You should not be misled by the pleasures derived from possessions, position or prosperity. These are transient things, which come and go. Pain and pleasure are incidental to human existence like kith and kin. Man should endeavour to realize his true nature, experience his inherent Divinity, and not yield to the temptations of the moment. Both pain and pleasure are impostors. Man should not allow himself to be led astray by them.
Janganlah engkau terkecoh oleh kenikmatan yang diperoleh dari harta kepemilikan, posisi/jabatan serta kemakmuran. Semuanya itu bersifat sementara, datang silih berganti. Senang dan sedih mempunyai keterkaitan dengan eksistensi seorang manusia, ibaratnya seperti sanak-keluarga. Engkau harus berupaya untuk mencapai kesadaran atas jati dirimu yang sebenarnya, merasakan sifat Ke-Ilahi-an yang laten ada di dalam dirimu. Janganlah engkau menyerah kepada dorongan (nafsu) sesaat. Suka dan duka adalah penipu yang lihai. Pastikanlah agar perjalananmu tidak tersesat olehnya.
- Divine Discourse, November 23rd, 1986.
No comments:
Post a Comment