiri, sementara sifat mementingkan diri sendiri adalah tanpa kasih. Kasih itu memberi dan melupakan, sedangkan mementingkan diri sendiri adalah menerima dan melupakan.
- Divine Discourse, Sep 26, 1965.
Monday, February 16, 2009
Sai Inspires 16th February 2009
Keyakinan pada Tuhan ada pada setiap anak-anak. Keyakinan ini tidak akan memberi jalan pada keputusasaan dan kesedihan. Keyakinan ini akan mengandalkan Tuhan di dalam diri dan menemukan penguatan yang tiada habis-habisnya akan keberanian di dalam hati masing-masing. Anak-anak kecil, pria dan wanita dengan keyakinan yang penuh, tidak akan memiliki kebencian di dalam hatinya. Mereka hanya akan sedih bila orang lain tamak dan dengki, dan doa-doa mereka hanya untuk dikaruniai kebijaksanaan, kerendahan hati dan kasih untuk lawan-lawan mereka. Jadikanlah perubahan ini dimulai dari dirimu hari ini.
- Divine Discourse, Sep 26, 1965.
Sai Inspires 15th February 2009
For those who bargain and crave for profit, reverence is equated with the returns; they sell homage at so much per unit of satisfactory response. They are like paid servants, clamoring for wages, overtime allowance, bonus, etc. They calculate how much they are able to extract for the service rendered. Be, on the other hand, a member of the family, a friend. Feel that you are the Lord's own. Then, work will not tire; it will be done much better. It will yield more satisfaction and as your wages, the Master will fill you with bliss. What more can anyone aspire for? Leave the rest to Him. He knows best. He is all; the joy of having Him is enough reward. This is the secret of human happiness.
Bagi mereka yang mengharap dan sangat mendambakan keuntungan, penghormatan dihitung dengan imbalan; mereka menjual persembahan semahal harga imbalan yang memuaskan. Mereka bagaikan pelayan yang dibayar, berteriak demi upah, uang lembur, bonus, dan sebagainya. Mereka menghitung seberapa banyak mereka bisa peras dari pelayanan yang mereka berikan. Jadilah, di sisi yang lain, sebagai anggota keluarga, sebagai teman. Rasakanlah bahwa engkau adalah milik Tuhan. Dengan demikian, bekerja tidak akan melelahkan; pekerjaan akan terselesaikan dengan jauh lebih baik. Hal ini akan memberimu rasa kepuasan yang lebih sebagai imbalanmu, Tuhan akan memenuhimu dengan kebahagiaan. Apa lagi yang bisa lebih dicita-citakan orang? Pasrahkan selebihnya kepada Tuhan. Beliau tahu yang terbaik. Tuhan adalah semuanya; kebahagiaan memilikiNya adalah ganjaran yang cukup. Ini adalah rahasia kebahagiaan umat manusia.
Sai Inspires 14th February 2009
Friday, February 13, 2009
Sai Inspires 13th February 2009
Thursday, February 12, 2009
Sai Inspires 12th February 2009
Do good to others; avoid doing any harm. Doing good is the drug and avoiding harm is the regimen that must accompany the treatment. This is the cure for the disease of suffering from joy and grief, honor and dishonor, prosperity and adversity, and the dual throng that bothers man and deprives him of equanimity.
Berbuat baiklah terhadap orang lain; jangan menyakiti orang lain. Berbuat baik adalah obat dan tidak menyakiti adalah aturan dalam resep yang harus meyertai pengobatan. Ini adalah pengobatan untuk penyakit penderitaan akibat kesenangan dan kesedihan, kehormatan dan aib, kemakmuran dan kemiskinan, dan bermacam hal lain yang saling bertentangan sehingga mengganggu dan menjauhkan manusia dari ketenangan hati.
- Divine Discourse, Jul 24, 1964.
Wednesday, February 11, 2009
Sai Inspires 11th February 2009
The ladder must be as tall as the height to which you want to climb, is it not? So too, your spiritual practice to curb the mind must be carried on step by step, until Realization is gained. The rice in the pot must be well boiled and become soft and sweet. Until then, the fire must burn. In the vessel of 'body', with the water, that is to say the 'senses', boil the mind and make it soft. The fire is Saadhana (Spiritual practice). Keep it burning bright, this life will become Divine.
