Friday, November 2, 2007

Sai Inspires - 2nd November 2007 (What is the hallmark of a true spiritual aspirant?)

You must be like the sandalwood tree which transmits its fragrance even to the axe that is used to cut it. When an incense-stick is lighted, it is burning itself away, but it radiates its perfume all around. In the same manner, a true devotee, should see to it that he keeps his peace intact under all circumstances. He should radiate happiness all around. This is the primary sadhana (spiritual practice). Through Sadhana, try to get that peace. Peace cannot be obtained in the world outside. Our kith and kin, our material possessions or name or fame will not give us peace. Peace is something which swells from within you. It is not something which is gathered from outside. We desire peace, but we keep doing things, which, far from giving peace, cause anxiety and worry. Trifles are allowed to upset one's peace of mind. The true spiritual aspirant should remain unaffected by what others say about him.

Jadilah seperti pohon cendana yang tetap menyebarkan harum- semerbak bahkan terhadap kapak yang digunakan untuk memotongnya. Ketika sebatang dupa dibakar, maka secara perlahan dia akan terbakar habis, namun keharumannya tetap terpancarkan ke segenap penjuru. Demikianlah, dalam kondisi yang bagaimanapun juga, seorang bhakta sejati haruslah berupaya untuk mempertahankan kedamaian-batinnya. Hendaknya ia memancarkan kebahagiaan ke segala arah. Inilah sadhana utama. Cobalah untuk mendapatkan kedamaian melalui sadhana-mu. Kedamaian tidak akan bisa diperoleh dari dunia-luar. Sanak-saudara, harta kekayaan, ketenaran dan jabatan – semuanya itu tidak akan bisa memberikan kedamaian; sebab kedamaian adalah sesuatu yang bersumber dari dalam dirimu sendiri. Kita mendambakan kedamaian, akan tetapi kita justru melakukan banyak hal yang berlawanan, yang malahan menimbulkan kegelisahan dan kekhawatiran. Bahkan hal-hal yang sepele saja dibiarkan menganggu ketenangan batin. Seorang aspiran spiritual sejati tidak akan terpengaruh oleh ucapan-ucapan orang lain terhadap dirinya.

- Divine Discourse, December 9, 1985.

No comments: