Wednesday, February 11, 2009

Sai Inspires 7th February 2009


Every single thing in nature has its code of conduct (Dharma). Water has its nature and obligation to move; fire the Dharma to burn and consume; the magnet to attract and draw unto itself. And every one of these, is keeping their code of conduct unchanged, including the stars of the firmament. The proper code of conduct is "Sathyam Vadha; Dharmam Chara" (Speak the truth and practice righteousness) . You must fill every moment of your life, all of your thoughts, words and deeds, reflecting your awareness of Dharma. That type of living is the hallmark of good character.
Setiap benda di alam memiliki aturan perilaku masing-masing (Dharma). Air memiliki sifat dasar dan kewajiban untuk mengalir; api berDharma untuk membakar dan menghabiskan; magnet menarik dan menyeret ke dirinya sendiri. Dan masing-masing, menjaga agar aturan perilaku tidak berubah, termasuk bintang-bintang di cakrawala. Aturan perilaku yang tepat adalah “Sathyam Vadha; Dharmam Chara” (Berbicara kebenaran dan melaksanakan kebajikan). Engkau harus mengisi setiap saat dalam hidupmu, semua pikiranmu, perkataan dan perbuatan, dengan hal yang mencerminkan kesadaranmu akan Dharma. Contoh kehidupan yang seperti itu adalah pertanda dari karakter yang baik.
-Divine Discourse, Vol 4, Ch 16, Apr15, 1964.

Friday, February 6, 2009

Sai Inspires 6th February 2009


Let not your faith and steadiness be shaken by obstacles. Keep them unaffected by the still greater difficulties and disasters that might blow over you. The gale helps to toughen the trunk of the tree. Calamities must deepen your courage, enlarge your faith. Your spiritual practise must be intensified, just when the weather is inclement. In a fair weather, care-free attitude is pardonable, but in foul weather, every precaution is of value.

Jangan biarkan keyakinan dan kemantapanmu terguncang oleh rintangan. Jagalah agar mereka tidak terpengaruh oleh kesulitan yang lebih besar dan bencana yang bisa menghempaskanmu. Angin ribut membantu membuat dahan pohon menjadi lebih kuat. Bencana harus memperdalam keberanianmu, memperbesar keyakinanmu. Latihan spiritualmu harus lebih diperhebat, tepat pada saat cuaca sedang buruk. Dalam cuaca yang cerah, sikap yang kurang perhatian bisa dimaklumi, namun dalam cuaca buruk, setiap tindakan pencegahan adalah sangat berharga.
-Divine Discourse, Vol 4, Ch 15, Apr 13, 1964.

Thursday, February 5, 2009

Sai Inspires 5th February 2009


The joy that one gets while promoting another's joy is incomparable. Only the blind will be indifferent to the dismal condition of others; only the deaf will be unaffected by the sobs of others. Your heart must melt in compassion when the eye sees another person suffering. That is the sign of the pure or noble (Satwik) individual. The ignorant (Tamasik) individual will be dull, bovine and indifferent to the hardships of others. The passionate (Rajasik) man will rush to punsih the person who caused the suffering and might even forget to relieve the misery of the person affected. Remember that there are no others. You are all living cells in the body of God.

Kebahagiaan yang diperoleh seseorang saat membuat orang lain bahagia adalah tidak ada bandingannya. Hanya mereka yang buta yang tidak peduli akan kesedihan orang lain; hanya mereka yang tuli yang tidak terpengaruh oleh sedu sedan isak tangis orang lain. Hatimu haruslah luluh dalam rasa iba saat engkau melihat orang lain yang sedang menderita. Itu adalah pertanda dari orang yang murni atau mulia (Satwik). Orang yang tidak peduli (Tamasik) akan tumpul, bodoh dan abai terhadap kesengsaraan orang lain. Orang yang menggebu-gebu (Rajasik) akan dengan cepat menghukum orang yang menyebabkan penderitaan dan mungkin akan lupa untuk menghibur perasaan orang yang menderita. Ingatlah bahwa tiada yang disebut orang lain. Engkau semua adalah sel-sel yang hidup di dalam badan Tuhan.

-Divine Discourse, Apr 1, 1975.

Sai Inspires 4th February 2009


Desires, when fulfilled, breed further desires and when unfulfilled, lead to further installments of life on earth, in order to calm the urge. The only method by which the delusion of desire can be destroyed is to dedicate all activities to God and engage in them in a spirit of worship, leaving the consequences to Him and ceasing to attach yourselves to them. Look upon everyone as embodiments of Divine Love and worship each, as such, by offering love, understanding and service. Always remember that you are all "living cells" in the body of God, each performing its individual functions to promote His will.

Keinginan-keinginan, saat dipenuhi, menyebabkan timbulnya keinginan lebih lanjut dan saat tidak dipenuhi, akan membawa kita pada babak kehidupan lebih lanjut di dunia, untuk menentramkan dorongan hati. Satu-satunya cara untuk menghancurkan tipuan keinginan adalah dengan mempersembahkan semua kegiatan kepada Tuhan dan tenggelam dalam semangat persembahan, memasrahkan hasilnya pada Tuhan dan berhenti mengikatkan dirimu pada keinginan-keinginan tersebut. Pandanglah setiap orang sebagai penjelmaan Kasih Tuhan dan sembahlah masing-masing, selayaknya, dengan mempersembahkan kasih, pengertian dan pelayanan. Ingatlah selalu bahwa engkau semua adalah “sel-sel hidup” dalam tubuhNya, masing-masing melaksanakan tugas untuk mewujudkan kehendakNya.

