Monday, February 16, 2009

Sai Inspires 14th February 2009


Everyone is eager to get happiness, and when there is a prospect of earning happiness that lasts, they jump at the idea; soon they are tired of the effort. They seek shortcuts, lean on others to carry their weight and aspire for much fruit in return for little cultivation. Rigorous discipline and steady faith are absolutely necessary for success in the spiritual struggle. Simply listening to or delivering discourses will not be of any use. One must control the senses which drag the mind towards the attractions of the external world. God pays heed to every devotee.
Setiap orang ingin sekali mendapat kebahagiaan, dan saat ada harapan untuk mendapatkan kebahagiaan pada akhirnya, mereka dengan cepat memanfaatkan gagasan tersebut; dengan segera mereka merasa letih akan usaha selama ini. Mereka mencari jalan pintas, mengandalkan orang lain untuk membawa beban mereka dan berharap akan hasil yang lebih sebagai imbalan atas usaha yang sedikit. Disiplin yang keras dan keyakinan yang kokoh adalah mutlak diperlukan untuk menggapai keberhasilan dalam perjuangan spiritual. Jika hanya mendengarkan atau menyampaikan wejangan tidaklah akan begitu bermanfaat. Seseorang harus mengendalikan indera yang menyeret pikiran menuju pikatan daya tarik duniawi. Tuhan memperhatikan setiap pemujaNya.
- Divine Discourse, Aug 19, 1965.

Friday, February 13, 2009

Sai Inspires 13th February 2009


Once you have secured a Guru, leave everything to Him, even the desire to achieve liberation. He knows you more than you yourself ever can. He will direct you as much as is good for you. Your duty is only to obey and to smother the tendency to drift away from Him. You may ask, how are we to earn our food, if we attach ourselves to a Guru like this? Be convinced that the Lord will not let you starve. He will give you not only money but even amirtha, not only the food but also the nectar of immortality.

Sekali engkau telah menemukan Guru, pasrahkan semuanya kepadaNya, bahkan keinginan untuk mencapai pembebasan. Beliau memahami segalanya lebih dari apa yang engkau bisa pahami. Beliau akan memberi panduan sebanyak yang engkau perlukan. Tugasmu hanyalah mematuhi Beliau dan menahan kecenderungan untuk hanyut menjauh dariNya. Engkau mungkin bertanya, bagaimana kita bisa mencari sesuap nasi, jika kita mengikatkan diri pada Guru seperti ini? Yakinlah bahwa Tuhan tidak akan membiarkan dirimu kelaparan. Beliau akan memberimu tidak hanya uang namun bahkan amirtha, bukan hanya makanan namun juga minuman dewa untuk kekal abadi.

-Divine Discourse, July 24, 1964.

Thursday, February 12, 2009

Sai Inspires 12th February 2009


Do good to others; avoid doing any harm. Doing good is the drug and avoiding harm is the regimen that must accompany the treatment. This is the cure for the disease of suffering from joy and grief, honor and dishonor, prosperity and adversity, and the dual throng that bothers man and deprives him of equanimity.

Berbuat baiklah terhadap orang lain; jangan menyakiti orang lain. Berbuat baik adalah obat dan tidak menyakiti adalah aturan dalam resep yang harus meyertai pengobatan. Ini adalah pengobatan untuk penyakit penderitaan akibat kesenangan dan kesedihan, kehormatan dan aib, kemakmuran dan kemiskinan, dan bermacam hal lain yang saling bertentangan sehingga mengganggu dan menjauhkan manusia dari ketenangan hati.

- Divine Discourse, Jul 24, 1964.

Wednesday, February 11, 2009

Sai Inspires 11th February 2009


The ladder must be as tall as the height to which you want to climb, is it not? So too, your spiritual practice to curb the mind must be carried on step by step, until Realization is gained. The rice in the pot must be well boiled and become soft and sweet. Until then, the fire must burn. In the vessel of 'body', with the water, that is to say the 'senses', boil the mind and make it soft. The fire is Saadhana (Spiritual practice). Keep it burning bright, this life will become Divine.

Sebuah tangga seharusnya paling tidak setinggi tempat yang akan engkau capai, bukan begitu? Demikian juga, latihan spritualmu untuk mengendalikan pikiran harus dilakukan secara bertahap, sampai Kesadaran dicapai. Beras harus ditanak dengan baik supaya menjadi lembut dan enak. Selama menanak nasi, api harus tetap menyala. Di dalam ketel ‘badan’, yang berisi air, yaitu ’indera’, mendidihkan pikiran dan membuatnya menjadi lembut. Api tersebut adalah Saadhana (latihan spiritual). Jagalah agar tetap menyala dengan terang, hidup ini akan penuh dengan Keillahian.

-Divine Discourse, Vol 4, Ch 19, May 17, 1965.

Sai Inspires 10th February 2009


When you scatter seeds on the surface of the soil, they do not germinate. You have to keep them inside the soil. So too, knowledge, if it is scattered on the surface, will not germinate; it will not grow into a tree and yield the fruit of wisdom. Plant it in your heart, water the plant with divine love, manure it with faith and courage, keep off the pests with singing of holy names and company of the holy, so that you benefit in the end. Start on this path of acquiring wisdom and Grace, peace and everything you need will be added unto you.

Ketika engkau menabur benih di permukaan tanah, mereka tidak bertunas. Engkau harus menanamnya di dalam tanah. Demikian juga, ilmu pengetahuan, jika hanya ditebarkan di permukaan, tidak akan bertunas; tidak akan tumbuh menjadi pohon dan menghasilkan buah kebijaksanaan. Tanamlah pengetahuan di dalam hatimu, sirami tanaman pengetahuan itu dengan kasih Illahi, pupuklah dengan keyakinan dan keberanian, jagalah dari hama dengan cara menyanyikan lagu tentang Nama Tuhan dan berbaurlah dalam lingkungan yang suci, sehingga engkau akhirnya akan mendapatkan hasil. Mulailah berjalan pada jalur ini untuk menggapai kebijaksanaan dan anugerah Tuhan, kedamaian dan semua yang engkau perlukan akan engkau dapatkan.

- Divine Discourse, May16, 1964.

Sai Inspires 9th February 2009


You must offer the Lord not the flowers that plants grow; they will reward the plant, not you. The Lord wants you to offer the lotus that blooms in the Lake of your Heart, the fruit that ripens on the tree of your earthly career, not the lotus and the fruit available in the market place. You may ask, "Where can we find the Lord?" Well, He gives you His address. He says "I reside in the heart of all beings." Knowing that, how can you look down on any being in contempt or how can you revel in hating or indulge in the pastime of ridiculing? Every individual is charged with the Divine Presence, moved by the Divine attributes. Love, honor, friendliness, that is what each one deserves from you. Give these in full measure.

Apa yang patut engkau persembahkan kepada Tuhan bukanlah bunga yang mekar dari tanaman; karena yang akan dihargai adalah si tanaman, bukan engkau. Tuhan ingin engkau mempersembahkan bunga teratai yang mekar di Danau Hatimu, buah yang masak dari pepohonan semasa hidup duniawimu, bukan bunga dan buah yang dijual di pasaran. Engkau mungkin bertanya, “Dimana saya bisa menemukan Tuhan?” Baiklah, Beliau akan menujukkannya. Beliau bersabda, ”Aku bertakhta di dalam hati setiap makhluk.” Setelah mengetahui hal tersebut, bagaimana mungkin engkau bisa memandang rendah dan menghina makhluk lain atau bagaimana mungkin engkau bersuka ria dengan membenci atau menurutkan kesenangan diri mengisi waktu luang dengan mentertawakan orang? Dalam diri setiap orang terdapat Keberadaan Tuhan, digerakkan olehNya. Kasih, kemurnian, keramahtamahan, itu semua yang diharapkan orang lain darimu. Berikanlah semua itu sepenuhnya.

-Divine Discourse, Vol 4, Ch 17, Apr16, 1964.

Sai Inspires 8th February 2009


The temptation to ignore Dharma grows from egoism and the acceptance of false values. The wish to satisfy the lower desire is the root of unrighteousness. That wish takes hold of you slyly, silently, like a thief in the night; or like a comrade to come and save you, or like a servant to come to attend on you, or like a counselor to come and warn you. Oh, wickedness has a thousand tricks to capture your heart. You must be ever alert against this temptation. To escape from this, you must examine every moment of your waking time whether you are observing the precepts of Dharma (Righteousness).

Godaan untuk mengabaikan Dharma tumbuh dari keakuan dan penerimaan nilai-nilai yang tidak benar. Hasrat untuk memenuhi keinginan-keinginan yang rendah adalah akar dari ketidakbenaran. Hasrat itu menguasai dirimu secara licik, dengan diam-diam, bagaikan pencuri di malam hari; atau bagaikan seorang kawan yang datang dan menyelamatkanmu, atau seperti pelayan yang datang untuk melayanimu, atau seperti penasihat yang datang dan mengingatkanmu. Oh, kejahatan punya ribuan cara untuk menaklukkan hatimu. Engkau harus selalu berhati-hati terhadap godaan ini. Untuk melepaskan diri dari godaan, engkau harus memeriksa sewaktu engkau terjaga apakah engkau telah menjalankan ajaran Dharma (Kebenaran).

-Divine Discourse, Vol 4, Ch 16, Apr 15, 1964.