Setiap benda di alam memiliki aturan perilaku masing-masing (Dharma). Air memiliki sifat dasar dan kewajiban untuk mengalir; api berDharma untuk membakar dan menghabiskan; magnet menarik dan menyeret ke dirinya sendiri. Dan masing-masing, menjaga agar aturan perilaku tidak berubah, termasuk bintang-bintang di cakrawala. Aturan perilaku yang tepat adalah “Sathyam Vadha; Dharmam Chara” (Berbicara kebenaran dan melaksanakan kebajikan). Engkau harus mengisi setiap saat dalam hidupmu, semua pikiranmu, perkataan dan perbuatan, dengan hal yang mencerminkan kesadaranmu akan Dharma. Contoh kehidupan yang seperti itu adalah pertanda dari karakter yang baik.
Wednesday, February 11, 2009
Sai Inspires 7th February 2009
Setiap benda di alam memiliki aturan perilaku masing-masing (Dharma). Air memiliki sifat dasar dan kewajiban untuk mengalir; api berDharma untuk membakar dan menghabiskan; magnet menarik dan menyeret ke dirinya sendiri. Dan masing-masing, menjaga agar aturan perilaku tidak berubah, termasuk bintang-bintang di cakrawala. Aturan perilaku yang tepat adalah “Sathyam Vadha; Dharmam Chara” (Berbicara kebenaran dan melaksanakan kebajikan). Engkau harus mengisi setiap saat dalam hidupmu, semua pikiranmu, perkataan dan perbuatan, dengan hal yang mencerminkan kesadaranmu akan Dharma. Contoh kehidupan yang seperti itu adalah pertanda dari karakter yang baik.
Friday, February 6, 2009
Sai Inspires 6th February 2009
Thursday, February 5, 2009
Sai Inspires 5th February 2009
Sai Inspires 4th February 2009
Desires, when fulfilled, breed further desires and when unfulfilled, lead to further installments of life on earth, in order to calm the urge. The only method by which the delusion of desire can be destroyed is to dedicate all activities to God and engage in them in a spirit of worship, leaving the consequences to Him and ceasing to attach yourselves to them. Look upon everyone as embodiments of Divine Love and worship each, as such, by offering love, understanding and service. Always remember that you are all "living cells" in the body of God, each performing its individual functions to promote His will.
Keinginan-keinginan, saat dipenuhi, menyebabkan timbulnya keinginan lebih lanjut dan saat tidak dipenuhi, akan membawa kita pada babak kehidupan lebih lanjut di dunia, untuk menentramkan dorongan hati. Satu-satunya cara untuk menghancurkan tipuan keinginan adalah dengan mempersembahkan semua kegiatan kepada Tuhan dan tenggelam dalam semangat persembahan, memasrahkan hasilnya pada Tuhan dan berhenti mengikatkan dirimu pada keinginan-keinginan tersebut. Pandanglah setiap orang sebagai penjelmaan Kasih Tuhan dan sembahlah masing-masing, selayaknya, dengan mempersembahkan kasih, pengertian dan pelayanan. Ingatlah selalu bahwa engkau semua adalah “sel-sel hidup” dalam tubuhNya, masing-masing melaksanakan tugas untuk mewujudkan kehendakNya.
-Divine Discourse, Vol 13, Ch 8, Apr 1, 1975.
Tuesday, February 3, 2009
Sai Inspires 3rd February 2009
You must lead exemplary lives of simplicity, sincerity and steady spiritual discipline. Learn the lessons of duty, devotion and discipline. Be a ray of sunshine in the home, shedding light and love. Let the desire to serve others and people with physical challenges be an inspiration to you. Children do not say one thing and do the opposite. They are very straightforward and innocent. Imbibe this nature, now on from them.
Engkau harus menjadi orang yang patut diteladani tentang hidup dalam kesederhanaan, ketulusan dan pelaksanaan ajaran spiritual yang mantap. Belajarlah pelajaran mengenai tugas, pengabdian dan disiplin. Jadilah cahaya matahari yang cemerlang di dalam rumah, menumpahkan cahaya dan kasih. Jadikanlah keinginan untuk melayani orang lain dan sesama manusia yang memiliki kekurangan fisik sebagai suatu ilham bagimu. Anak-anak jangan sampai berkata tentang satu hal namun melakukan hal lain yang bertentangan. Mereka masih sangat berterus terang dan lugu. Resapkanlah sifat pembawaan ini, sekarang juga dari mereka.
-Divine Discourse, Vol 13, Mar31, 1975.
Monday, February 2, 2009
Sai Inspires 2nd February 2009
Suatu hari lima jari dari satu tangan saling berdebat mengenai siapa yang paling hebat. Jari tengah berkata dengan egonya, ”Saya yang tertinggi dari kalian semua. Ada dua jari yang mengawal saya di kedua sisi; akulah yang terbaik.” Jari telunjuk berkata, ”Engkau bisa mengerjakan sesuatu, hanya jika aku tunjukkan siapa mengerjakan apa. Kalau tidak, kalian takkan bisa. Jadi akulah yang terbaik.” Jari kelingking turut campur dan berkata, ”Biarpun ukuranku kecil, aku berdiri paling depan sebagai Panglima Tertinggi untuk menghukum seseorang atau memberinya pelajaran. Jadi akulah yang terhebat.” Disusul oleh jari manis yang tertawa sembari berkata. ”Orang-orang memakai cincin bertahtakan berlian dan batu permata di jari manis saja. Jadi akulah raja dari semuanya.” Akhirnya, setelah mendengar semua perdebatan, ibu jari tertawa terbahak-bahak dan meredakan perdebatan itu sambil berkata, ”Tidak ada dari kalian semua yang bisa menanggung pekerjaan tanpaku. Maka dari itu, marilah kita semua bersatu dan bekerja sama. Kita tidak bisa bekerja hanya dengan satu jari saja. Ketika lima jemari dari satu tangan bergabung bersama, kita bisa menyelesaikan pekerjaan apapun.” Demikian juga, jika masyarakat terpecah belah, tidak ada pekerjaan yang bisa diselesaikan. Kesatuan adalah sangat penting.
-Divine Discourse, Nov 23, 2008.
Sai Inspires 1st February 2009
Hal yang pertama dan utama adalah kita harus mengenali sifat dasar pembawaan lahir kita saat ini. Kita harus menganggap penderitaan dan kesulitan orang lain seperti kita alami sendiri. Kita harus bersikap baik hati dan ramah terhadap orang lain. Kita harus yakin bahwa kita adalah perwujudan Sang Illahi dan harus mengembangkan pengertian untuk memilah-milah antara hal yang baik dan buruk. Kita harus mengambil hal-hal yang baik dari semua umat manusia dan meninggalkan hal-hal yang buruk. Kita harus berlaku baik bahkan pada mereka yang menyakiti kita. Prinsip ini juga harus kita ikuti dalam masyarakat. Tidaklah ada hal yang hebat dari tindakan kita menolong mereka yang telah menolong kita. Seseorang disebut mulia, jika ia menolong mereka yang bahkan telah menyakitinya.
- Divine Discourse, Nov 23, 2008.