Suffering entitles you more to the Grace of the Lord. When suffering comes in waves, one behind the other, be glad that the shore is near: bear them bravely; do not like cowards throw the blame on some outside Power or develop dislike for the Lord... Welcome the test because thereafter you are awarded the certificate. It is to measure your progress that tests are imposed. So do not flinch in the face of grief. The Lord bestows a favour when He decides to test you, for He is impressed by your achievement and wants to put upon it the seal of His approval. Rise up to the demands of the test, that is the way to please the Lord.
Penderitaan akan semakin mendekatkan Rahmat Tuhan bagimu. Ketika penderitaan datang silih berganti bagaikan deburan ombak, maka di saat itu engkau justru harus merasa senang sebab itu adalah pertanda bahwa bibir pantai sudah semakin dekat: hadapilah semuanya dengan penuh ketabahan; janganlah sebaliknya malah menjadi pengecut dengan cara menyalahkan pihak lain atau bahkan menyalahkan Tuhan..... Hadapi dan sambutlah ujian dan cobaan sebab hanya dengan demikian engkau akan diberikan sertifikat lulus-uji. Cobaan-cobaan itu adalah dimaksudkan untuk mengukur kemajuan-kemajuan yang telah engkau capai. Janganlah membiarkan nyalimu menciut bila sedang didera persoalan. Ketika Tuhan memutuskan untuk mengujimu, maka itu berarti Beliau terkesan dengan pencapaian atau keberhasilan yang telah engkau capai dan Ia ingin memberikan cap persetujuan-Nya. Bangun dan hadapilah cobaan dan ujian itu, sebab dengan demikian, engkau akan menyenangkan hati-Nya.
- Divine Discourse, March 6, 1962.
Whatever talent a person has, should be dedicated to the service of the rest of humanity, indeed, of all living beings. Therein lies fulfillment. All men are kin, they are of the same likeness, the same build; moulded out of the same material, with the same divine essence in each. Service to man will help your divinity to blossom, for, it will gladden your heart and make you feel that life has been worth-while. Service to man is service to God, for He is in every man and every living being as well as in every stone and stump. Offer your talents at the Feet of God; let every act be a flower, free from creeping worms of envy and egoism, and full of the fragrance of love and sacrifice.
Apapun juga talenta (kemampuan) yang dimiliki oleh seeorang, hendaknya talenta tersebut didedikasikan untuk tindakan pelayanan kepada sesama umat manusia dan juga untuk seluruh mahluk hidup. Di sinilah terletak kunci berhasil/tidaknya kehidupan ini. Sesama manusia adalah saling bersaudara, mereka mempunyai wujud/rupa yang sama; tersusun dari materi yang sama dan mempunyai divine essense (nafas keilahian) di dalam dirinya masing-masing. Tindakan pelayanan akan membantumu untuk mewujudkan divinity yang ada di dalam dirimu; sehingga dengan demikian, hatimu akan terpuaskan dan engkau akan merasakan bahwa kehidupan ini menjadi sungguh amat bermakna. Pelayanan kepada manusia juga adalah merupakan pelayanan kepada Tuhan, sebab Tuhan eksis di dalam diri setiap mahluk dan juga di dalam setiap benda materi lainnya. Persembahkanlah talentamu di hadapan kaki Tuhan; biarkanlah setiap perbuatanmu menjadi persembahan bunga yang penuh dengan semerbak harum cintakasih serta pengorbanan dan sebaliknya terbebaskan dari hama dalam wujud keiri-hatian dan egoisme.
- Divine Discourse, December 5, 1964.
All academic distinctions or even observance of spiritual practices are of little use if there is no love in the heart. The heart is called Hridaya. It is made up of the two words, Hri and Daya (compassion). The Lord is described as Hridayavaasi (the Indweller in the heart). Love and Compassion are inherent in every person. Each one has to share their love with others. Failure to share one's love is gross ingratitude to society, to which one owes everything. One should give one's love freely to others and receive love in return. This is the deep significance of human life.
Semua gelar akademik maupun praktek-praktek spiritual kecil manfaatnya jikalau engkau tidak memiliki cintakasih di dalam hatimu. Hati nurani kita disebut dengan istilah Hridaya, yang terdiri atas dua suku kata: Hri dan Daya (welas-asih). Tuhan dijuluki sebagai Hridayavaasi (penghuni hati nurani). Cinta-kasih dan welas-asih terdapat di dalam diri setiap orang. Setiap orang haruslah membagikan cinta-kasihnya dengan sesama. Bila engkau tidak membagikan cinta-kasihmu, maka itu adalah pertanda bahwa engkau tidak tahu berterima-kasih kepada society (masyarakat) yang telah menyediakan segala-galanya bagimu. Berikanlah cinta-kasihmu secara tanpa pamrih kepada semuanya dan kelak engkau akan menerima imbalan cinta-kasih juga. Inilah makna sebenarnya dari kehidupan sebagai manusia.
- Divine Discourse, June 5, 1994.
No comments:
Post a Comment