Tuesday, March 17, 2009

Sai Inspires 16th March 2009


In order to deserve the sacred name, seva (service), the activity must be freed from all attachment to the self, and based on firm faith in the Divine resident in every being. Seva has to be considered as worshipping the form that God has assumed to give the sevak (volunteer) the chance of worship. When a hungry nara (person) is served a hearty meal, what is being done is Narayana Seva (service to God) , for, nara (man) is only 'a form and a name' projected by maya (human ignorance) on Narayana (God).

Supaya patut menyandang nama yang suci, yaitu seva (pelayanan), kegiatan yang dilakukan haruslah terbebas dari segala macam keterikatan kepada diri sendiri, dan berlandaskan pada keyakinan yang kokoh pada Tuhan yang bersemayam di dalam diri setiap makhluk hidup. Seva harus dianggap sebagai pemujaan pada wujud yang telah diberikan oleh Tuhan kepada sevak (sukarelawan) yang mendapat kesempatan untuk melakukan pemujaan. Ketika kepada nara (orang) yang lapar dihidangkan makanan dengan sepenuh hati, sebenarnya apa yang terjadi adalah Narayana Seva (pelayanan kepada Tuhan), karena, nara (manusia) hanyalah ‘suatu wujud dan sebuah nama’ yang dibangun oleh maya (ketidaktahuan manusia) akan Narayana (Tuhan).

- Divine Discourse, Nov 21, 1986.

No comments: