
People appear to be  in quest of God. They do not realize that all that they see is permeated by God.  All forms are Divine. But because man's vision is externalized, he is unable to  have the inner vision of the Divine. People crave for peace. Though the source  of peace and bliss is within themselves, they seek this in the external, like  one pursuing a mirage. Owing to restless activity, endless worry and limitless  desires, man has lost peace of mind and has become prey to discontent and  misery. At the outset, peace has to be cultivated within ourselves. And then  that peace has to be extended to the family. From the home it should be spread  to our locality. Thus, peace should begin with the individual and spread to the  whole society.
Banyak  orang yang terkesan seolah-olah diri mereka sedang mencari Tuhan. Mereka tidak  menyadari bahwa segala sesuatu yang dilihat olehnya sebenarnya dijiwai oleh  Tuhan. Segala bentuk atau wujud/rupa adalah Divine. Namun oleh karena pandangan  manusia cenderung hanya melihat aspek eksternal saja, maka itulah sebabnya ia  tidak bisa mendapatkan inner vision of the Divine. Selanjutnya, orang-orang juga  mendambakan kedamaian. Walaupun sebenarnya sumber kedamaian dan kebahagiaan ada  di dalam dirinya sendiri, manusia mencarinya di luar. Tindakan seperti ini  seperti mengejar bayangan di udara (mirage). Sebagai akibat dari  kegiatan/aktivitasnya yang tiada henti, kecemasan yang tiada berakhir serta  keinginan yang tiada batasnya, maka manusiapun telah kehilangan kedamaian  batinnya dan menjadikan dirinya sebagai bulan-bulanan dari ketidakpuasan dan  penderitaan. Pada intinya, kedamaian hanya bisa diperoleh dari diri kita  sendiri. Setelah kita merasakan kedamaian di dalam diri kita, maka selanjutnya  kita harus menyebarkannya kepada keluarga. Dan selanjutnya dari keluarga,  kedamaian itu harus ditularkan ke lingkungan di sekitar kita. Dengan demikian,  dapat dikatakan bahwa kedamaian harus bersumber dari masing-masing individu dan  seterusnya menyebar ke segenap lapisan masyarakat.
- Divine  Discourse, March 23, 1989.
 
 
No comments:
Post a Comment