Wednesday, December 31, 2008

Sai Inspires 31st December 2008 (What is the role of good company and sacred books in our effort to win God's Grace?)

Listen to holy discourses, read sacred books. Holy places, Holy company and Holy Day - when these conjoin, it is the chance of a lifetime - make the fullest use of it. Your effort and the atmosphere of the place, together will lead you to success. Learn the means of winning Grace and earning purity from those who know - the elders and the scholars who have put their learning into practice. Do not despair or hesitate. Winning Grace will definitely wipe off the past. Good self-effort, good company and good practices will ensure happiness for ever. Hold on to these, till you win His Grace.

Dengarlah wacana-wacana suci, baca & pelajarilah buku-buku yang baik. Tempat suci, pergaulan saleh dan hari suci - apabila ketiga-tiganya menyatu dan bertepatan satu sama lainnya, maka momen seperti itu sungguh merupakan saat yang sangat berharga dan engkau harus bisa memanfaatkannya sebaik mungkin. Upaya-upaya yang engkau lakukan disertai dengan situasi di sekitarmu akan membawamu menuju kepada kesuksesan. Pelajarilah cara-cara untuk memenangkan rahmat Ilahi serta untuk mendapatkan purity (cara hidup yang suci & murni) dari mereka yang telah menjalaninya. Janganlah engkau berputus-asa maupun ragu-ragu. Bila engkau mendapatkan karunia & rahmat-Nya, maka niscaya karma-karma jelek sebelumnya akan dapat diringankan atau dihapuskan. Upaya yang ulet, pergaulan yang saleh serta praktek (spiritual) yang benar akan menjamin tercapainya kebahagiaan abadi. Ingatlah point ini hingga engkau berhasil memperoleh rahmat-Nya.

- Sathya Sai Speaks, Vol 5, Ch 25, April 1, 1965.

Tuesday, December 30, 2008

Sai Inspires 30th December 2008 (How far do we have to travel in our journey to see God?)

If the place you must reach is very near, you can just step across; if the distance is more, you may need a vehicle, bullock-drawn or horse-drawn. For longer distances, you may require a car or plane. But, the Lord is the nearest to you. Slide ajar the door of delusion; remove the curtain of ignorance; open the closed eye! He is right there beside you, before you! The fog of sensual pleasure is hiding God from you. Switch on the Light - darkness disappears and God becomes visible to you.

Apabila tempat yang hendak engkau kunjungi sangat dekat, maka engkau bisa berjalan kaki saja; jikalau jaraknya agak jauh, mungkin engkau membutuhkan kendaraan, kereta lembu ataupun kuda. Namun untuk tempat yang sangat jauh, maka engkau mungkin memerlukan kendaraan bermotor (mobil) atau bahkan pesawat. Lain halnya dengan Tuhan, Beliau berada sangat dekat denganmu. Engkau hanya perlu menggeser pintu delusi; menyibak tirai kebodohan batinmu dan bukalah matamu! Beliau berada persis di depanmu! Kabut kenikmatan sensual selama ini telah menyembunyikan-Nya darimu. Bukalah lampu (lentera hati), maka kegelapan akan sirna dan Tuhan akan tampak olehmu.

- Sathya Sai Speaks, Vol 5, Ch 4, Jan 30, 1965.

Monday, December 29, 2008

Sai Inspires 29th December 2008 (What exactly is our duty that we should carry out?)

First, tend your parents with love, reverence and gratitude. Second, speak the truth and act virtuously. Third, whenever you have a few moments to spare, repeat the Name of the Lord, remembering the Form in your mind. Fourth, never indulge in talking ill of others or try to discover other's faults. And finally, never cause pain to others in any form.

Pertama, rawatlah orang-tuamu dengan cinta-kasih, penghormatan dan berterima-kasih. Kedua, ucapkanlah kebenaran dan lakukan tindakan bajik. Ketiga, setiap engkau memiliki keempatan, ucapkanlah nama-nama Tuhan sembari selalu menempatkan wujud-Nya di dalam batinmu. Keempat, jangan pernah menjelek-jelekkan orang lain ataupun mencoba untuk mencari-cari kesalahannya. Dan yang terakhir, janganlah menyakiti siapa saja.

- Sathya Sai Speaks, Vol 5, Ch 24, Mar 31, 1965.

Sunday, December 28, 2008

Sai Inspires 28th December 2008 (What is the test for true devotion? What is the attitude we must cultivate to be a true devotee?)

True devotion must not get dispirited; nor elated or satisfied with lesser gains. It must fight against failure, loss, calumny, calamity, ridicule and against egoism, pride, impatience and cowardice. The Truth that is in all beings is also in you. Search for yourself and discover that unity; that source of courage, of love, of wisdom present in you.

Janganlah engkau mematahkan semangat mereka yang sedang berusaha untuk memupuk devotion (bhakti) sejati; jangan pula engkau cukup berpuas diri dengan hasil yang tidaklah seberapa. Engkau harus berani untuk siap menghadapi kegagalan, kerugian, penderitaan, petaka, hinaan dan disamping itu juga berwasapda terhadap timbulnya sikap egoisme, kesombongan, ketidak-sabaran dan sikap pengecut. Unsur kebenaran yang ada di dalam diri setiap mahluk juga ada di dalam dirimu. Carilah ke dalam dirimu sendiri dan temukanlah unsur pemersatu itu; yang merupakan sumber keberanian, cinta-kasih dan kebijaksanaan.

- Sathya Sai Speaks,  Vol 5, Ch 24, Mar 31, 1965.


Saturday, December 27, 2008

Sai Inspires 27th December 2008 (Traversing the path of Dharma, what are the pitfalls we should be aware of?)

Do not judge others by their dress or their exterior. There may be a few who do not live up to the high standards they profess, it is a very small percentage like a few small stones in a bag of rice. To condemn all is unjust, untrue and unkind. Resolve from this day to see only the good in others, and to develop the good in yourselves. Discard anger, hate, envy and greed. You can do it by dwelling always on the Name of the Lord.

Janganlah menilai seseorang dari pakaian maupun penampilan luarnya saja. Terdapat segelintir orang yang memang tidak berperilaku sesuai dengan standar yang seharusnya, ibaratnya seperti butiran-butiran batu yang terdapat di dalam sekarung beras. Oleh karena adanya segelintir ketidak-sempurnaan itu, maka kita boleh menyalahkan semuanya, sebab hal itu tidaklah bijak, benar maupun adil. Bulatkanlah tekadmu sejak hari ini untuk hanya melihat kebaikan di dalam diri orang lain dan sekaligus mengembangkan kebajikan di dalam dirimu sendiri. Buanglah kemarahan, kebencian, sikap iri-hati dan keserakahan. Engkau akan sanggup untuk melakukannya dengan berbekalkan nama-nama Tuhan.

- Sathya Sai Speaks, Vol 5, Ch 23, Mar 30, 1965.

Friday, December 26, 2008

Sai Inspires 26th December 2008 (What is our Dharma? How should we practice it in every moment of our lives?)

Speak softly, speak kindly. Give generously, give wisely; wipe the tear and assuage the sigh and the groan. Do not simply throw money at the needy; give with respect and reverence; give with Grace. Give also with humility. Try to live with others harmoniously. That is the true following of dharma (Right Conduct).

Berbicaralah secara lembut dan santun. Berikanlah (sumbangan) secara tulus dan bijak. Hapuslah air mata mereka yang sedang menderita. Janganlah hanya sekedar memberikan uang semata-mata. Yang tidak kalah penting adalah bahwa engkau memberinya dengan penuh rasa hormat dan disertai oleh kerendahan-hati. Hiduplah bersama-sama secara harmonis satu sama lainnya. Inilah yang dinamakan sebagai Dharma (Right conduct/kebajikan) .

- Sathya Sai Speaks, Vol 5, Ch 4, Jan 30, 1965.

Thursday, December 25, 2008

Sai Inspires 25th December 2008 (What is the message we can learn from the Life of Jesus? )

Jesus was a Master, born with a purpose - His mission was to restore love, charity and compassion in the heart of everyone. He had no attachment to the self, nor paid any heed to joy or sorrow, loss or gain. He had a heart that responded to the call of anguish and he went about the land preaching the lesson of love. His life was dedicated for the upliftment of humanity...When Jesus proclaimed that he was the Messenger of God, he wanted to emphasise that every one is a messenger of God and has to speak, act and think like one.

Yesus adalah seorang Master (spiritual), beliau lahir dengan tujuan utama yaitu mengemban misi untuk memulihkan kembali cinta-kasih, sikap kedermawanan dan welas-asih di dalam hati setiap insan manusia. Beliau tak memiliki kemelekatan duniawi dan Beliau juga tidak terpengaruh oleh pasang-surut kehidupan. Hati-Nya selalu tanggap terhadap penderitaan orang lain dan Beliau mengajarkan tentang cinta-kasih. Kehidupan-Nya didedikasikan untuk mengangkat derajat hidup kemanusiaan... Ketika Yesus menyatakan bahwa diri-Nya adalah utusan Tuhan, maka sebenarnya Beliau juga menekankan bahwa setiap orang juga adalah utusan-Nya dan oleh sebab itu kita harus berbicara, bertindak dan menganut pola pikiran yang selaras dengan peran tersebut.

- Sathya Sai Speaks, Vol 14, Ch 16, 25-Dec-1978.