Love is the fruit of life. The fruit has three components - the skin, the juicy kernel and the seed. To experience the fruit, we have first to remove the skin. The skin represents egoism, the 'I' feeling, the excluding, limiting, individualizing principle. The seed represents 'selfishness', the 'mine' feeling, the possessive, the greedy, desireful principle. This too has to be discarded. What remains is the sweet juice, the rasa, which the scriptures describe as Divine, the Love Supreme.
Cinta-kasih adalah bagaikan buah kehidupan. Buah-buahan memiliki tiga komponen atau bagian, yaitu: bagian kulit, sari buahnya (yang menghasilkan juice) serta bagian bijinya. Untuk dapat menikmati sepotong buah, maka terlebih dahulu kita harus membuang kulit-kulitnya. Nah kulit buah itu merupakan simbolisasi dari sifat egoisme, yaitu perasaan ‘I’ (aku) yang serba membatasi, eksklusivisme serta prinsip-prinsip individualisasi. Sedangkan bagian biji merupakan representasi dari ‘selfishness’ (sikap kecongkakan), perasaan ke-aku-an, memiliki, serakah serta penuh dengan desire (keinginan). Kedua bagian tersebut haruslah disingkirkan, sehingga hanya tersisa inti-sarinya yang manis atau yang disebut sebagai ‘rasa’. Kita-kitab suci menyebut rasa tersebut sebagai Divine, cinta-kasih nan mulia.
- Divine Discourse, December 25, 1981.
No comments:
Post a Comment