Sunday, March 1, 2009

Sai Inspires 28th February 2009


People, today, are making every attempt to be happy, blissful. Where do you get bliss? Is it from the material things of the world, from people, or books? Not at all. Bliss is within one’s own self. You have forgotten your true Self, the source of bliss, and are struggling hard for artificial happiness outside. You are not aware of the reality that lies in the heart. In fact, all the bliss is there. The principle of love originates from the heart, not from the world. Everyone should develop love, more and more. But, today, there is hatred and anger everywhere. Light the lamp of love within, then fear and illusion can be removed, and you can have a vision of the Self. Otherwise, you are bound to suffer.

Umat manusia, saat ini, berusaha keras supaya bisa mendapat kesenangan, penuh kebahagiaan. Dimana engkau bisa mendapatkan kebahagiaan? Apakah dari dari benda-benda duniawi, dari orang-orang, atau dari buku-buku? Tidak sama sekali. Kebahagiaan ada di dalam diri masing-masing orang. Engkau telah melupakan Dirimu yang sejati, sumber kebahagiaan, dan berusaha keras untuk mendapatkan kebahagiaan semu di luar sana. Engkau tidak menyadari kenyataan yang ada di dalam hati. Sebenarnya, semua kebahagiaan ada di sana. Pada prinsipnya, kasih berasal dari dalam hati, bukan dari dunia luar. Setiap orang seharusnya mengembangkan kasih, lebih dan lebih banyak lagi. Namun, saat ini, terdapat kebencian dan kemarahan di setiap tempat. Nyalakanlah lampu kasih di dalam diri, maka ketakutan dan khayalan dapat dihilangkan, dan engkau akan bisa mendapatkan penampakan dari Diri. Jika tidak, engkau akan terlingkupi oleh penderitaan.

- Divine Discourse, March 14, 1999.

Friday, February 27, 2009

Sai Inspires 27th February 2009


When the mind of man is unattached to the ups and downs of life, but is able to maintain equanimity under all circumstances, good physical health will be assured. Illness is caused more by malnutrition of the mind than of the body. Doctors speak of vitamin deficiency; I will call it the deficiency of "Vitamin G", and I will recommend the repetition of the Name of God, contemplation of the Glory and Grace of God. That is the "Vitamin G" medicine. Medicine for ill-health is one third of the treatment. Regulated life and good habits are two-thirds.

Ketika pikiran seseorang tidak terikat pada pasang surutnya gelombang kehidupan, namun sebaliknya dia mampu mempertahankan keseimbangan dalam semua keadaan, maka kesehatan badan yang bagus pasti diperolehnya. Sebenarnya penyakit lebih banyak disebabkan oleh kurangnya asupan makanan untuk pikiran dibandingkan dengan badan. Para dokter menyebutnya penyakit akibat kekurangan vitamin; Aku menyebutnya kekurangan “Vitamin G”, dan Aku akan meresepkan penyebutan Nama Tuhan (God), pemusatan pikiran pada Kemuliaan (Glory) dan Anugrah (Grace) Tuhan (God). Itulah yang disebut dengan obat “Vitamin G”. Obat untuk mengobati penyakit memiliki peran sepertiga dalam pengobatan. Sisanya yang dua per tiga adalah hidup yang diatur dengan baik dan kebiasaan yang baik.

- Divine Discourse, May 17, 1965.

Thursday, February 26, 2009

Sai Inspires 26th February 2009


Just as there is a prescribed minimum qualification for every profession, the minimum qualification for Grace is surrender of egoism, control over senses and regulated food and recreation. A man is made or marred by the company one keeps. A bad person who gets into a good company is able to shed his evil quickly and shine forth in virtue. Sacred books are also equally valuable for this transformation. The books have to be read and pondered upon and their lessons have to be put into daily practice.

Sebagaimana ada ketentuan syarat minimum untuk setiap jabatan pekerjaan, syarat minimum untuk mendapatkan Anugrah Tuhan adalah dengan memasrahkan keakuan, mengendalikan indera, pengaturan makanan dan rekreasi. Seorang manusia dibangun atau dirusak oleh lingkungan sekelilingnya. Seseorang yang tidak baik jika menemukan lingkungan yang baik akan mampu menanggalkan keburukannya dengan cepat dan kemudian akan bercahaya seterusnya dalam kebajikan. Buku-buku suci juga sama pentingnya dalam perubahan ini. Buku-buku tersebut harus dibaca dan dikaji secara seksama dan kemudian pelajaran darinya harus diterapkan dalam kehidupan nyata sehari-hari.

- Divine Discourse, September 27, 1965.

Wednesday, February 25, 2009

Sai Inspires 25th February 2009


Electric bulbs may be of different colours and sizes, but the electric current passing through them is the same; only the wattage of the bulbs are different. Depending upon the wattage, some bulbs may be bright, while others are dim. The brightness or dimness is due to the wattage of the bulbs alone and has nothing to do with the current. Similarly, the sorrows and difficulties, pleasure and pain experienced by different individuals are their own making. God has nothing to do with it.

Lampu pijar listrik mungkin memiliki perbedaan warna dan ukuran, namun arus listrik yang melalui mereka adalah sama; yang berbeda hanyalah daya pancar lampu pijar tersebut. Tergantung daya pancarnya, beberapa lampu pijar mungkin lebih terang, sedangkan yang lain lebih redup. Kecemerlangan atau keredupan ini disebabkan kekuatan daya pijar lampu itu sendiri dan tidak ada hubungannya dengan arus listrik yang melaluinya. Demikian juga, kesedihan dan kesulitan, kesenangan dan penderitaan yang dialami oleh seseorang akan berbeda-beda akibat dari perbuatan masing-masing. Tuhan tidak ada kaitannya dalam hal ini.

- Divine Discourse, Oct 9, 2008.

Tuesday, February 24, 2009

Sai Inspires 24th February 2009


Your ego gets inflated due to your physical and mental strength, intellectual power, wealth and property. Power and position makes one egoistic. How long will the position last? It may last just a short while. In fact, everything you possess is momentary, including your own body. All that is temporary and fleeting, you consider permanent. And, you do not pay any attention to that which is really permanent. This is incorrect. You must focus your attention on the principle of the Atma, the Self. There is no need to go anywhere in search of the Supreme Self. It is everywhere, behind you, with you, around you, above you and in you. Know Thyself.

Rasa keakuanmu melambung karena kekuatan badan dan otak, kekuatan kecerdasan, kekayaan dan hartamu. Kekuatan dan jabatan membuat orang menjadi egois. Berapa lamakah jabatan itu akan bertahan? Itu hanya akan bertahan sesaat saja. Sebenarnya, semua yang engkau miliki adalah hanya untuk sesaat saja, termasuk badanmu. Semua itu hanyalah sementara dan akan berlalu dengan cepat, namun engkau kira itu kekal. Dan, engkau tidak memperhatikan pada apa yang sebenarnya kekal. Hal ini tidak benar. Engkau harus memusatkan perhatianmu pada prinsip Atma, sang Diri Sejati. Tidak perlu pergi ke suatu tempat untuk mencari Sang Jati Diri yang Utama. Ia ada dimana-mana, dibelakangmu, bersamamu, disekelilingmu, diatasmu dan didalam dirimu. Ketahuilah itu.

- Divine Discourse, Dec 25, 2008.

Monday, February 23, 2009

Sai Inspires 23rd February 2009


You should always contemplate on God. There is no difference between one Name of God and the other. We prepare many sweets with sugar. Taste any of them, you will experience only sweetness. Similarly, everything is God. We should not have any doubts about God. One doubt leads to many doubts and will ultimately ruin your life. If you want to live like a human being, you should get rid of all doubts. Do not give room to doubts. Instead, cultivate faith in your self. Once you have faith, then nobody can harm you. Peace and happiness lie within you. Faith in yourself will give you strength and vitality.

Engkau harus selalu merenungkan Tuhan. Tiada bedanya antara satu Nama Tuhan dengan Nama Tuhan yang lain. Kami menyiapkan beraneka macam permen dengan gula. Cicipilah salah satu dari mereka, engkau hanya akan merasakan rasa manis. Mirip dengan perumpamaan tersebut, semua adalah Tuhan. Kita seharusnya tidak memiliki keraguan akan Tuhan. Satu keragu-raguan akan menjalar pada keragu-raguan yang lain dan akhirnya akan menghancurkan hidupmu. Jika engkau ingin hidup seperti layaknya umat manusia, engkau harus menyingkirkan segala macam keragu-raguan. Jangan memberi tempat pada keraguan. Namun, kembangkanlah keyakinan dalam dirimu sendiri. Sekali engkau memiliki keyakinan, maka tidak akan ada seorang pun yang bisa menyakiti dirimu. Kedamaian dan kebahagiaan ada di dalam dirimu. Keyakinan yang ada dalam dirimu akan memberimu kekuatan dan daya hidup.

- Divine Discourse, Dec 25, 2008.

Sai Inspires 22nd February 2009


Love is God, Live in Love. It is love that sustains your life. Where there is love and truth, there is non-violence. If you greet even your enemy saying "Hello Brother", he too will greet you back saying "Hello Brother". This is called "Yadh Bhaavam, Tadh Bhavathi" (As is the feeling, so is the result). Therefore, we should only have good feelings. Whatever good or bad we experience is the result of our own thoughts. It is the power of the thoughts that is responsible for it. Therefore, you should purify your thoughts. Your life will be happy if your thoughts are happy.

Kasih adalah Tuhan, Hiduplah dalam Kasih. Adalah kasih yang menopang hidupmu. Dimana ada kasih dan kebenaran, maka akan ada tanpa-kekerasan. Jika engkau menyapa setiap orang bahkan terhadap musuhmu sendiri dengan berkata, ”Halo Saudaraku”, maka ia akan balas menyapamu dengan berkata, ”Halo Saudaraku”. Itulah yang disebut dengan ”Yadh Bhaavam, Tadh Bhavathi” (Sebagaimana perasaanmu, begitu jugalah hasilnya). Dengan demikian, kita seharusnya hanya memiliki perasaan yang baik. Bagaimanapun baik atau buruknya kejadian yang kita alami, itu merupakan akibat dari pikiran kita sendiri. Adalah kekuatan pikiran yang bertanggung jawab atas hal tersebut. Maka, engkau harus menyucikan pikiran. Hidupmu akan bahagia jika pikiranmu bahagia.

- Divine Discourse, Dec 25, 2008.