Untuk menjadi marah sangatlah mudah, namun untuk mencapai kedamaian dan tak terpengaruh oleh pasang-surut kehidupan dibutuhkan usaha bertahun-tahun dalam melatih Vedanta (inti kebijaksanaan spiritual). Disamping itu, kedamaian seperti itu hanya bisa dibangun di atas landasan kepercayaan bahwa semua benda-benda material dan pengalaman sensual pada hakekatnya tidak pernah eksisten. Semuanya itu adalah maya, yaitu hasil kreasi ilusi yang melihat kemajemukan di dalam Unity. Engkau melihat jenazah-jenazah satu persatu diarak menuju ke tempat pemakaman/krematorium; namun walaupun begitu, engkau tetap tidak terpengaruh. Engkau merasa bahwa dirimu abadi. Padahal memang demikianlah adanya! Jati dirimu yang sejati memang abadi. Sebagaimana halnya cairan yang engkau minum akan tereliminasi melalui penguapan (keringat dsbnya), demikian pula, karma yang telah engkau akumulasi bisa dieliminasi melalui karma sendri. Oleh sebab itu hadapilah 'pahit dan manisnya' kehidupan ini dengan ketenangan batin. Analoginya seperti aakaasha (udara) yang ada di dalam sebuah pot akan bersatu dengan udara yang ada di bagian luarnya secara hening & utuh tanpa adanya perbedaan, bersatu dengan yang Yang Maha Universal. Inilah sharanaagathi (penyerahan diri, pembebasan) sejati.
- Divine Discourse, February 6, 1963.
No comments:
Post a Comment