-Divine Discourse, Vol 13, Ch 8, Apr 1, 1975.


Tuesday, February 3, 2009

Sai Inspires 3rd February 2009


You must lead exemplary lives of simplicity, sincerity and steady spiritual discipline. Learn the lessons of duty, devotion and discipline. Be a ray of sunshine in the home, shedding light and love. Let the desire to serve others and people with physical challenges be an inspiration to you. Children do not say one thing and do the opposite. They are very straightforward and innocent. Imbibe this nature, now on from them.

Engkau harus menjadi orang yang patut diteladani tentang hidup dalam kesederhanaan, ketulusan dan pelaksanaan ajaran spiritual yang mantap. Belajarlah pelajaran mengenai tugas, pengabdian dan disiplin. Jadilah cahaya matahari yang cemerlang di dalam rumah, menumpahkan cahaya dan kasih. Jadikanlah keinginan untuk melayani orang lain dan sesama manusia yang memiliki kekurangan fisik sebagai suatu ilham bagimu. Anak-anak jangan sampai berkata tentang satu hal namun melakukan hal lain yang bertentangan. Mereka masih sangat berterus terang dan lugu. Resapkanlah sifat pembawaan ini, sekarang juga dari mereka.

-Divine Discourse, Vol 13, Mar31, 1975.

Monday, February 2, 2009

Sai Inspires 2nd February 2009


Once the five fingers of a hand argued among themselves as to which finger was greatest. The middle finger argued with ego, "I am taller than all of you. There are two body guards on either side of me; I am greatest." The index finger said, "You can do any work, only if I show you to do that work. Otherwise, you cannot. So I am greatest. The small finger intervened and said, "Though I am small in size, I stand in the front as the Commander-in- Chief to punish any individual or teach him a lesson. Therefore I am greatest." Thereupon the ring finger laughed and said, "People wear diamond and gem studded rings on the ring finger only. Hence I am the king of all." Finally, after hearing all the arguments the thumb laughed aloud and wound up that discussion and said, "None of you can undertake any work without me. Therefore, let us all get together and work. We cannot do any work with one finger. When all the five fingers of the hand join together, we can do any work." Similarly, if people are divided, no work can be executed. Unity is very important.


Suatu hari lima jari dari satu tangan saling berdebat mengenai siapa yang paling hebat. Jari tengah berkata dengan egonya, ”Saya yang tertinggi dari kalian semua. Ada dua jari yang mengawal saya di kedua sisi; akulah yang terbaik.” Jari telunjuk berkata, ”Engkau bisa mengerjakan sesuatu, hanya jika aku tunjukkan siapa mengerjakan apa. Kalau tidak, kalian takkan bisa. Jadi akulah yang terbaik.” Jari kelingking turut campur dan berkata, ”Biarpun ukuranku kecil, aku berdiri paling depan sebagai Panglima Tertinggi untuk menghukum seseorang atau memberinya pelajaran. Jadi akulah yang terhebat.” Disusul oleh jari manis yang tertawa sembari berkata. ”Orang-orang memakai cincin bertahtakan berlian dan batu permata di jari manis saja. Jadi akulah raja dari semuanya.” Akhirnya, setelah mendengar semua perdebatan, ibu jari tertawa terbahak-bahak dan meredakan perdebatan itu sambil berkata, ”Tidak ada dari kalian semua yang bisa menanggung pekerjaan tanpaku. Maka dari itu, marilah kita semua bersatu dan bekerja sama. Kita tidak bisa bekerja hanya dengan satu jari saja. Ketika lima jemari dari satu tangan bergabung bersama, kita bisa menyelesaikan pekerjaan apapun.” Demikian juga, jika masyarakat terpecah belah, tidak ada pekerjaan yang bisa diselesaikan. Kesatuan adalah sangat penting.


-Divine Discourse, Nov 23, 2008.

Sai Inspires 1st February 2009


First and foremost we have to recognize our innate human nature today. We have to treat others' suffering and others difficulties as our own. We have to be amicable with one and all. We must believe that we are embodiments of Divine Self and must develop a sense of discrimination between good and bad. We must take good from all human beings, leaving the bad behind. We must do good to even those who harm us. This principle has to be followed in the society also. There is nothing great in helping those who have helped you. He is a noble one, who helps even those who have harmed him.


Hal yang pertama dan utama adalah kita harus mengenali sifat dasar pembawaan lahir kita saat ini. Kita harus menganggap penderitaan dan kesulitan orang lain seperti kita alami sendiri. Kita harus bersikap baik hati dan ramah terhadap orang lain. Kita harus yakin bahwa kita adalah perwujudan Sang Illahi dan harus mengembangkan pengertian untuk memilah-milah antara hal yang baik dan buruk. Kita harus mengambil hal-hal yang baik dari semua umat manusia dan meninggalkan hal-hal yang buruk. Kita harus berlaku baik bahkan pada mereka yang menyakiti kita. Prinsip ini juga harus kita ikuti dalam masyarakat. Tidaklah ada hal yang hebat dari tindakan kita menolong mereka yang telah menolong kita. Seseorang disebut mulia, jika ia menolong mereka yang bahkan telah menyakitinya.


- Divine Discourse, Nov 23, 2008.