
Worship is just a  means of educating the emotions. Human impulses and emotions have to be guided  and controlled. Just as the raging waters of a river have to be curbed by bunds,  halted by dams, tamed by canals and led quietly to the ocean, which can swallow  all floods without a trace, so too the age long instincts of man have to be  trained and transmuted by contact with higher ideals and powers. When the fruit  is ripe, it will fall off the branch of its own accord. Similarly, when  vairaagya (renunciation)  saturates your heart, you lose contact with the world and slip into the lap of  the Lord.
Worship  (ibadah) adalah salah-satu cara untuk mendidik (baca: mengontrol) emosi.  Dorongan impuls serta emosi manusia haruslah diarahkan dan dikendalikan. Seperti  halnya arus sungai yang deras dibendung, diarahkan serta dijinakkan melalui  beberapa kanal agar dapat disalurkan secara aman ke samudera/lautan. Demikian  pula halnya berkenaan dengan instinct manusia – yang telah terbentuk sejak  berbagai kehidupan yang lampau – harus dilatih dan dirubah melalui serangkaian  kontak/hubungan dengan kekuatan adi-daya (Tuhan). Ketika buah sudah matang, maka  ia akan jatuh dengan sendirinya dari cabang pohonnya. Dengan analogi yang sama,  ketika vairaagya (renunciation/semangat pelepasan) telah mengisi penuh hatimu,  maka engkau akan terlepas dari keterikatan duniawi dan bersatu dalam pangkuan  Ilahi.
- Divine  Discourse, October 26, 1961.
 
 
No comments:
Post a Comment