Friendship should not be based on considerations of fear and favour. You try to be friendly with a person who is in authority and power out of fear; or with an affluent and wealthy person in the hope of gaining some personal benefits. Wealth and status being temporary, our friendships will also turn out to be of a transitory nature. If a person is adopting wrong ways, a true friend should not be afraid of pointing out the errors of their freind, with a view to improving them. It is not enough to merely share joy with each other; but it is more important to share the sorrow with each other. Sacred friendship is that which enables one to help others, at all times, and in all circumstances.
Persahabatan janganlah didasari semata-mata oleh pertimbangan rasa takut ataupun demi untuk memperoleh manfaat tertentu. Oleh karena didorong oleh rasa takut, engkau mencoba untuk bersahabat dengan orang yang sedang memegang tampuk kekuasaan; atau engkau juga menjalin persahabatan dengan orang yang berpengaruh dan kaya dengan harapan agar engkau dapat memetik manfaat pribadi darinya. Ketahuilah bahwa kekayaan dan status/jabatan bersifat sementara, dan persahabatanmu itu juga tidak kekal adanya. Apabila engkau melihat seseorang menempuh jalan yang tidak benar, maka sebagai sahabat sejati serta dengan tujuan untuk mengoreksinya, janganlah engkau ragu-ragu atau takut untuk menunjukkan kesalahannya. Tidaklah cukup bila engkau hanya berbagi kesenangan saja; tetapi jauh lebih penting adalah engkau juga saling berbagi kesedihan satu sama lainnya. Persahabatan yang terjalin secara suci dan murni memungkinkanmu untuk saling membantu setiap saat dan dalam setiap kondisi.
- Divine Discourse, January 19, 1986.
No comments:
Post a Comment