Sebuah tangga seharusnya paling tidak setinggi tempat yang akan engkau capai, bukan begitu? Demikian juga, latihan spritualmu untuk mengendalikan pikiran harus dilakukan secara bertahap, sampai Kesadaran dicapai. Beras harus ditanak dengan baik supaya menjadi lembut dan enak. Selama menanak nasi, api harus tetap menyala. Di dalam ketel ‘badan’, yang berisi air, yaitu ’indera’, mendidihkan pikiran dan membuatnya menjadi lembut. Api tersebut adalah Saadhana (latihan spiritual). Jagalah agar tetap menyala dengan terang, hidup ini akan penuh dengan Keillahian.
-Divine Discourse, Vol 4, Ch 19, May 17, 1965.
Sai Inspires 10th February 2009
Sai Inspires 9th February 2009
Sai Inspires 8th February 2009
Godaan untuk mengabaikan Dharma tumbuh dari keakuan dan penerimaan nilai-nilai yang tidak benar. Hasrat untuk memenuhi keinginan-keinginan yang rendah adalah akar dari ketidakbenaran. Hasrat itu menguasai dirimu secara licik, dengan diam-diam, bagaikan pencuri di malam hari; atau bagaikan seorang kawan yang datang dan menyelamatkanmu, atau seperti pelayan yang datang untuk melayanimu, atau seperti penasihat yang datang dan mengingatkanmu. Oh, kejahatan punya ribuan cara untuk menaklukkan hatimu. Engkau harus selalu berhati-hati terhadap godaan ini. Untuk melepaskan diri dari godaan, engkau harus memeriksa sewaktu engkau terjaga apakah engkau telah menjalankan ajaran Dharma (Kebenaran).
Sai Inspires 7th February 2009
Setiap benda di alam memiliki aturan perilaku masing-masing (Dharma). Air memiliki sifat dasar dan kewajiban untuk mengalir; api berDharma untuk membakar dan menghabiskan; magnet menarik dan menyeret ke dirinya sendiri. Dan masing-masing, menjaga agar aturan perilaku tidak berubah, termasuk bintang-bintang di cakrawala. Aturan perilaku yang tepat adalah “Sathyam Vadha; Dharmam Chara” (Berbicara kebenaran dan melaksanakan kebajikan). Engkau harus mengisi setiap saat dalam hidupmu, semua pikiranmu, perkataan dan perbuatan, dengan hal yang mencerminkan kesadaranmu akan Dharma. Contoh kehidupan yang seperti itu adalah pertanda dari karakter yang baik.
Friday, February 6, 2009
Sai Inspires 6th February 2009
Thursday, February 5, 2009
Sai Inspires 5th February 2009
Sai Inspires 4th February 2009
Desires, when fulfilled, breed further desires and when unfulfilled, lead to further installments of life on earth, in order to calm the urge. The only method by which the delusion of desire can be destroyed is to dedicate all activities to God and engage in them in a spirit of worship, leaving the consequences to Him and ceasing to attach yourselves to them. Look upon everyone as embodiments of Divine Love and worship each, as such, by offering love, understanding and service. Always remember that you are all "living cells" in the body of God, each performing its individual functions to promote His will.
Keinginan-keinginan, saat dipenuhi, menyebabkan timbulnya keinginan lebih lanjut dan saat tidak dipenuhi, akan membawa kita pada babak kehidupan lebih lanjut di dunia, untuk menentramkan dorongan hati. Satu-satunya cara untuk menghancurkan tipuan keinginan adalah dengan mempersembahkan semua kegiatan kepada Tuhan dan tenggelam dalam semangat persembahan, memasrahkan hasilnya pada Tuhan dan berhenti mengikatkan dirimu pada keinginan-keinginan tersebut. Pandanglah setiap orang sebagai penjelmaan Kasih Tuhan dan sembahlah masing-masing, selayaknya, dengan mempersembahkan kasih, pengertian dan pelayanan. Ingatlah selalu bahwa engkau semua adalah “sel-sel hidup” dalam tubuhNya, masing-masing melaksanakan tugas untuk mewujudkan kehendakNya.
