Thursday, November 8, 2007

Sai Inspires - 8th November 2007 (Why do we get into this cycle of joy and sorrow?)

How can man realize the Truth? Only when he experiences the Adhvaithabhaava (non-dualism). As long as he is steeped in dualism (that he and the Divine are different), he is bound to be racked by the opposites: joy and sorrow, the real and the unreal. All that exists in the Cosmos belongs to God. But man imagines that he is the owner of various things and is a prisoner of the conception of "mine" and "thine." In reality, all are only trustees of the property belonging to the Divine. This means that everyone has to consider himself as a trustee for the world's goods. A bank cashier handles an enormous amount of money. None of it belongs to him. He cannot use it for himself, but has to ensure its safety and right use. Likewise, all are trustees responsible for the proper use of the goods entrusted to them. No one can claim ownership. Hence one's life should reflect the unity of thought, speech and action.

Bagaimanakah caranya agar manusia dapat menyadari kebenaran? Yaitu apabila ia dapat menyadari prinsip Adhvaithabhaava (non-dualisme). Selama ia masih berkutat dengan dualisme (yaitu paham bahwa dirinya dan Sang Divine adalah dua entitas yang saling berbeda), maka selama itu pula, ia masih akan diombang-ambingkan oleh faktor yang saling berlawanan, yakni: kesenangan dan kesedihan, realitas dan non-realitas, dan sebagainya. Segala sesuatu yang eksis di alam semesta ini adalah milik Tuhan, namun manusia justru membayangkan bahwa dirinyalah sang pemilik atas segala hal dan sebagai akibatnya, ia terperangkap dalam konsep “milikku” dan “milikmu”. Padahal dalam realitasnya, kita diberi tugas untuk mengawasi harta kekayaan yang sebenarnya adalah milik Divine. Dengan perkataan lain, setiap orang harus memperlakukan dirinya sebagai pengawas atas kekayaan dunia ini. Sebagaimana seorang teller atau kasir sebuah bank yang menangani uang dalam jumlah banyak, namun uang-uang tersebut bukanlah miliknya. Dia tidak boleh menggunakan uang tersebut untuk kepentingan pribadinya, melainkan harus memastikan keamanannya. Nah, demikianlah, semua pengawas dalam kehidupan ini bertanggung-jawab untuk menjamin pemanfaatan yang benar atas harta kekayaan yang telah dititipkan kepada mereka. Tak ada seorangpun yang berhak mengklaim kepemilikannya. Untuk itu, engkau perlu memastikan adanya unity dalam pola pikirmu, ucapan dan perbuatanmu.

- Divine Discourse, December 18, 1994.

No comments: