Yajna (sacrifice) means "giving up" or "renunciation". What exactly has to be given up? Riches? That is easy enough. One's home? That too is not hard. Does it mean retiring into a forest, breaking away from kith and kin? Many have done so and become proud of it. The renunciation (thyaga) that the sacrifice (yajna) demands is the casting off of pomp, pride, envy, greed, in short, the ego itself. Every rite laid down in the Veda (ancient Indian scriptures) has this aim only - to promote selflessness and Universal Love. Concentration on sensual gratification, anger, fury, hatred - these are bestial characteristics. Man must be ashamed to have even a trace of such traits. The characteristics of human nature are, and ought to be - love, forbearance, detachment, renunciation and truth.
Yajna (pengorbanan) diartikan sebagai “tindakan melepaskan/menyerahkan” atau “renunciation”. Apakah yang perlu dilepaskan? Kekayaankah? Menyerahkan kekayaan tentulah sangat gampang. Lalu, apakah rumah yang perlu diserahkan? Itupun tidaklah terlalu sulit. Lalu, apakah itu diartikan sebagai tindakan pengasingan diri ke dalam hutan seraya melepaskan diri dari keterikatan dengan sanak-keluarga? Banyak orang yang sudah pernah menempuh jalan yang terakhir ini, namun mereka justru menjadi sombong. Pengertian sebenarnya dari thyaga (istilah lain untuk pengorbanan) adalah melepaskan sifat-sifat buruk seperti suka show-off (sombong), keangkuhan, kedengkian, keserakahan atau dengan perkataan lain kita harus mencoreng sang ego kita sendiri. Setiap bentuk tindakan ritual yang digariskan dalam Veda mempunyai maksud/tujuan tersebut, yaitu untuk mendorong selflessness (sikap yang tidak menonjolkan diri sendiri/tanpa pamrih) dan cinta-kasih yang universal. Apabila seseorang lebih menonjolkan sifat-sifat sensual, kemarahan, kebencian – maka itu tiada lain adalah karakter kebinatangan. Engkau harus merasa malu bila sifat-sifat seperti itu masih bercokol di dalam dirimu. Karakter manusia sejati adalah cinta-kasih, kesabaran, ketidak-melekatan, pengorbanan dan kebenaran.
- Divine Discourse, December 21, 1982.
No comments:
Post a Comment