There is a certain joy in being the master of the senses, rather than in being their slave. Suppose, you are slaves of the coffee habit. Resolve not to cater to that attachment and stick to that resolution for three days continuously. You become the master and the tongue is your slave. Coffee cannot hold sway over you any longer. If coffee is capable of conferring joy, all should get it equally from that beverage. But, some prefer tea and many find it distasteful. Some delight in taking it without sugar and others without milk. So, it is the mind that gives delight, not the coffee; it is not the object that caters to the senses. The secret is - discover the fountain of joy within; that is a never-failing, ever-full, ever-cool fountain, for it rises from God.
Thursday, January 22, 2009
Sai Inspires 11th January 2009
Kebahagiaan pasti datang saat kita mampu mengendalikan indera, tidak seperti saat menjadi budak mereka. Sebagai contoh, engkau diperbudak oleh kebiasaan minum kopi. Putuskanlah sepenuh hatimu untuk tidak memenuhi keinginan tersebut dan bertahanlah pada keputusanmu itu selama tiga hari berturut-turut. Engkau menjadi tuan dan lidah menjadi hambamu. Kopi tidak akan mampu lagi menggoyahkan ketetapanmu. Jika kopi mampu memberi kesenangan, seharusnya semua orang mendapatkan kesenangan yang sama dari minuman itu. Namun, beberapa orang lebih suka teh dan merasa bahwa kopi itu tidak enak sama sekali. Beberapa orang suka minum kopi tanpa gula dan yang lainnya lagi tanpa susu. Jadi, pikiranlah yang sebenarnya memberi kesenangan, bukan si kopi; bukan benda yang memuaskan indera. Rahasianya adalah – menemukan sumber kebahagiaan di dalam diri; yang mana tidak akan pernah berkurang, selalu penuh, sumber kesejukan yang abadi, karena ini berasal dari Tuhan.
- Divine Discourse, July 13, 1965.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment