The Grace of God is not easily attainable. The feeling of I-ness, Ahamkaara, which makes one say “I am the Doer,” should be plucked by the roots from the heart. Everyone, be he learned or illiterate, should feel an overwhelming urge to know God. God has equal affection towards all His children, for to illumine is the nature of light. Utilizing that illumination, some can read good books and others can do their daily tasks, whatever they are. So too, uttering God’s name, one can progress in the realization of God, another can even do wicked deeds! It all depends on how you use the light. But the Lord’s name is without blemish, always and forever.
Rahmat Tuhan tidak mudah untuk diperoleh. Perasaan ke-aku-an, Ahamkaara, yang membuat seseorang mengatakan “Aku-lah yang melakukannya,” haruslah dicabut tuntas sampai ke akar-akarnya dari dalam hati. Setiap orang, baik terpelajar maupun tidak, haruslah memiliki keinginan yang mendalam untuk mengenal Tuhan. Beliau mengasihi setiap insan sebagai anak-anak-Nya, seperti halnya sifat cahaya yang menerangi semuanya. Dengan memanfaatkan cahaya penerangan itu, seseorang bisa membaca buku yang baik dan orang lain bisa terbantu untuk melaksanakan tugas sehari-harinya. Demikian pula, sembari mengucapkan nama-nama Tuhan, seseorang bisa mengalami kemajuan dalam hal mencapai realisasi ke-Tuhan-an; sedangkan orang lain malahan mungkin bisa melakukan kejahatan sembari mulutnya masih tetap mengulang-ulang nama Tuhan! Semuanya tergantung pada bagaimana engkau memanfaatkan cahaya lampu tersebut. Namun di atas segalanya, nama Tuhan adalah selalu tanpa noda untuk selamanya!
No comments:
Post a Comment