-Divine Discourse, Vol 13, Ch 8, Apr 1, 1975.
Tuesday, February 3, 2009
Sai Inspires 3rd February 2009
You must lead exemplary lives of simplicity, sincerity and steady spiritual discipline. Learn the lessons of duty, devotion and discipline. Be a ray of sunshine in the home, shedding light and love. Let the desire to serve others and people with physical challenges be an inspiration to you. Children do not say one thing and do the opposite. They are very straightforward and innocent. Imbibe this nature, now on from them.
Engkau harus menjadi orang yang patut diteladani tentang hidup dalam kesederhanaan, ketulusan dan pelaksanaan ajaran spiritual yang mantap. Belajarlah pelajaran mengenai tugas, pengabdian dan disiplin. Jadilah cahaya matahari yang cemerlang di dalam rumah, menumpahkan cahaya dan kasih. Jadikanlah keinginan untuk melayani orang lain dan sesama manusia yang memiliki kekurangan fisik sebagai suatu ilham bagimu. Anak-anak jangan sampai berkata tentang satu hal namun melakukan hal lain yang bertentangan. Mereka masih sangat berterus terang dan lugu. Resapkanlah sifat pembawaan ini, sekarang juga dari mereka.
-Divine Discourse, Vol 13, Mar31, 1975.
Monday, February 2, 2009
Sai Inspires 2nd February 2009
Suatu hari lima jari dari satu tangan saling berdebat mengenai siapa yang paling hebat. Jari tengah berkata dengan egonya, ”Saya yang tertinggi dari kalian semua. Ada dua jari yang mengawal saya di kedua sisi; akulah yang terbaik.” Jari telunjuk berkata, ”Engkau bisa mengerjakan sesuatu, hanya jika aku tunjukkan siapa mengerjakan apa. Kalau tidak, kalian takkan bisa. Jadi akulah yang terbaik.” Jari kelingking turut campur dan berkata, ”Biarpun ukuranku kecil, aku berdiri paling depan sebagai Panglima Tertinggi untuk menghukum seseorang atau memberinya pelajaran. Jadi akulah yang terhebat.” Disusul oleh jari manis yang tertawa sembari berkata. ”Orang-orang memakai cincin bertahtakan berlian dan batu permata di jari manis saja. Jadi akulah raja dari semuanya.” Akhirnya, setelah mendengar semua perdebatan, ibu jari tertawa terbahak-bahak dan meredakan perdebatan itu sambil berkata, ”Tidak ada dari kalian semua yang bisa menanggung pekerjaan tanpaku. Maka dari itu, marilah kita semua bersatu dan bekerja sama. Kita tidak bisa bekerja hanya dengan satu jari saja. Ketika lima jemari dari satu tangan bergabung bersama, kita bisa menyelesaikan pekerjaan apapun.” Demikian juga, jika masyarakat terpecah belah, tidak ada pekerjaan yang bisa diselesaikan. Kesatuan adalah sangat penting.
-Divine Discourse, Nov 23, 2008.
Sai Inspires 1st February 2009
Hal yang pertama dan utama adalah kita harus mengenali sifat dasar pembawaan lahir kita saat ini. Kita harus menganggap penderitaan dan kesulitan orang lain seperti kita alami sendiri. Kita harus bersikap baik hati dan ramah terhadap orang lain. Kita harus yakin bahwa kita adalah perwujudan Sang Illahi dan harus mengembangkan pengertian untuk memilah-milah antara hal yang baik dan buruk. Kita harus mengambil hal-hal yang baik dari semua umat manusia dan meninggalkan hal-hal yang buruk. Kita harus berlaku baik bahkan pada mereka yang menyakiti kita. Prinsip ini juga harus kita ikuti dalam masyarakat. Tidaklah ada hal yang hebat dari tindakan kita menolong mereka yang telah menolong kita. Seseorang disebut mulia, jika ia menolong mereka yang bahkan telah menyakitinya.
- Divine Discourse, Nov 23, 2008.