We have to recognize that human life depends on the functioning of the mind. As long as one is governed by the mind, one continues to be human. Once one goes beyond the mind, one can enjoy the vastness of the limitless expanse of Cosmic Consciousness. Here is an example: Suppose you construct a spacious house with a number of bed rooms, living rooms, dining room and bath room. The house appears divided into a number of small rooms. This is because of the walls put up for partitioning into rooms. If the walls are pulled down, the house will be one vast mansion. Similarly, the body is the Upaadhi (wall) which limits one's perception to the narrow confines of the body. Once you get rid of this body consciousness, you will experience the vast expanse of the Universal Cosmic Consciousness which is all-pervasive.
Kita harus menyadari bahwa kehidupan manusia tergantung pada berfungsinya mind. Selama seseorang masih diatur oleh mind, maka selama itu pula dia masih menjadi manusia. Tetapi apabila engkau telah melampaui mind, maka engkau akan dapat menikmati kemaha-luasan dari Cosmic Concsiousness (Kesadaran Kosmik) yang tanpa batas. Berikut adalah sebuah contoh: Misalkan engkau membangun sebuah rumah besar yang memiliki beberapa kamar tidur, ruang keluarga, ruang makan dan kamar mandi. Nah, rumah itu terlihat terbagi-bagi menjadi beberapa ruangan kecil. Hal ini terjadi oleh karena terdapat dinding atau tembok pemisah antar ruangan tersebut. Seandainya saja tembok-tembok itu diruntuhkan, maka akan terlihatlah bahwa ruangan di dalam rumah itu sunguh amat lapang/besar. Demikianlah, badan jasmani kita ini adalah bagaikan Upaadhi (dinding/tembok) yang membatasi persepsimu sehingga menjadi terbatas hanya di sekitar badan jasmanimu belaka. Sekali engkau sanggup membongkar hambatan-hambatan yang ditimbulkan oleh body consciousness, maka engkau akan bisa merasakan Universal Cosmic Consciousness yang serba all-pervasive dan expansive (mencakupi segalanya).
- Divine Discourse, May 20, 1993.
No comments:
Post a Comment