Bhakthi (devotion) is not like lime pickle, to be used only when you have fever; it is man's daily substance, the vitamin he must have for physical and mental health. The contemplation of God is like the main rice dish; the rest are side dishes, appetizers, fillers. Take the tablet of Naamasmarana (constant thought of the Lord), and all the experience of your daily life, the good and the bad, will be digested nicely. You don't eat paddy, do you? You have the sense to remove the husk and then boil the rice before you eat it. So also, why do you take in nature as it is? Remove the allurement it has to the senses, make it just an expression of the Divine Will and then assimilate it.
Bhakti (devotion) bukanlah sejenis buah lemon/limau, yang hanya dimakan apabila engkau mengalami gejala demam. Bhakti (devotion) merupakan menu sehari-hari, ibarat vitamin yang harus engkau konsumsi demi untuk mempertahankan kesehatan raga dan batin. Melakukan kontemplasi terhadap Tuhan adalah identik dengan mengkonsumsi menu utama (nasi); selebihnya hanyalah menu-menu sampingan seperti menu pembuka dan penutup. Minumlah tablet Naamasmarana (senantiasa ingat kepada Tuhan), maka dengan demikian, semua pengalaman sehari-harimu – baik yang positif maupun negatif – akan dapat dicernakan secara baik. Engkau tentunya tidak memakan biji padi bukan? Engkau tentu akan membuang terlebih dahulu sekamnya dan kemudian menanak nasi itu sebelum dimakan. Nah, demikianlah, mengapa pula engkau harus pasrah dan menerima keadaan di sekelilingmu ini sebagaimana adanya? Atasilah daya-tariknya yang kuat terhadap panca inderamu, dan sebaliknya manfaatkanlah ia sebagai saluran ekspresi kehendak Divine dan pahamilah (keadaan yang sebenarnya).
No comments:
Post a Comment