As a first step, you use the flower, the lamp, the incense, etc. to worship the Saguna (attributeful) form. Soon, your devotion moves on to newer forms of dedication, newer offerings, purer, more valuable and worthier of your Lord. No one sticks to the slate for long; you feel that you should place before the Lord something more lasting than mere flowers; and something more yours than incense. You feel like purifying yourselves and making your entire life one fragrant flame. That is real worship, real devotion.
Sebagai langkah awal, engkau menggunakan bunga, lampu (jyotir), dupa dan perlengkapan lainnya sebagai media untuk melakukan pemujaan terhadap Saguna (wujud para dewata). Kelak, praktek devotionmu akan beranjak ke bentuk dedikasi baru, dengan persembahan yang lebih murni, lebih berharga serta lebih layak bagi Dewata pilihanmu. Tentunya tidak ada orang yang berkeinginan untuk tidak naik kelas; demikian pula, tentunya engkau ingin mempersembahkan kepada Tuhan sesuatu yang bisa bertahan lebih lama daripada sekedar persembahan bunga-bungaan saja; dan sesuatu yang lebih mewakili dirimu daripada sekedar dupa. Engkau merasa ingin memurnikan dirimu serta menjadikan kehidupanmu sebagai nyala (dupa) yang mengharumkan. Inilah yang disebut sebagai ibadah yang sejati, the real devotion.
- Divine Discourse, October 26, 1961.
No comments:
Post a Comment