Divinity is present in everyone in an unmanifested form. All human beings are sparks of the Divine like the waves of the ocean. Every man is the embodiment of the Divine Sat-Chit-Ananda (Being-Awareness-Bliss)... As God is the Embodiment of Love, man is also an embodiment of love. But man today does not manifest it fully and properly because of his selfishness and self-centredness. Though humanity has advanced considerably in the material and scientific spheres, it has gone down grievously morally and spiritually. Selfishness is predominant in every action. Behind every thought, every word, self-interest is prominent. It is only when this selfishness is eradicated can Divinity reveal itself.
Divinity hadir di dalam diri setiap orang dalam wujud yang tidak termanifestasi. Semua manusia adalah percikan Ilahi, persis seperti ombak samudera. Setiap orang adalah perwujudan Divine Sat-Chit-Ananda (Being-Awareness-Bliss/Kebenaran-Kesadaran-Kebahagiaan).. Oleh karena Tuhan adalah perwujudan cinta-kasih, maka manusia juga adalah perwujudan cinta-kasih. Namun manusia tidak memanifestasikan sifat hakikinya tersebut secara utuh sebagai akibat dari kecongkakan dan sikapnya yang mementingkan dirinya sendiri. Walaupun umat manusia telah mencapai kemajuan yang signifikan di bidang ilmu pengetahuan, namun sikap moral dan spiritualnya justru mengalami degradasi. Sikap mementingkan diri sendiri sangat dominan dalam setiap tindakannya. Di balik setiap bentuk pikiran, ucapan terdapat self-interest (ada unsur kepentingan pribadinya). Divinity hanya bisa direalisasikan apabila sikap congkak tersebut telah dihapuskan.
No comments:
Post a Comment