Man is a bundle of bones clothed in muscle and fitted with communication nerves. As a base of this gross body, he has a subtle body too. It has its own hunger and thirst and life cannot be happy unless these too are fulfilled - the hunger to return to the Source, a thirst for the nectar that confers immortality. In the search for something to allay this hunger and this thirst, man meets with countless obstacles, for, he does not know the road and is easily misled by his own senses which profess to show him the road. It is only when some disaster or distress overpowers him that he becomes aware of the true path. The true path is the path that reveals the Aathma (self) within.
Manusia adalah sekumpulan tulang-belulang yang dibungkusi oleh otot-otot serta terpasang oleh jaringan komunikasi melalui urat-syaraf. Sebagai dasar dari badan jasmani ini, manusia masih memiliki badan halusnya yang memiliki rasa lapar dan hausnya tersendiri. Kehidupan ini tidak akan mencapai kebahagiaan selama rasa lapar dan haus tersebut belum terpenuhi, yakni rasa lapar untuk kembali bersatu kepada sumbernya (Tuhan) serta rasa haus untuk mencicipi nectar yang akan memberikan keabadian hidup (immortality). Dalam usahanya untuk memuaskan rasa lapar dan haus itu, manusia berhadapan dengan banyak rintangan-rintangan, sebab dia tidak tahu arah jalan yang benar dan sebaliknya dia malah disesatkan oleh panca-inderanya sendiri yang mengaku-ngaku sebagai penuntun perjalanan itu. Manusia baru akan menyadari arah perjalanan yang benar setelah ia mengalami kemalangan ataupun penderitaan. Arah perjalanan yang benar ditandai oleh jalan atau rute yang bakal mengungkapkan kebenaran Aatma (spirit/diri sejati) di dalam diri kita masing-masing.
No comments:
Post a Comment